Trending Topik

Vacuum System PLTU

Diposting oleh On Friday, June 12, 2015

Vacuum System adalah sistem pembuatan kondisi vakum pada peralatan yang digunakan untuk keperluan efisiensi seperti penurunan titik didih, titik uap, pengembunan, pemisahan fase dan penurunan tekanan (dimaksudkan agar aliran mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah). Vaccum System terbagi menjadi 2 yaitu :
     1. Vakum oleh Nozzle
Kondisi vakum yang disebabkan oleh nozzle sehingga terjadi penyempitan aliran (flowrate dan tekanan menjadi tinggi) dan biasanya menggunakan media steam.
     2. Vakum oleh Fan / Blower
Kondisi vakum yang disebabkan oleh putaran fan / blower untuk membangkitkan tekanan. 

Vacuum System yang ada di unit pembangkitan adalah :
  • Jet Ejector di Desalination Plant
Sistem vakum disini dimaksudkan untuk menurunkan titik penguapan sehingga air laut menguap pada temperatur rendah dan distillate yang didapat lebih banyak dengan energi panas yang sedikit (lebih efisien) serta untuk menarik lebih cepat (flowrate meningkat) air laut ke sisi chamber/ruang evaporator. Terbagi menjadi 2 tipe yaitu :

BACA JUGAAir & Flue Gas System 

1. Start Up Ejector
Sistem vakum yang digunakan saat start desalination plant. Steam dari auxiliary steam LP turbine (P = ± 7 bar, T = ± 300 oC) mengalir melewati percabangan vacuum chamber yang terhubung dengan ruang evaporator. Karena tekanan steam lebih besar maka udara dalam ruang evaporator terikut aliran steam dan terbawa untuk dibuang ke atmosphere. Kondisi vakum disini dicapai pada kondisi ± 160 mbar.
2. Vakum Unit
Bertujuan untuk mempertahankan sistem vakum yang telah dicapai start up ejector. Terdiri dari 5 buah vacuum chamber yang terhubung dengan stage tertentu di ruang evaporator untuk mempertahankan vakum. Auxiliary steam LP turbine yang digunakan untuk memanaskan di brine heater mempunyai tekanan tinggi dibanding tekanan dalam ruang evaporator sehingga aliran dalam ruang evaporator terikut melewati vacuum chamber sehingga menyebabkan vakum dan terikut ke arah brine heater. Kondisi ini berlangsung terus-menerus untuk menjaga kevakuman selama desalination plant operasi.
  • Vacuum System di Resin Regeneration
Saat proses regenerasi resin, bahan HCl dan NaOH (regenerant) dari regenerant measuring tank terikut aliran menuju ke mixed bed polisher tank karena tekanan aliran di pipa regenerant lebih kecil dibanding tekanan aliran dari prefilter menuju ke mixed bed polisher tank.
  • Steam Jet Air Ejector (SJAE)
Peralatan berbentuk tabung tipe shell and tube dengan shell (steam dari auxiliary steam HP turbine) dan tube (condensate water dari CP) dan. Kondisi vakum disini dibangkitkan oleh nozzle dimana aliran dari auxiliary steam HP turbine berkecepatan tinggi dan dilewatkan percabangan steam LP turbine dari condenser maka terjadilah penarikan aliran sehingga membuat vakum ruang kondensasi di condenser. Kondisi ini membuat steam LP turbine tertarik lebih cepat dengan titik pengembunan yang rendah sehingga didapat condensate water lebih banyak dengan waktu singkat. Proses pemanfaatan panas (heat recovery) yaitu steam dari auxiliary steam HP turbine + steam LP turbine mengalami kondensasi karena kontak dengan fluida dingin dari CP dan dialirkan ke hotwell sedangkan condensate water dari CP yang naik temperaturnya dialirkan ke gland steam condenser (GSC). Proses pengoperasian vacuum system SJAE dibagi menjadi 2 sesuai gambar dibawah yaitu :
1. Starting Ejector
Auxiliary steam HP turbine langsung menuju ke atmosfer. Dengan steam bertekanan dan kecepatan tinggi maka steam dari LP turbine di condenser terikut aliran sampai terjadi vakum (< 635 mmHg) dan sesudah kondisi vakum tercapai maka dilanjutkan oleh normal ejector vacuum system.
2. Normal Ejector
Setelah kondisi vakum dicapai (< 635 mmHg) oleh proses starting ejector maka proses normal ejector berfungsi mempertahankan kondisi vakum. Aliran steam dari auxiliary steam HP turbine langsung mengalir menuju steam jet air ejector (SJAE) dan steam LP turbine juga menuju ke SJAE karena terikut aliran auxiliary steam HP turbine sehingga kondisi vakum di condenser tetap terjaga. Di SJAE ini terjadi pemanfaatn panas dimaksudkan untuk membantu agar rentang panas dengan alat berikutnya tidak terlalu tinggi sehingga efisiensi panas meningkat dan irit bahan bakar.
  • Gland Steam Condenser (GSC)
Bentuk seperti tabung bertipe shell and tube (shell dari gland seal steam (GSS) poros / labyrinth turbine dan tube dari aliran SJAE). GSC ini dimaksudkan untuk pemanfaatan panas yang tidak digunakan (heat recovery) dari poros / labyrinth turbine (berfungsi untuk perapat agar steam terisolasi dalam sistem). GSC digunakan untuk membantu pemanasan awal sebelum ke proses berikutnya. Kondisi disini dibuat vakum oleh gland steam exhaust blower (GSEB) dengan cara kerjanya sebagai berikut : Steam GSS yang melewati poros / labyrinth turbine jika tidak mengalami sirkulasi maka akan terdapat kejenuhan sehingga timbul panas berlebih pada satu titik sehingga mengakibatkan overheating yang bisa mengakibatkan keretakan material, untuk menjaga agar GSS tetap dingin maka disirkulasikan paksa dengan GSEB dan gas terlarut yang tidak terkondensasi disedot oleh GSEB untuk dibuang ke atmosphere. GSS kemudian dikontakkan dengan condensate water dari SJAE sehingga terdapat 2 keluaran yaitu pertama GSS berubah karena mengalami kondensasi kemudian dikembalikan ke hotwell dan kedua condensate water yang sedikit naik temperaturnya dipompa ke LPH. Dengan adanya pemanfaatan panas di SJAE dan GSS maka condensate water yang seharusnya langsung ke LPH mengalami pre-treatment sehingga temperaturnya sedikit lebih tinggi untuk membantu proses di LPH.
  • Priming Vacuum Pump
Pompa yang digunakan untuk membantu memvakumkan ruang di water box condenser. Pompa ini digunakan jika level air laut surut sehingga tube condenser tidak seluruhnya terlewati air laut dengan indikatornya adalah ruang water box bagian atas kosong dan terisi udara. Untuk menarik udara tersebut maka digunakan pompa priming vacuum pump sehingga udara terjebak di water box condenser keluar dan bersamaan dengan keluarnya udara tersebut, air laut di bagian bawah terikut ke atas dan mengisi tube condenser bagian atas. Jika tube condenser tidak seluruhnya terlewati maka sisi yang tidak terlewati akan mengalami overheating karena kontak terus-menerus dengan steam LP turbine dan tidak terlewati fluida dingin sehingga mengakibatkan keretakan material dan bisa jebol. Hasil dari udara + air laut panas terikut oleh tekanan pompa kemudian dipisahkan di separator tank antara udara dengan air laut panas sehingga terpisahkan menjadi 2 yaitu udara dibuang ke atmosfer dan air laut panas sebelum dibuang ke waste water pit didinginkan oleh air tawar dari CWHE di sisi luar sebagai sealing.
  • Vapor Extractor Main Oil & Oil Conditioner
Berbentuk blower untuk menyedot seal oil yang telah digunakan untuk perapat (sealing) (jika turbine tekanan tinggi bertujuan agar steam tidak keluar ke lingkungan dan jika turbine tekanan rendah bertujuan agar udara lingkungan tidak masuk ke sistem). Oli yang digunakan untuk perapat akan mengalami kenaikan temperatur sehingga sewaktu dikembalikan ke main oil tank akan terbentuk buih / busa yang jika dibiarkan akan terbentuk uap air yang akan menganggu kinerja seal oil . Proses kerjanya sebagai berikut : seal oil yang digunakan untuk perapat harus disirkulasikan terus-menerus agar tidak mengalami overheating dan dikembalikan ke main oil tank untuk pendinginan. Saat kembali ke main oil tank, seal oil akan membentuk busa / buih karena terjadi pemutusan rantai molekul hidrokarbon yang disebabkan oleh panas dan ini akan menganggu sistem kerja oli karena bisa membentuk buih dan untuk mengatasinya digunakan vapor extractor untuk menghilangkan busa tersebut yang kemudian dibuang ke atmosfer. Karena sistem yang bekerja terus menerus kemudian terjadi vakum di main oil tank dan oli sebagai sealing tersedot lebih cepat menuju ke main oil tank (MOT) karena proses vakum. Sistem ini juga berlaku untuk proses di oil conditioner tank yang menggunakan vapor extractor oil conditioner.
  • Vacuum Tank untuk Seal H2 Generator
Generator yang berputar akan menghasilkan panas disekelilingnya atau peralatan yang berputar dan bergesekan, sehingga peralatan didalamnya harus dijaga agar tidak overheating dan untuk menjaga temperatur tetap dingin digunakan gas hydrogen (H2) dengan alasan sebagai berikut :
  1. Densitas rendah (mengurangi kerugian gesek dan bising) 
  2. Daya serap panas tinggi (daya serap H2 lebih besar 6 -10 x lebih bagus dari udara karena koefisien perpindahan panas tinggi) 
  3. Daya hantar panas tinggi sehingga dapat menghantarkan panas lebih banyak 
  4. Tidak korosif 
  5. Tidak memerlukan heater karena bisa diatur sesuai kebutuhan
  6. Komponen generator lebih bersih
  7. Lifetime lebih panjang
Proses sealing di generator adalah aliran pompa dari MOT digunakan untuk sealing di turbine dan generator. Di generator, oli dikembalikan ke vacuum tank dengan cara spray untuk menghilangkan gas terlarut, kemudian dikembalikan ke labyrinth packing generator oleh main seal oil pump. Di vacuum tank terjadi pemvakuman yang dilakukan oleh vacuum pump yaitu saat membuang gas terlarut ke atmosfer dan karena terjadi terus – menerus maka terjadilah vakum dan ini berfungsi untuk mempercepat aliran turun dari labyrinth packing generator ke vacuum tank. Di vacuum tank di sirkulasikan terus menerus dengan cara spray oleh circulation pump untuk menghilangkan buih. Sealing di generator bertujuan untuk mencegah kebocoran gas hydrogen dan untuk mencegah overheating pada labyrinth packing generator.

Proses aliran Seal Oil seperti berikut :
Untuk sesuatu yang bergerak terus-menerus dan bergesekan akan timbul panas yang jika dibiarkan akan overheating dan akan mengikis material, maka alat ini harus didinginkan seperti bearing turbine, penggerak hidrolik valve turbine, seal oil generator. Tempat penampungan oli untuk alat-alat besar dan utama dinamakan MOT sedangkan alat kecil mempunyai oil yank sendiri. Kerja seal oil dimulai saat start dengan putaran turbine masih rendah (± 3 rpm) sehingga bearing turbine membutuhkan pendinginan dengan kecepatan aliran rendah dan turning gear oil pump (TGOP) bekerja. Dengan kenaikan putaran rpm yang semakin besar maka TGOP dimatikan dan diganti oleh auxiliary oil pump (AOP), AOP bekerja terus menerus sampai putaran turbine mendekati 3000 rpm, setelah 3000 rpm AOP dimatikan dan diganti main oil pump (MOP) yang berkecepatan dan bertekanan tinggi karena dibantu booster pump didalam MOT. Sedangkan emergency oil pump (EOP) digunakan untuk kondisi darurat jika keadaan pembangkit blackout (tidak ada daya AC sama sekali), prosesnya adalah saat turbine kecepatan tinggi dan berhenti mendadak maka masih terdapat panas pada setiap bagian yang bergesekan (yang dilewati seal oil) dan jika seal oil dibiarkan tidak disirkulasi maka panas akan mencapai titik maksimal dan bisa menyebabkan overheating material dan untuk menghidupkan pompa dibutuhkan energi cadangan arus DC yaitu pompa EOP, sehingga masih ada waktu sedikit untuk sirkulasi seal oil. MOT dilengkapi pendingin dari demin water sehingga temperatur main oil tetap terjaga dingin. Oli yang masuk ke MOT akan mengalami overflow dan secara gravitasi mengalir ke oil conditioner tank yang dilengkapi strainer untuk menyaring kotoran dan hasil penyaringan dipompa kembali ke MOT. Kondisi pemvakuman untuk membuang gas terlarut di MOT dan oil conditioner tank seperti penjelasan sebelumnya.

Kutip Artikel ini Sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2015). Vacuum System PLTU, Best Practice Experience in Power Plantwww.caesarvery.com. Surabaya

Referensi:
[1] Feriyanto, Y.E. (2015). Best Practice Experience in Power Plant. Surabaya

Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi DISINI

Feed Water System PLTU

Diposting oleh On Friday, June 12, 2015

Feed Water adalah air umpan utama boiler yang dimulai dari treatment condensate water sesudah deaerator dan mengalami beberapa treatment sampai terbentuk steam untuk menggerakkan turbine (Condensate Water – Deaerator – BFP – HPH 6 – HPH 7 – HPH 8 – Boiler & Steam Drum).
  • Deaerator
Di Deaerator (P = 7 kgf / cm2 & T = 174 oC), feed water mengalami 2 treatment yaitu treatment pertama secara mekanis feed water di spray-kan dari atas sehingga O2 terlarut terminimalizir karena kontak dengan steam dari arah yang berlawanan dan secara kimiawi menggunakan injeksi N2H4 (hydrazine) untuk pengikatan O2 sesuai reaksi :
N2H4 + O2 --> N2 + 2 H2O
Feed water dengan O2 yang sudah diminimalisir dipompa dengan boiler feed pump (BFP) menuju ke boiler.
Deaerator PLTU GR
BACA JUGA: Deaerator
 
  • Boiler Feed Pump (BFP)
Berfungsi menaikkan tekanan feed water dari deaerator (P = ± 7 kgf  / cm2 & T = ± 174 oC) menjadi P = ± 216 kgf / cm2 untuk dialirkan menuju high pressure heater (HPH).
  • High Pressure Heater (HPH)
Terdapat 3 HPH yaitu HPH 6 (± 199 oC) – HPH 7 (± 232 oC) – HPH 8 (± 261 oC)  yang berfungsi menaikkan temperatur dengan kondisi operasi keluaran mempunyai P = ± 187 kgf / cm2. Feed water kemudian masuk ke economizer boiler dan selanjutnya ke steam drum.
  • Boiler dan Steam Drum
Feed water dari HPH masuk sisi economizer boiler yang memanfaatkan panas gas buang boiler (flue gas) kemudian masuk ke steam drum yang berupa tabung untuk pemisahan fase gas dan fase cair, fase gas kemudian lanjut ke sistem berikutnya yaitu melewati superheater boiler (primary superheatersecondary superheaterfinal superheater) kemudian uap disebut main steam (P = ± 169 kgf / cm2, T = ± 541 oC) yang siap menggerakkan turbine sedangkan fase cair turun ke bawah melewati downcomer menuju ke boiler sisi utama (wall tube) untuk pemanasan ulang dan mengalir kembali melewati riser menuju ke steam drum sampai terus-menerus membentuk siklus. Di steam drum terdapat injeksi phospat (Na3PO4) untuk melumpurkan ion logam terlarut sehingga terbentuk sludge yang dikeluarkan dengan cara blowdown dan ditampung di blowdown tank dan juga berfungsi untuk menaikkan pH jika ada kemungkinan condenser bocor karena pH dijaga 8,6– 9,6. Dari grafik pH vs derajat korosi dibawah ini bisa disimpulkan bahwa pH boiler dijaga antara 8,6 – 9,6 karena pada kondisi ini derajat korosi mendekati nol.


Steam Drum PLTU BT
Grafik pH vs Derajat Korosi

Kutip Artikel ini Sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2015). Feed Water System PLTU, Best Practice Experience in Power Plant. www.caesarvery.com. Surabaya

Referensi:
[1] Feriyanto, Y.E. (2015). Best Practice Experience in Power Plant. Surabaya

Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi DISINI

Cooling Water System PLTU 200 MW

Diposting oleh On Friday, June 12, 2015

Cooling Water System adalah sistem pendingin air pengisi untuk mendinginkan peralatan yang menggunakan heat exchanger untuk menukar panas dari aliran fluida panas (melewati peralatan) dengan fluida dingin (air laut). Air pada unit pembangkitan terbagi menjadi 2 sebagai berikut :

“Cooling water system is cooling system of filler water to cool equipment using heat exchanger to exchange temperature from hot fluid (passing equipment) with cold fluid (sea water). Water in the power plant unit is divided into 2 likes below :”
 
1. Air Pengisi
Berasal dari air laut yang telah mengalami treatment di WTP yaitu feed water (siklus tertutup) dan hasil kondensasi steam di condenser yaitu condensate water. Proses untuk pendinginan di condenser mempunyai urutan proses sebagai berikut :

“Come from sea water that has been occur treatment in the WTP with process feed water (close cysle that change to main steam) and condensation result from steam in the condenser (condenser water). Process to cool in the condenser has series process likes below :”
  • Air Laut 
  • Coarse Screen 
  • Bar Screen
 BACA JUGA : Feed Water System PLTU

Filter kedua air laut yang berbentuk susunan besi berjajar dan bertujuan untuk menyaring kotoran yang lolos dari coarse Screen.
  • Travelling Screen
Filter ketiga yang bisa berputar yang terdiri dari roller dan rantai. Jadi saringan berputar untuk menyaring sampah – sampah yang mungkin masih terikut dari bar screen.  

2. Air Penambah
Air untuk penambah level air pengisi di proses dengan siklus tertutup, idealnya jika ada air masuk dalam siklus tertutup tidak ada massa yang berkurang namun pada kenyataan ada air yang berkurang karena teruapkan, bocor atau bereaksi dengan materi lain dalam proses sehingga dibutuhkan air penambah seperti peralatan di cooling water stand pipe untuk penambah cooling water di CWHE dan hotwell untuk penambah level air condensate water yang akan diumpankan ke deaerator.

Beberapa peralatan yang ada di Cooling Water System adalah :

“Water to add water level in the process with close cycle, ideally if there is water input in close cycle will not occur massa loss but really there is water losses because evaporated, leakage, outflow with blowdown or it reaction with other material in the process so that required add water likes CWSP to add cooling water in CWHE and Hotwell to add water level condensate water that will be feeded into deaerator.”
  • Circulating Water Pump (CWP)
Pompa yang digunakan untuk memompa air laut dari travelling screen menuju ke tube condenser. Tube condenser yang terbuat dari titanium (aman untuk fluida air laut) dan yang terbuat dari kuningan (perlu penanganan khusus untuk melindungi logam), di inlet tube ini diinjeksikan ferrous sulphate untuk memberi lapisan (lumpur) pada tube sehingga memberi perlindungan tube pada reaksi korosif air laut.


“Pump that used to pump sea water from travelling screen to the tube condenser. Tube condenser in the power plant usually made from titanium (safe for sea water) and brass (require special handling to protect metal). In the inlet tube is injected ferrous sulphate to give layer in the tube so that give tube protection at corrosive reaction of sea water.”
  • Sea Water Boost Pump (SWBP)
Pompa untuk menambah tekanan air laut yang berasal dari CWP untuk mendinginkan air siklus (air tawar untuk mendinginkan alat-alat) di cooling water heat exchanger (CWHE) karena pipa yang diambil ke CWHE berdiameter kecil. SWBP memompa air laut untuk mendinginkan air siklus  di cooling water heat exchanger (CWHE) menuju ke pembuangan discharge channel.

“Pump to add pressure sea water from CWP to cool cycle water (raw water to cool equipments) in the CWHE because pipe that taken into CWHE has small diameter. SWBP pumping sea water to cool cycle water in the CWHE to the discharge channel.”
  • Condenser
Berfungsi mengubah fase dari steam low pressure (LP) turbine menjadi cair (condensate water) dengan pengkontakkan fluida di shell and tube (shell diisi oleh steam low pressure (LP) turbine dan tube diisi oleh air laut yang dipompa CWP).

Terdiri dari beberapa alat seperti dibawah ini :
Condensor PLTU BL
  A. Didalam Kolom Condenser
  • Water Box (tempat penampungan air seperti mangkok sebelum masuk ke tube) 
  • Shell and Tube (shell berisi steam low pressure (LP) turbine dan tube berisi air laut dari CWP) 
  • Hot Well (Berfungsi menampung condensate water karena proses kondensasi hasil kontak antara steam dengan air laut) 
  • Butterfly Valve (valve penghubung antar condenser A dan condenser B sebagai alternatif jalan jika salah satu alat sedang maintenance) 
  • Backwash Valve (valve untuk pencucian jalur operasi condenser)
 BACA JUGA : Macam - Macam Penyaring (Screen / Filter)

 B. Diluar Kolom Condenser
  • Drain Condenser
Hasil dari penukaran panas di condenser adalah condensate water dan jika condensate water mempunyai conductivity tinggi (> 20 µs / cm) yang diketahui dari penunjukkan di condenser leak detector dan kemungkinan penyebabnya adalah kebocoran tube sehingga air laut mencemari condensate water. Untuk mengantisipasi condensate water ke aliran berikutnya maka dilakukan stop operation dan condensate water dibuang dengan membuka drain condenser.

“The result from heat exchage in the condenser is condensate water and if it’s has high conductivity (20 µs / cm) that known from display in the condenser leak detector and probably cause is tube leakage so that sea water contaminate condensate water. To anticipate condensate water to the next flow so it’s done stop operation and condensate water removed with open drain condenser.”
  • Injeksi Ferrous Sulphate
Diinjeksikan ferrous sulphate (FeSO4) di inlet tube condenser setelah selesai backwash (dilakukan 1x / hari). FeSO4 akan memberikan lapisan perlindungan di tube berupa lumpur/lapisan film sehingga air laut tidak akan bereaksi langsung dengan tube.
  • Tapproge System (Ball Cleaning)
Berupa bola karet khusus yang mempunyai diameter seukuran tube. Bola dimasukkan dalam kolom khusus kemudian dipompa melewati tube dan terikut aliran air dari pompa CWP dan berfungsi untuk membersihkan kotoran menempel di tube (kerang, biota laut, lumpur dsb).
Ball Tapproge PLTU GR
  • Condenser Leak Detector
Pendeteksi kebocoran condenser yang ditandai dengan tingginya pembacaan conductivity (> 20 µs / cm)
  • Cathodic Protection
Sistem perlindungan tube dari korosi air laut dengan mekanisme pemberian arus listrik DC pada batang logam cathodic terbuat dari timbal (Pb) di water box & tube. Cara kerjanya yaitu kutub (-) dihubungkan dengan logam yang akan dilindungi yaitu tube berbahan tembaga (Cu) sedangkan kutub (+) dihubungkan dengan anoda yaitu timbal (Pb) dan menurut deret volta Pb akan bereaksi lebih dahulu jika ada reaksi pengkorosian sehingga logam Cu aman dari pengkorosian dini.
  • Condensate Pump
Pompa yang digunakan untuk memompa condensate water menuju ke low pressure (LP) heater.
  • Cooling Water Stand Pipe (CWSP)
Berbentuk tabung panjang untuk penampungan air penambah di cooling water system. Air penambah berasal dari make up water dan disini juga dinjeksikan NaNO2 untuk menghambat perkembangan biota laut dan anti kerak di perpipaan.
  • Cooling Water Pump
Pompa untuk mensirkulasikan air siklus yang telah melewati peralatan panas untuk dialirkan ke CWHE. Beberapa peralatan panas yang membutuhkan pendinginan adalah :
  1. Main Oil Cooler 
  2. Generator H2 Cooler 
  3. Boiler Feed Water Pump (BFP) 
  4. Compressor
  5. Sampling Rack 
  6. Forced Draft (FD) Fan 
  7. Air Heater 
  8. Circulating Water Pump (CWP)
  • Cooling Water Heat Exchanger (CWHE)
Sebagai penukar panas yang terdiri dari shell (luar) yang berisi air setelah melewati sistem alat yang didinginkan (fluida panas) dan tube (dalam) dialirkan air laut (fluida dingin) yang dipompa dengan SWBP, sehingga terjadi kontak penukaran panas antara keduanya dan air keluar dari CWHE dalam keadaan dingin dan siap untuk siklus kembali ke alat yang membutuhkan pendinginan. Siklus terjadi terus menerus dan jika level air pengisi berkurang maka air penambah dari CWSP dibuka dan terikut aliran air siklus oleh pompa cooling water pump.

Kutip Artikel ini Sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2015). Cooling Water System PLTU 200 MW, Best Practice Experience in Power Plant. www.caesarvery.com. Surabaya

Referensi:
[1] Feriyanto, Y.E. (2015). Best Practice Experience in Power Plant. Surabaya

Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi DISINI