Trending Topik

Kindergarten

Diposting oleh On Thursday, February 06, 2020

Experience since CV in kindergarten so unic, CV with his sister learning and playing there.  Many experience he had done with his friends. CV often cried when his mother left him and not seldom CV went home to follow his mother. In class, CV has a characteristics silent, creative and shame.

CV study in kindergarten with his friends who their house near with CV’s house. Actually CV proceed to the next grade but his age was youger than their friends. So CV follow them and taken these circumstance.

CV parents were loving and teaching how to be a diligent children and smart thinking. His parents always invite him for recreation every 2 weeks. From here, CV’s mind always fresh and could using logic to find future dream.

The best award CV in kindergarten was 2nd championship subdistric painting competition, CV was chosen by teacher because CV ever drawing a bird on a black board. The teacher  thought that picture was good and called CV to follow painting competition.

Ternak Domba Sistem Cacah Pakan

Diposting oleh On Friday, July 15, 2016

Semakin bertambahnya kebutuhan daging kambing di Indonesia maka sudah seharusnya masyarakat Indonesia beralih ke beternak modern dengan cara yang efektif dan efisien. Efektif dari segi cara beternak dan efisien dari segi lama ternak untuk menuju ke dewasa. Banyak cara yang ditawarkan untuk beternak seperti :
  1. Kambing ditaruh kandang yang langsung beralaskan tanah dan pakan dicarikan lewat merumput (ngarit) sembari petani merawat hasil tanamannya
  2. Kambing diberi rumput gajah yang sudah ditanam di ladang kemudian untuk supplay tambahan diberi combor bekatul / gamblong / kulit kedelai
  3. Kambing di beri angkring sekitar 0,5 m dari tanah kemudian sistem pakan adalah fermentasi dan nonstop memberi pakannya
  4. Kambing diberi rumput gajah, dicacah dengan mesin kemudian dioplos dengan suplemen tambahan seperti bekatul, gamblong, kulit ari kedelai, kulit ari kopi, ampas sawit, ampas kecap, abluk jagung dll
Cara terakhir ini yang sudah aku lakukan untuk ternak dombaku :
  • Persiapan pakan, saya menanam rumput gajah mini khusus pakan kambing di belakang rumah. Mulai dari mencari bibit yang berkualitas, penataan pagar dengan jaring agar ayam tidak bisa masuk, penanaman bibit.
  • Dalam penanaman bibit 3x gagal karena saya letakkan tidur akhirnya bibit busuk, tidak muncul kuncup batang dan saya letakkan berdiri akhirnya hidup berkuncup. Dari mulai tanam sampai tumbuh kuncup batang sekitar 1 minggu dengan pemberian air yang cukup agar tanah lembab (terlalu basah bibit akan busuk dan terlalu kering bibit mati). Saya juga menanam kangkung untuk supplay pakan tambahan dan terbukti tumbuh bagus walau lahan kurang terkena sinar matahari akibat tanaman sekitar yang tumbuh tingi - tinggi.
  •  Sekitar 1 bulan, tumbuh tunas baru desekeliling bibit tadi dan irigasipun harus selalu ada dan gambar dibawah ini adalah bibit umur 3 bulan yang sudah mulai lebat
  • Kalau persiapan pakan sudah siap, tahap selanjutnya adalah membuat kandang. Kandang saya buat ukuran 5 x 15 m dengan rangka dan atap galvalum, untuk pemula sebaiknya pakai yang agak murah dulu saja kandangnya seperti pakai asbes dan rangka kayu atau pakai bambu


  • Sesudah rangka dan atap jadi, selanjutnya membuatkan beton penyangga serta kandang dari kayu kalimantan
  • Tahapan ini adalah mencacah rumput agar daun dan batang terpakai semua. Alat cacah menggunakan motor listrik < 450 watt yang di couple dengan karet untuk memutar pisau (alatnya pesan dari bengkel dengan harga 3 juta)
  • Rumput hasil cacahan kemudian dicampur dengan supply pakan tambahan dengan ditambah air agar bisa larut. Untuk pakan tambahan bisa juga dicarikan batang pisang, sampah kering atau daun - daunan dari kebun yang sudah digiling dengan mesin
  •  Pakan juga bisa ditempatkan di bak / baskom sesuai kebutuhan, untuk anakan lebih baik dibawah karena akan mudah memakannya dan indukan mending diatas

Referensi : Pengalaman pribadi berternak domba di Blitar

Kisah Perjalanan Pekerjaannku

Diposting oleh On Wednesday, June 29, 2016

Saat itu aku diwisuda di Gr*ha ITS dengan di temani keluarga Blitar dan pacarku Muxx. Pacarku menemani aku sampai selesai dan memberiku mawar pertanda kebahagiaan kasih sayang. Satu laboratorium diwisuda bersama dan setelah itu diarak menuju ke jurusan oleh junior angkatan. Kami diperlakukan seperti tamu kehormatan (karpet merah, disambut layaknya pengantin, ditaburi bunga, diiringi musik romantis, dikalungi dan diberi cidera mata). Kemudian kami sekeluarga duduk di tempat yang sudah disediakan dan kepala jurusan teknik kimia memberi sambutan. Setelah itu, kami semuanya pesta makan - makan dan foto bersama angkatan. Menginjak siang, saya sekeluarga pulang (saya diantar ke kos dan keluarga kembali ke Blitar). Moment itu adalah moment bersejarah di hidupku karena cita - cita kuliah sudah terpenuhi dan membuat bangga orangtua dengan anaknya bisa kuliah tinggi.
Sesudah lulus adalah moment dimana beban mental wisudawan di uji, dimana sudah lulus dari kampus ternama yaitu ITS namun diterima kerjapun juga masih sangat sulit. Aku meng - applykan seluruh lamaran kerjaku ke semua lowongan (aku tidak fanatik harus kerja di perusahaan bagus karena aku mikir aku sudah cacat rahang dan tangan patah begitu juga gigiku banyak yang patah jadi sulit mencari pekerjaan karena hampir semua perusahaan yang bagus mensyaratkan calon karyawan tidak cacat sama sekali, sehat jasmani dan rohani). Temanku hampir semuanya pilih - pilih pekerjaan, karena dia mikir lulusan ITS harus mendapat pekerjaan dengan prospek tinggi. Sebaliknya berbeda dengan aku, karena aku melamar hampir semua lowongan baik via online maupun lewat pos dan setiap selesai melamar pasti aku catat di buku tersendiri untuk memastikan jika ada telepon dari pihak pekerjaan aku tidak bingung dan bisa merespon (saking banyaknya lamaran, aku pernah di telepon untuk mengikuti interview namun aku bingung perusahaan apa itu dan akhirnya dalam telepon malah terjadi perdebatan namun sesudah aku ingat - ingat ternyata memang aku melamar via online dan tidak aku catat). Jika ditotal maka lamaran pekerjaanku kira - kira 100 aplikasi dan dari semua itu yang kepanggil hanya 5 - 10% saja. Pacarku kala itu selalu membantuku melamarkan via pos dan mencarikan pekerjaan via online, karena sangat terbebani mentalku saat itu, sudah lulus namun belum kerja juga dan akupun tidak berani pulang Blitar karena malu ditanyain tetangga. Jadi lulusan kampus terbaik, nilai IPK tinggi bukan jaminan mendapat pekerjaan enak dan bagus karena kita masih bertaarung lagi dengan teman - teman kita sendiri.

Waktu itu ada bazar lowongan pekerjaan di Gr*ha ITS dan ini memang kegiatan rutin 1 tahun 2 kali untuk menjaring para lulusan agar segera menemukan pekerjaan secepatnya. Dari semua aplikasi yang aku lamarkan, hampir tiap hari aku kepanggil dan mengikuti tes mulai tahap 1 tes psikologi, tahap 2 tes kemampuan akademik, tes 3 tes kemampuan bahasa inggris, tes 4 tes HRD dan user, tes 5 tes kesehatan, tes 6 tes direksi. Dari beberapa tes tersebut aku banyak lolos walau ada juga yang gagal. Sekitar 1 bulan terhitung dari sesudah aku lulus, tes yang mengumumkan kelolosan paling cepat adalah pabrik otomotif terkenal PT HPM. Aku sharing dengan orang tua dan teman - teman bahwa aku diterima ini, aku bercerita ingin sekali kerja di bidang teknik kimia bagian proses namun oleh teman - teman dan orang tua disarankan diambil saja pekerjaan ini karena sekarang mencari pekerjaan susah, mumpung rejeki memihak diambil saja untuk mencari pengalaman (memang saat itu hanya sekitar 10 % dari total angkatan yang kerja sesudah 1 bulan wisuda dan banyak teman stress di kos - kosan menunggu ketidakpastian mendapatkan pekerjaan). Kebanyakan dari teman - teman yang sulit mendapat pekerjaan adalah karena ingin pekerjaan yang levelnya prospektif, gaji tinggi dan penempatan dekat rumah tinggal, makanya mereka sabar menunggu sampai ada lowongan bagus namun efeknya adalah waktu nganggurnya lebih lama sekitar 6 bulanan untuk mengikuti tes pekerjaan itu. Jadi jangan harap lulusan kampus baik dengan jurusan prospek akan mudah mendapat pekerjaan, karena semua berawal dari usaha yang telaten, mencoba, mengulangi jika gagal dan memperbaiki jika ada kekurangan. Untuk mendapat pekerjaan kuncinya tetap di usaha kita masing - masing, menjalin link dengan senior untuk menanyakan lowongan, mencari tahu trik lolos interview, mencari tahu posisi yang tepat sesuai bidang keahlian kita dan tidak langsung main tembak saja ingin seperti itu namun background pendidikan tidak nyambung dan kemampuan yang pas - pasan. Jika memang ada orang bawaan, si pembawa ini akan mempunyai beban yang berat saat yang dibawa tidak berkemampuan lebih yang diharapkan perusahaan karena nama baik si pembawa akan terus melekat pada kinerja orang yang dibawa (jadi sudah pantaskah kita dibawa dan membawa nama baik orang yang berjasa membawa kita???)

Diterima di PT HPM, akupun naik kereta sekitar 8 jam dengan tujuan Purwakarta dan setiba di stasiun kemudian naik angkot menuju ke Karawang. Kebetulan saat itu aku bersama teman beasiswaku Muklis yang juga diterima disana, jadi kami berdua menuju ke Karawang. Setiba di Karawang, kami harus mencari kos - kosan dengan membawa koper besar (teman - teman yang lain banyak yang diantar saudaranya naik mobil untuk mencari kos - kosan), kami berjuang dari pagi sampai sore dan tidak menemukan kos - kosan sampai akhirnya kami sholat maghrib dulu dan melanjutkan pencarian sampai ketemu kos - kosan. Kami sangat bersyukur, di waktu yang sudah petang dan membutuhkan tempat istirahat ada petunjuk dari Alloh walau kos - kosan sangat jauh dari layak (harga 500 ribu / bulan dan kosong tidak ada isi sama sekali). Kami tetap menerima kos itu dan hari pertama aku tidur beralaskan sajadah dan bantal dari tumpukan buku + baju. Hari kedua, kami berbelanja tikar tipis 50 ribu dan kipas angin mini untuk isi kos. Kerja disini seperti romusha, pagi dijemput 05.30 dengan bus, sampai kantor jam 07.00 (makan pagi), 10.00 (coffe break), 12.00 (makan siang), jam 15.00 (coffe break), jam 18.00 (makan malam), 18.30 bus jemputan pulang  dan sampai kos jam 19.30 bahkan 20.00 tergantung kemacetan jalan. Kerja kami adalah berdiri terus mengawasi operator SMK bekerja, kami berbaju putih - putih, tidak ada tempat duduk di lapangan dan jika duduk sembarangan pasti akan kotor bajunya (desain baju dan celana disengaja putih, mungkin untuk membuat kita berdiri terus sehingga semangat bekerja tidak boleh malas - malasan duduk, sungguh terlalu kalau kita diperkerjakan seperti ini). Dari lapangan kita naik ke lantai atas menuju kantor manajemen untuk melaporkan hasil inspeksi, semua seperti robot, acuh dan sibuk dengan kegiatannya masing - masing. Pekerjaan tidak dihargai, pendapat tidak dihiraukan dan kebersamaan tim tidak ada (dalam hati menyimpan dendam, betapa aku mikir, aku lulusan ITS, tidak bodoh, mengapa aku mau bekerja di lingkungan seperti ini). Selama training, kami hanya duduk diam tidak ada yang menyapa, mengajari atau memberi informasi. Kami seperti tamu yang tidak diharapkan disana, duduk di pojokan melihat semua sibuk dengan urusan sendiri - sendiri. Ras putih mendominasi posisi manajemen dan advisor dari Jepang mengawasi kinerja manajemen, jadi ras pribumi tidak ada apa - apanya disana. Selama 3 bulan disana, aku mencari pekerjaan lagi dengan apply lamaran seperti PUSRI, IP, Petrokimia dan dari lamaran itu, aku kepanggil semuanya. Setiap panggilan pekerjaan ada di hari Sabtu atau Minggu, sehingga pas ada pengumuman tes, di hari Jumat sesudah kerja aku langsung menuju ke Bandara Soekarno Hatta menuju ke Surabaya (dari tempat kerja menuju ke jalan utama mencari charter mobil naik ojek 15 ribu, kemudian charter ke bandara ditempuh 4 jam 400 ribu karena jika naik bis gak nututi waktunya karena Karawang Jakarta jalan tol macet total dan pesawat garuda jam 21.00 dengan biaya 950 ribu). Sampai di Surabaya, aku dijemput pacarku Muxx dan dibawa ke kosnya untuk mengambil motorku dan aku tidur dirumahnya mas Mardian temanku, Sabtu aku menjalani tes sesudah itu main sama pacar melepas kangen dan hari Minggu siang aku menuju bandara Juanda dengan naik pesawat jam 15.00 dengan naik pesawat lion 550 ribu, setiba di Soeta jam 16.00 aku mencari bus Damri menuju ke karawang dengan biaya 40 ribu, kemudian naik ojek menuju ke kos dengan biaya 30 ribu dan jam 21.00 aku sudah tiba di kos. Pengorbanan uang PP dengan total biaya 1.985.000 inilah yang menjadi bekal dan doa harapan aku bisa menemukan pekerjaan yang layak. Perjalanan ini aku lakukan kira - kira 5 x selama 3 bulan dan tentu uang gaji tidak mencukupi sehingga tabunganku harus dipake untuk menambalnya namun aku tidak perhitungan karena setiap jalan perubahan ada pengorbanan yang kita keluarkan (bisa waktu, uang, tenaga, pikiran dan perasaan). Sekitar 6 bulan berjalan, pabrik baru PT HPM sudah jadi dan peluang mendapat posisi strategis semakin terbuka. Dari yang semula kerjaku di shift pagi terus sekarang ada 2 shift, jadi 3 hari aku shift pagi dan 3 hari shift malam. Kondisi ini membuatku sangat tidak enak karena mengatur waktu tidur yang berubah - ubah sangat sulit dan membuat aku ngantukan saat kerja. Tanda kalau aku malas kerja adalah mata layu, menguap ngantuk terus dan tidak ada semangat. Aku kepikiran terus dengan lamaranku, sudah sampai mana prosesnya dan waktu itu ada pengumuman terakhir untuk Petrokimia Gresik dan aku sangat bersyukur karena pengumuman ini adalah 150 orang lolos dari 8000 pendaftar se Indonesia. Aku berencana mau resign dan dalam waktu dekat bertepatan dengan libur hari raya Idul Fitri sehingga ini adalah moment pas untuk pulang kampung sekalian tidak usah balik lagi dan benar kurang 2 minggu dari moment ini aku mengajukan surat resign dengan inti mohon maaf jika ada kesalahan selama bekerja (surat resign ditolak oleh manajer Pak Dhani yaitu orang pribumi yang pintar, sabar, kalem, tenang yang bisa menduduki jabatan setara ras putih karena memang manajemen di sana kebanyakan ras putih. Kata beliau surat tidak boleh ada kata maaf, karena itu menandakan aku keluar ada salah dan membuat kesalahan karena surat ini nanti sebagai referensi aku melamar kerja di perusahaan lain). Akhirnya surat resign aku revisi dan ditandatanganilah oleh manejer, aku pamitan dengan semuanya.

Aku pulang ke Surabaya dengan  rasa gembira karena sudah sangat yakin diterima di pekerjaan yang telah aku lamar itu karena tinggal satu langkah lagi. Sekitar 3 minggu kemudian ada tes interview direksi dan aku menjalani itu, pengumuman hasil akhir 2 minggu setelah itu yaitu diambil 76 dari 150 orang yang lolos terakhir dan rejeki tidak memihak ke aku.  Nasib ini malah disyukuri oleh pacarku kala itu, karena pikirnya jika aku lolos di pekerjaan yang bagus malah membuat aku sombong dan jauh dari agama, dia menyadarkan bahwa ini adalah pembelajaran kehidupanku agar menjadi orang yang rendah hati dan tidak sombong. Akhirnya aku juga ikhlas menerima keputusan ini. Pengumuman gagal ini berbarengan juga dengan hasil tahap akhir tes ku di Pupuk Kaltim dan dalam benakku timbul apakah karena aku daftar 2 perusahaan dengan holding sama akan ketahuan oleh panitia karena syaratnya harus mendaftar salah satu saja dari 2 holding tersebut namun aku daftar kedua - duanya. Sampai sekarang tak ceritakan ke istri tentang gagalku itu, dan istriku menganalisa mungkin karena caraku berbicara terlalu menggebu - gebu dan sok pintar, dimata direksi yang dinilai adalah kepribadian, humoris dan bisa diatur karena pintar itu bisa dibentuk. Sesudah semua harapan gagal, akhirnya aku terpaksa kos di dekat kos pacarku yang hanya berjarak 300 m yaitu daerah Karang Menjangan. Lebih dari 3 bulan aku belum menemukan pekerjaan dan keuangan ku menipis karena tiap hari untuk makan dan main sama pacar dan tidak ada pemasukan sama sekali sehingga aku berfikir keras untuk menutup biaya pengeluaran itu yaitu aku menghubungi murid lesku dulu yang tak tinggal karena aku kerja di Karawang. Ternyata masih banyak yang ingin aku les i sehingga di sore jam 16.00 sd 21.00 aku ngelesi dan Alhamdulillah mendapat uang tambahan untuk makan dan biaya hidup sehari - hari. Tiap hari aku search pekerjaan yang ada di Gresik, Sidoarjo, Mojokerto dan Surabaya dengan tujuan jika aku bekerja di Jawa Timur maka aku bisa dekat dengan ibuku jadi jika ibu ada apa - apa aku bisa dengan segera pulang lewat jalur darat karena ibuku hidup terjepit di Blitar dan hanya akulah anak dewasa yang bisa menyelesaikan permasalahan ibuku. Puluhan lowongan aku masukkan dan hanya sedikit yang merespon dan memanggilku. Sampai ketika yaitu PT MN bidang technical engineer memanggilku untuk mengikuti serangkaian tes di Gresik, aku mengikuti proses demi proses tahapan tes. Aku sangat tertarik dengan perusahaan ini, bidang sesuai passionku dan gaji lumayan tinggi dilihat dari biaya hidup di Gresik yang murah.

Setelah sekitar 2 minggu aku ditelepon oleh perusahaan untuk tanda tangan kontrak dan aku menerima tawaran kerja di PT MN dan keadaan ini mengharuskan aku cari kos - kosan di Gresik maka berangkatlah aku kesana dengan pacarku kala itu naik Satria Fu. Tiba disana, kami tanya orang - orang sekitar tidak ada yang tahu tempat kos - kosan, aku tanya temanku yang kerja di Gresik 2 orang dan semuanya bilang kos jauh dari tempatku bekerja serta mereka tidak memberikan solusi (aku sempat mikir, mereka apa takut tak tumpangi semalam ya, masak bilang sekejap cuma bilang jauh dari tempat kerja, seharuse kan memberikan solusi daerah mana yang cocok maka aku akan mencarinya karena masa itu memang aku baru pertama di Gresik tidak tahu sama sekali tujuan dan mereka sudah 0,5 tahun tinggal di Gresik setidaknya membantu arah). Akhirnya aku menghubungi teman akrabku kuliah anak Tulungagung yaitu Alfian, dia dulu pernah kerja di Gresik dan tinggal daerah GKB dan dia menyarankan aku mencari disana. Dengan bantuan GPS, aku dan pacarku mencari kos dan Alhamdulillah dapat di Gang Baja sesuai arahan Alfian dengan harga murah 250 ribu / bulan. Aku deal kan dengan pemilik kos dan keesokan harinya, koper besarku tak bawa dengan naik motor bersama pacar dari Surabaya ke Gresik perjalanan selama 1 jam (sangat capek pasti pacarku memangku koper yang besar, namun aku menghargai perjuangan dia sampai segitunya, terima kasih kau yang jauh disana, kenangan tetap teringatku selalu walau kita tak bisa lagi bersama selamanya, biarlah itu menjadi kenangan terindah terukir di masa lalu kita). Hari pertama kerja, aku sudah bisa menebak betapa kekeluargaan disini sangat enak, ramah - ramah dan tidak ada perebutan jabatan. Manajerku lulusan ITS juga makanya sangat klop dengan aku, beliau memberi masukan yang masih tak ingat sampai sekarang "kamu ingin jadi kepala domba apa ekor harimau" yang artinya kamu ingin kerja di perusahaan kecil tapi hasil usahamu, saranmu dan penelitianmu dianggap karena orang sedikit dan mendapatkan posisi seperti apa kamu inginkan ataukah kamu kerja di perusahaan besar namun usaha dan saranmu tidak dilihat karena masih banyak yang dominan diatasmu (dengan analogi perusahaaan kecil tapi kita jadi kepala apa perusahaan besar namun kita hanya jadi staff selamanya). Dengan kata - kata ini aku menjadi semangat untuk berkarir karena aku ingin menjadi kepala domba ketimbang ekor harimau dan pacarku juga bersyukur aku bisa kerja disini karena dengan perusahaan kecil aku menjadi tidak sombong dan bisa belajar tentang kehidupan, tidak mengejar duniawi saja. Benar saja, saat aku kerja di PT HPM yang besar, disana tidak dianggap namun saat di PT MN segala usaha dan penelitianku menjadi sorotan sehingga membuatku semangat berinovasi terus.

Hari demi hari aku lalui di perusahaan ini, aku mendampingi sales Pak Atok keliling dari kota ke kota, provinsi ke provinsi dan pulau ke pulau untuk mengenalkan produk kimia ke pelanggan. Dari pengalaman di lapangan ini, aku mempunyai link besar terhadap pengusaha - pengusaha dan cerita tentang perjalanan usahanya sehingga ini yang membuat aku termotivasi belajar membuat usaha dan belajar memenajemen resiko dari pengalaman mereka. Kalau di kantor, aku sering riset di laboratorium untuk meningkatkan efisiensi produksi dan mengolah limbah agar jadi sesuatu yang berguna. Pertama aku riset aku menemukan keampuhan hasil riset dalam mematikan rumput liar dan aku coba berulang - ulang kemudian tetap menunjukkan keampuhan. Aku bercerita ke pengusaha yang dahulu aku kenal  untuk mengemas hasil risetku ini dan menjualkan atas nama CV nya dia dan hasil produk aku beri nama samar - samar sesuai namaku "Stolonifer". Aku terus tertantang untuk mencoba meriset lagi hasil limbah pabrik yang tidak digunakan dan akhirnya keluar produk baruku penjernih air keruh (Ferfloc), pemutih pakaian (Kinclong ++) dan pengental getah karet. Dari semua ini di komersilkan oleh CV pengusaha yang aku kenal tersebut dan aku mendapat royalti. Waktu itu sekitar 6 bulan berkerja, aku diajak sales ke Kendari Sulawesi Tenggara untuk mengenalkan produk yang singkat cerita aku memulai bisnis minyak atsiri sampai akhir dapat royalti (cerita detail ada di bab sebelumnya). Setelah dapat uang banyak, aku tanya ke sales enaknya dibelikan rumah apa mobil dan sales mengatakan kalau kamu masih nikah lama enaknya beli mobil supaya ada nama dan gengsi. Akhirnya aku beli Honda Jazz RS putih dan tak bawa ke kantor (semua orang kantor terpana karena kaget betapa aku yang masih kerja sebentar dan dari desa  bisa membeli mobil). Setelah punya mobil itu, aku sering ke Malang menemui pacarku untuk ngajak jalan - jalan karena dia keterima kerja disana dan hanya 1 bulan dari itu aku putus dengan dia (cerita tersendiri panjang). Di kantor, aku sering mojok nangis, teringat dia karena kita sudah mau merencanakan nikah  tapi ternyata berhenti di tengah jalan. Dalam seminggu aku turun 5 kg karena tidak nafsu makan dan aku sakit sampai tak bawa ke dokter di marahi sama bu dokternya karena katanya aku ganteng masak ditinggal cewek saja sampai segitunya. Pelan - pelan aku move on, di kantor aku sering godai cewek - cwek di kantor karena kebanyakan masih single dan cantik - cantik. Aku sering mengajak keluar makan - makan dengan anak kantor seperti Lis, Nindi, Rara, Shinta dan 2  anak magang. Cewek yang sering aku goda pas pulang kerja adalah Shinta (anaknya lucu, gemesin dan sok jual mahal), pas aku masih naik motor dia selalu tak goda gak bareng aku ta, terus dia acuh gak mau jawab dan langsung  pulang begitu saja (dia selalu diantar jemput oleh pembantunya). Salesku Pak Atok selalu ngompori aku agar menggoda terus Shinta, karena pacar Shinta kerja di Jakarta (dia LDR dan beda agama). Pak Atok jika ngobrol sama aku bilang tentang Shinta "A", namun jika sama Shinta dia ngomongin tentang aku "B" sehingga kami serasa penasaran dan mulai tumbuh rasa. Shinta bilang ke teman kantor mau potong leher jika jadian sama aku karena aku lelaki murahan katanya yang selalu jelalatan lihat cewek, dia ingin laki - laki yang berwibawa dan elegan. Selama aku goda Shinta, ternyata pembantunya yang jemput selalu mengamati tingkah lakuku dan dilaporkan ke ibunya Shinta "bu, tadi mbak Shinta digodain sama cowok ganteng seperti bapak, ibunya pun penasaran dan tanya ke Shinta siapa dia, Shinta menjawab dia anak ITS, jelalatan dan tidak suka namun ibunya memaksa untuk mengenalkan aku kepadanya. Pernah pas aku jemput Shinta, ibunya dari balik kaca jendela mengamati aku dari luar dan menurut ibu Shinta aku laki - laki ganteng, pintar dan sholehah, sehingga sama ibu Shinta sering di sholati tahajjud supaya anaknya jodoh sama aku karena ibunya tidak meridhoi dengan pacar Shinta yang berbeda agama. Setelah sekian lama dekat, aku pernah mampir ke rumahnya dan betapa kaget rumahnya sangat bagus, aku sangat minder karena aku dari desa namun ibunya menjelaskan bahwa bapak dan ibu dulu dari nol dan dari desa juga sampai sekarang bisa seperti ini juga karena proses. Bapaknya mulai dari SMK, bekerja berprestasi dapat beasiswa kuliah di ITB setelah itu menjadi supervisor, manajer dan direktur. Ibunya sangat kalem tidak pernah marah dan ini yang membuatku damai (padahal biasanya orang kaya ingin menantu kaya atau pekerjaan bagus), kondisi ini membuat aku nyaman dan akhirnya aku putuskan untuk memulai hubungan dengan Shinta lebih dekat. Setelah aku putus, 1 bulan kemudian Shinta juga putus (cerita putusnya Shinta lucu, tiap telpon pacarnya katanya Shinta selalu bilang digodain anak kantor namanya Feri, dia sebel digodain terus dan tidak suka kemudian pacarnya marah dengan bilang kamu ini pacarnya sapa kuk tiap telpon bahas cowok lain, apa kamu suka dia). Berawal dari situlah mulai renggang hubungan dia ditambah beda agama yang tidak bisa disatukan dan doa dari ibunya tiap sholat tahajjud yang tidak merestui namun Shinta tetap ngotot berhubungan dan orang tuanya tidak memaksa karena dalam janjinya si cowok mau masuk islam menjelang nikah). Aku melihat Shinta diam, pucat seperti habis nangis namun ditahan - tahan dan ternyata setelah tak selidiki lewat Pak Atok dia baru saja putus. Moment inilah yang membuat tiap pulang kerja aku dan Shinta pasti jalan keluar (makan dan nonton) dan timbul benih - benih cinta. Aku tidak terlalu suka dengan dia karena jika dibanding cewek diluar banyak yang lebih cantik, putih dan tinggi apalagi aku juga tidak jelek dan waktu itu sudah punya mobil. Aku dekat dengan Yuni temanku SMA, Azilu anak FK, Ike junior SMA, Dian sang mantan dan harapan CLBK dengan mantan Mufida. Shinta sering tak ajak main hanya untuk menghiburku saja (jahat juga sih, dulu tak godain pas punya pacar dan saat putus aku tidak segera menembaknya karena masih ragu). Aku tanya teman kantor kepribadian dan latar belakang Shinta yang notabene anak manja dan orang kaya, tidak pernah cuci, masak dan kerja aja diantar pembantu. Teman - teman menyarankan aku menjauhi dia, karena takut e kalau sama aku dia tidak bisa diajak sengsara. Sampai pas dinas luar ke Tuban aku tanyakan jodoh ke orang pintar dan dibaca dari cewek yang dekat aku seperti mantanku diibaratkan burung kenari (banyak ngomong tapi baik hatinya), Shinta diibaratkan cendrawasih (bisa mendampingi pasangan menjadi orang hebat) dan Yuni diibaratkan kesederhanaan (bisa diajak hidup sederhana). Shinta menangis karena aku tidak segera memberi keputusan menembak dan dengan bahasa tersirat dia akan pergi jika dalam waktu 1 bulan tidak ada keputusan. Dalam waktu 1 bulan itu, aku masih hubungan dengan mantan, sempat bertemu, sempat balikan namun putus lagi karena memang kepribadian kita tidak bisa disatukan lagi dan aku berhubungan dengan Yuni main ke rumahnya dikenalkan orang tuanya serta main bareng sama dia kemudian dengan Azilu nonton bareng di Malang curhat banyak dan dia masih ingin kuliah kedokteran 3 tahun lagi baru boleh menikah, dengan Ike sering tak ajak pulang ke Blitar dengan mobil dan dengan Dian main ke Museum Angkut Malang serta Pantai Pangi sempat bahas masalah balikan namun buntu di tengah jalan. Sesudah dirasa cukup aku merasakan pengalaman dengan banyak cewek akhirnya aku memutuskan memilih Shinta dengan pertimbangan kalau pacaran jarak jauh aku tidak bisa, karena tempat curhat dan keluh kesahku hanya pacar makanya dia harus dekat dengan aku (jika aku curhat ke ibuku takut terbebani dan malah menambah stress orang rumah nantinya). Aku tembak Shinta tanggal 27 September 2014 dan hanya dalam waktu 1 bulan kita sudah membicarakan masalah tunangan dan menikah. Karena peraturan kantor tidak membolehkan suami istri dalam 1 kantor maka akulah yang mengalah resign. 1 bulan sebelum resign, alhamdulillah aku mendapat rejeki dari usaha dan tak gunakan untuk membeli rumah di Gresik dan posisi saat itu di umurku 26 tahun dan aku sudah memiliki mobil dan rumah (Alhamdulillah ya Alloh, Engkau telah menolong kehidupanku) dan bulan Oktober aku mengajukan resign.

Setelah resign dari PT MN, pacarku meminta berkas - berkasku dan oleh dia dikirimkan via pos untuk didaftarkan di pembangkit yang kebetulan itu pas kmi lagi nostalgia ke ITS jalan - jalan sampai akhirnya menemukan lowongan itu. Aku marah - marah dan tetap tidak mau kerja disana, karena bidangku teknik kimia, kalaupun disana nanti kerjaane cuma di laboratorium, limbah dan K3. Bagiku itu sayang jika jurusanku yang bagus hanya untuk kerja disana. Lama tes tahap 1 sampai tahap akhir adalah mulai bulan Oktober sampai akhir Desember, sehingga aku harus nganggur lama, stress namun aku menyibukkan diri dengan mengecat rumah yang baru saja aku beli. Aku mengecat seluruh rumahku luar dalam dari jam 9 pagi sampai jam 12 malam , aku senang bisa mengisi waktu luangku dengan  hal - hal positif dan menghasilkan sesuatu. Aku tidak mengandalkan satu lowongan saja, sangat banyak lowongan yang telah aku lamar namun sabar adalah jalan terbaik, menunggu dan menunggu adalah proses. Aku mengikuti tes di pembangkit ini setengah hati, namun ternyata malah sukses sampai tahap akhir yang Alhamdulillah mengantarkan aku sampai sekarang blog ini ditulis. Akhir Desember aku diterima di perusahaan ini, aku langsung pendidikan militer di Kodam Brawijaya Jember 1 minggu (digembleng militer, rambut digundul semua biar sama rasa sama rata, tidur cuma 2 jam / hari, latihan fisik terus dari jam 04.00 sd jam 00.00 dan makan cuma nasi sama lauk yang tidak ada kuah dan rasanya, dibuat hambar yang ditujukan untuk membuat tidak manja jika di keadaan yang kurang memungkinkan kita masih bisa bertahan hidup dengan memakan apa yang ada disekitar kita). Aku sangat lelah, ngantuk berat dan seperti mau sakit, kegiatan tiap hari senam, lari, pencak, baris berbaris, dibentak - bentak, dilatih militer seperti flying fox, panjat tebing dan lompat halang rintang. Setelah 1 minggu kemudian kami diberangkatkan ke Trawas untuk pendidikan sesuai bidang pembangkitan, hawa sangat dingin dan akupun sakit karena 1 minggu capek banget pas diklat militer dan disambung  1 minggu full training kelas dengan hawa sangat dingin. Kemudian pengumuman penempatan kerja yang meliputi seluruh Indonesia, satu per satu peserta dibacakan penempatannya dan Alhamdulillah aku ditempatkan  di kantor pusat Surabaya di bagian Engineering. Pengalaman kerja hari pertama di kantor pusat adalah suasana sangat damai, kekeluargaan tinggi dan kebersamaan tim yang solid. Aku diajari terus sama Asman mas Zul dan dikasih terus materi - materi pembangkitan sehingga sedikit demi sedikit berkembanglah ilmuku. Masa Training OJT selama 1 tahun dan jika keluar sebelum 1 tahun maka terkena pinalti 40 juta, gaji awal - awal sangat kerasa untuk biaya hidup yaitu cuma UMR selama training 1 tahun, namun setelah diangkat karyawan tetap maka gaji, bonus dan uang dinas luar tak terbayangkan besarnya. Sungguh aku merasakan kebahagiaan yang amat dengan keadaan ini, dengan rejeki ini aku selalu menyisihkan 2,5% untuk zakat mall ku dan juga anak - anak yatim mengingat aku dulu juga pernah yatim. Di kantor pusat aku belajar selama 3 bulan kemudian untuk mengembangkan ilmu aku di sekolahkan ke pembangkit 3 bulan mulai belajar menjadi operator sampai mengoperasikan labratorium, mulai belajar alat dan proses dari air menjadi uap penggerak Turbine. Setelah 3 bulan di pembangkit, aku kembali lagi di kantor pusat dengan membawa pengalaman cukup dan sungguh kerja sangat enak disini, mau keluar kantor tidak ada ijin, mau telat tidak apa - apa, pekerjaan dalam 1 bulan cuma sedikit yang lainnya pengembangan diri sesuka kita. Jadi kerja disini jika anaknya tidak pekerja keras akan membuang waktdan tidak mendapatkan pengalaman, namun jika rajin dan pekerja keras maka dengan belajar kelilmuan lain, pengalaman dan pengetahuan akan bertambah.

Anugrah Alloh dalam Kehidupanku

Diposting oleh On Thursday, June 23, 2016

Selama aku menjadi tukang ngarit, aku tidak pernah sakit keras dan malahan saat aku tidak ngarit aku sering flu, migrain, batuk - batuk dan panas. Jadi dengan keluarnya keringatku setiap hari, aku malah semakin sehat. Perutku sixpack, lenganku dempal, leherku kekar dan dulu aku yang kurus tinggi sekarang menjadi pendek dan kekar. Aku menyadari di masa pertumbuhanku itu aku sangat kurang gizi, dimana yang lain bisa menikmati main sepulang sekolah, pacaran dan makan - makan enak namun aku dengan serba kekuranganku menikmati semua hasil jerih payahku. Di sawah aku merasakan kebahagiaan luar biasa, suasana damai, banyak orang - orang yang juga ngarit dan pemandangan yang indah yaitu melihat aneka macam sayuran dan buah - buahan (sawah di daerahku sangat subur karena tanahnya bekas lahar Gunung Kelud). Kambingku yang tak pelihara rata - rata babon nya beranak jantan (harga jantan lebih mahal dari betina) sehingga ini betapa pertolongan Alloh yang menolong hambaNya. Setiap lahir pernah 3 dalam 1 babon dan jantan semua dan yang paling sering adalah lahir 2 jantan semua dalam 1 babon.
Dulu sewaktu aku masih ditinggali motor butut bapakku yaitu Suzuki Tornado GX, aku ingin sekali motor Yamaha F1ZR karena waktu itu sangat keren untuk anak muda dan larinya kenceng. Aku berdoa setiap habis sholat dan rentang 6 bulan Alhamdulillah impianku terkabul walau harus nyicil. Dan sesudah 3 tahun tak miliki itu, aku berdoa lagi agar bisa membeli Suzuki Satria FU dan rentang 1 tahun impianku juga terkabul. Motor inilah yang dulu tak pakai ngelesi saat aku masih kuliah dan banyak menghasilkan uang untuk hidupku. Motorku ini tidak akan aku jual karena sungguh mengenang perjuanganku dulu. Setelah aku lulus kuliah dna bekerja di salah satu pabrik otomotif terkemuka, aku bermimpi ingin Honda Jazz RS dan rentang 1,5 tahun tanpa di duga - duga Alloh mengabulkan setiap doaku. Jadi setiap doa kita yang kita usahakan keras dan momohon kepadaNya pasti akan di dengar oleh Alloh namun ada rentang waktu yang perlu kita tunggu, jadi bersabar, berusaha dan berdoa adalah usaha terbaik di hidup ini.

Sewaktu aku diterima di ITS, aku yang dari desa ke kota merasakan sesuatu yang sangat berbeda mulai dari lingkungan, pengeluaran uang, ketenangan dan pesaudaraan. 3 hari aku di Surabaya aku masih menangis kangen ibu dan adik - adikku karena merekalah yang tahu keluh kesahku dan obat dari semua masalahku, namun Alloh telah berencana lain, di hari pertama aku kuliah, aku sudah langsung bertempat di asrama beasiswa (dimana teman - temanku hampir semuanya diantar orang tuanya ke Surabaya dan dicarikan kos) dan aku langsung seperti punya saudara dekat (karena di asrama ini kita satu nasib yaitu orang berekonomi rendah namun punya semangat kuliah yang tinggi) sehingga masalah yang ada pada aku selalu ditemani dan dibantu sama teman sebaya dan senior di beasiswa tersebut. Hampir tiap hari aku harus pulang diatas jam 12 malam selama masa orietasi, namun di dalam sulitnya tugas yang diberikan, kakak senior selalu membantuku menyelesaikannya.

Usaha sedikit demi sedikit sudah aku jalankan mulai dari semester pertama menginjak kakiku di Surabaya. Lewat ngelesi anak SMA persiapan SNMPTN yang diberi oleh Mas Hasan di kawasan Jagir, per pertemuan aku dapat fee Rp 50.000 dan aku dapat makan minum (aku berfikir sungguh enak bekerja memakai otak dibanding aku dulu yang kerja pakai tenaga fisik di desa). Uang hasil ngelesi aku belanjakan untuk kebutuhan kuliah karena selama 3 bulan pertama uang beasiswa belum keluar. Aku harus hutang ke Mas David untuk kebutuhan dan membuat SIM motor agar aku bisa mengembangkan les privatku. Setelah 3 bulan uang beasiswa keluar dan aku pakai untuk membayar hutang. Tabunganku dan tabungan ibuku dipakai untuk beli motor F1ZR second sistem kredit dan aku yang bayar tiap bulan cicilannya itu pakai uang les private. Setelah aku punya SIM, aku berencana membawa motorku ke Surabaya dan Mas Hasan bersedia menemani aku membawa motor itu ke Surabaya. Di Surabaya sekarang aku punya motor sendirian, dimana yang lain masih jalan atau naik sepeda sedangkan aku selangkah lebih maju dari teman - teman. Aku mendaftarkan sebagai tentor di bimbel - bimbel dan Alhamdulillah banyak respon dari bimbel sehingga aku banyak aktifitas ngelesi dari jam 14.00 sd 21.00. Ini data kisah les privateku :
Tahun 2008 penghasilanku 950.000 / bulan belum termasuk uang beasiswa 350.000 / bulan dengan asrama dan sumua fasilitasnya gratis. Alhamdulillah dengan usaha, doa dan perjuangan keras maka Alloh akan menolong kita. Orang tua dirumah tidak tak repotkan satu kalipun baik dari sisi fisik maupun finansial sehingga aku senang bisa melihat ibu dan adik - adikku tertawa tanpa ada beban dari kehidupanku. Sampai akhir dari tahun ke tahun aku bisa berpenghasilan 2,5 juta / bulan dan inilah nanti yang tak pakai beli kredit motor second Satria Fu hitam.

Di tahun 2009 saat aku kuliah menginjak tahun kedua, ibu dan adikku hidup di Kalimantan sebagai PRT. Aku yang di Surabaya merasa kasihan, mengapa aku sebagai lelaki tidak bisa menghidupi mereka dan harus melihat mereka banting tulang hanya untuk bertahan hidup. Rumah di Blitar dibiarkan kosong dan aku tiap pulang ke rumah hanya jika mau bayar listrik saja sehingga aku jarang sekali pulang dan aku betah di Surabaya karena sudah memiliki saudara yaitu teman beasiswa di asrama. Aku berdoa tiap tahajjud dan dhuha, ingin sekali memulangkan mereka ke Jawa dan melihat kami semuanya berkumpul walau makan seadanya. Moment saat itu adalah moment penerimaan mahasiswa baru sehingga banyak anak SMA ingin kuliah di PTN dan aku banyak ditawari untuk menjadi j*ki ujian masuk dari teman - teman. Ada teman namanya J*fri, Y*dha dan R*bby yang menawari aku untuk jadi itu dengan iming - iming sangat besar, misal FK Un*ir 300 juta, FK UnBr* 150 juta dan jurusan lain minim 10 juta. Aku sebenatnya kurang tertarik dengan itu, namun banyak teman angkatan yang ikut sehingga aku juga ikut - ikutan dan diajaklah aku ke tim untuk di ujicoba. Disana aku dipertemukan dengan ketua tim dan ditanya aku bisa mapel apa, akupun menjawab biologi, kimia dan fisika. Aku langsung disodori soal - soal sesuai bidangku dan aku kerjakan dalam waktu 1 jam, kemudian ketua tim menunjuk J*ki lain yang sudah expert untuk mengecek jawaban itu dan betapa kaget bahwa untuk mapel biologi dan kimia oleh si pengoreksi malah dibilang diluar nalarnya, jadi lebih detail jawabannya dan dia bilang sangat memuaskan. Akhirnya aku diuji cobakan untuk ujian masuk swasta terlebih dahulu yaitu FK H*angtuah dengan 3 mapel tersebut dan terbukti hasilku memuaskan dengan 3 peserta yang tak bawa akhirnya masuk semua. Ketua tim kemudian menantangku untuk mengikutkan ke FK Un*ir dan FK UnBr* bersama 3 j*ki lainnya sesuai bidang masing - masing. Sebelum ujian aku bercerita ke ibuku akan mengikuti hal tabu seperti ini, ibu merestui dengan pesan hati - hati dan diniatkan untuk memulangkan keluarga ke Jawa dan dishodaqohkan ke orang yang tidak mampu. Hasil ujian yang telah kami kerjakan bertiga selalu tembus dimana - mana sehingga kami kala itu mendapat masing - masing 500 juta. Merasa punya cukup uang, aku bercerita ke ibuku dan tak pulangkan mereka semua ke Jawa dan tak renovkan rumah. Uang tak kasihkan semua ke ibuku untuk membesarkan adik yatimku, perbaiki rumah dan shodaqohkan ke orang - orang (jadi aku tidak pegang seuai janjianya tadi agar permainan ini didoakan adikku yatim untuk kebutuhan hidup di Jawa). Alhamdulillah selalu ada jalan yang tak mungkin kita pikir logis untuk mendapatkan semua itu, namun bagi Alloh semuanya bisa terjadi. Disaat aku masih kuliah, uang tidak ada dan hanya berdoa namun entah halal apa tidak yang penting diniatkan untuk mengubah nasib tiba - tiba ada teman menawari itu dan bisa pulanglah ibu dan adik - adikku ke Jawa. Terima kasih ya Alloh, semua di tanganmu menjadi mungkin sesuatu yang dipikir tidak akan bisa terjadi. Setelah ibu dan adik - adikku pulang ke Jawa, aku di Surabaya semakin semangat untuk belajar karena cita - citaku memulangkan sudah terpenuhi dan akupun bisa leluasa pulang untuk ketemu ibu dan adik - adikku. Aku terus menabung lewat uang hasil les private dan jika aku pulang, aku bisa memberi uang saku 500 ribu ke adikku untuk jajan (senang banget rasane bisa kakak yang bisa jadi sandara adik, serasa tanggung jawab laki - laki sukses terpenuhi).

Setelah aku lulus dari ITS, 1 bulan kemudian aku diterima kerja di PT HPM (aku galau dijalani tidak kerja disini, aku tanya teman - teman dan ibuku diterima saja untuk pengalaman karena cari pekerjaan susah) akhirnya aku menerima pekerjaan ini dan berangkatlah aku naik kereta ke Karawang. Teman - teman yang lain punya saudara yang bisa mengantar koper untuk keliling mencari kos - kosan namun aku hanya berdua bersama Muklis yang jalan seperti gelandangan bawa koper besar yang belum tahu arah tujuannya. Naik kereta turun stasiun Karawang kemudian naik angkot menuju mencari kos - kosan, kami berjalan dari jam 4 - 6 sore untuk mencari kos - kosan dan tidak menemukan satupun. Kami berhenti sholat maghrib dan bertanya ke warga sekitar dan ditanya tidak ada kos - kosan (kata rumor yang beredar, daerah sana banyak perampokan, jadi kalau ada yang cari kos malam - malam takut modus seperti itu). Akhirnya walau dengan capek jalan tanpa membawa hasil, kami tetap mencari berdua, kami telusuri gang demi gang dan akhirnya ketemu sama kos baru yang sedikit penghuninya. Kami menelpon si empunya kos dan harga kala itu 500 ribu / bulan, kosong tidak ada apa - apanya di dalam. Kondisi kos mengenaskan, sinyal tidak bisa masuk kamar karena dikelilingi beton, pengap tidak ada angin masuk dan kamar di pojokan serta rumah sebelah kos kami gede dan bagus namun kosong berantakan (kata warga dulu dirampok dan sekeluarga dibunuh). Namun apa daya kita tetap menginap disana karena hari keburu malam dan Alhamdulilah Alloh tetap memberi petunjuk kepada hambanya yang mau berusaha. Keesokan harinya, aku dan muklis belanja kipas dan tikar untuk isi kamar (jadi selama 3 bulan aku tidur di tikar 30 ribuan dan bantal dari sarung serta kipas angin mini). Pengalaman kerja disini sebagai staff painting sangat tidak enak, kami dijemput bus kantor 05.30 dan sampai di pabrik 07.00. Kemudian kami sarapan dan 07.30 masuk dan senam Taiso bersama, kami berpakian putih - putih seperti pabrik makanan higienis dan selama 10 jam harus jalan mengawasi operator bekerja, tidak ada tempat duduk dan murni berdiri karena pakaian putih kalau dibuat duduk langsung kotor hitam keliatan (mungkin maksud pakaian putih seperti ini, kita dibuat kerja tidak ada malas - malasan). Bau cat di area painting sangat menyengat dan awal - awal sangat pusing di kepala. jam 12.00 ada makan siang bersama kemudian jam 17.00 bel pulang, bus jemputan adanya jam 18.30 sehingga sampai kos mesti jam 19.30 an (jadi hitung sendiri berapa jam kami bekerja). Sudah seperti romusha kerja disana, pergi pagi pulang petang penghasilan pas - pasan pinggang pegal - pegal (P10), kerja minim 10 - 12 jam / hari dengan tidak ada lembur. Tidak ada kekeluargaan disana, sikut - sikutan dan cari muka untuk mendapat prestasi diri sendiri. Bos langsung dari Jepang yang kerja seperti robot, tidak ada sapa - sapa, senyum dan main - main. Manager tiap hari intinya marah terus supata staff semua berkinerja lebih baik (tidak ada penghargaan dalam bekerja, pressure tinggi dan tidak ada sistem pembelajaran jadi training ya dibiarkan). Angka resign disana sangat tinggi mencapai 80%, dan disaat pabrik baru jadi dan aku diperkerjakan sistem shift, aku resign untuk mencari pekerjaan di Jawa Timur dan kebetulan saat itu aku sudah menjalani tes beberapa tahap di petrokimia gresik dan tinggal pengumuman terakhir saja .

Aku pulang ke Surabaya dengan kos di daerah Karang Menjangan dan berharap besar lolos di petrokimia gresik dan pupuk kaltim karena keduanya aku lolos dan tinggal menunggu tahap akhir interview direksi. Aku yakin bisa lolos karena aku sudah termasuk dalam 150 orang dari 8000 yang mendaftar se Indonesia. Kala itu aku masih ditemani pacarku Mufida dalam setiap kesana kemari untuk tes dan akhirnya memang nasib belum memihak kepadaku. Aku syukuri saja keadaan ini dan aku berdoa agar mendapat pekerjaan di Gresik, sehingga aku selalu browsing untuk cari pekerjaan di Sidoarjo, Surabaya, Mojokerto dan Gresik. Hampir semua lowongan aku masuki berkas - berkasnya dan pernah aku tulis di buku sampai 100 lowongan aku masukkan dan hanya 5% aku dipanggil salah satunya di PT LNK Mojokerto (aku tes disana sehari penuh ditemani Mufida), Pabrik kertas, Pabrik HE dan akhirnya tes PT MN di Gresik. Tes terkahir itulah yang ternyata menjadi rejeki ku (alhamdulillah Alloh telah memberiku jalan terbaik, gaji lumayan besar, dekat dengan rumah dan pekerjaan sesuai bidang teknik kimia). Aku mulai packing barang dari kos Surabaya dan mencari kos di Gresik bersama pacar dan Alhamdulilah dapat di daerah Pongangan (tempat bersih, tingkat dan harga murah 250 ribu / bulan). Keesokan harinya dengan motor Satria Fu koperku yang besar aku bawa bersama pacar menuju ke Gresik dan kemudian tinggallah aku di Gresik berpisah dengan pacar yang ada di Surabaya. Selang 3 bulan kemudian, pacarku keterima kerja di Malang, kami berhubungan jarak jauh dan sampai akhirnya membuat hubungan putus di tengah jalan. Aku bekerja di PT MN dengan sangat senang, berbeda dengan di PT HPM yang romusha, disini kekeluargaan tinggi dan load tugas rendah. Aku bisa mengembangkan kemampuanku banyak dan akhirnya aku tertarik dengan cewek manis, imut dan centil satu kantor yaitu Shinta yang ternyata juga kuliah di ITS dan sekarang menajdi istriku (Alhamdulillah aku diketemukan dengan dia). Setelah kami pacaran dengan dia, kami ingin menikah dan syarat di pabrik ini adalah salah satu harus ada yang keluar maka aku resign dan aku mencari pekerjaan lagi.

Selama di PT MN aku banyak mengembangkan usaha bisnis di luar dan aku mendapat kenalan banyak pengusaha dari dinas luarku bersama sales PT MN, aku ke Sulawesi, Jawa Barat, Jawa Tengah pasti menemui pengusaha sukses untuk menjual produk food grade. Lewat perkenalan di Sulawesi itulah aku bisa berdiskusi dengan pengusaha sana untuk mengembangkan minyak atsiri serai wangi karena disana serai wangi seperti rumput liar yang tidak ada gunanya padahal skripsiku tentang itu. Aku menawarkan pengembangan itu kepada pengusaha dan disetujuilah, maka pengusaha itu menyarankan agar aku menemui teman yang ada di Surabaya yang punya dana investasi. Aku kesana bersama temanku dan akhirnya ada ketertarikan antara si investor dengan pengusaha. Aku designkan pemodelan penyulingan itu dan lewat kontraktor dibuatkan tangki penyulingan sederhana, Alhamdulillah aku mendapat royalti 200 juta dan langsung tak belikan honda jazz RS 2012 dengan harga 215 juta kala itu tahun  April 2014. Alhamdulillah, aku yang tidak bisa berfikir mendapat mobil itu dengan umur semuda ini ternyata di kehendak Alloh semuanya bisa terjadi asal kita mau berusaha keras. Disamping pekerjaanku, aku juga menyempatkan eksperimen kimia untuk koagulan air keruh, pemutih pakaian dan racun rumput sehingga lewat penjualan itu aku juga mendapat royalti tambahan untuk membeli rumah di Gresik. Alhamdulillah di umurku 26 tahun aku sudah mempunyai rumah dan mobil, sungguh Alloh telah mendampingi setiap kehidupanku.

Setelah resign itu, pacarku Shinta meminta berkas - berkasku dan mendaftarkan aku ke PT PJBS lewat pos, kata dia kamu pintar harus cari pekerjaan yang bagus, eman - eman masa depanmu kalau pengalamanmu tidak digunakan. Akhirnya aku dipanggil tahap demi tahap untuk ikut seleksi ini namun aku dengan setengah hati mengikutinya karena temanku teknik kimia tidak ada yang daftar pekerjaan di pembangkit karena kabarnya bidang ini hanya di bagian K3 atau limbah saja. Sampai akhirnya ternyata rejeki memihakku, di ketidak seriusanku mengikuti tes ternyata malah membawaku senyaman seperti ini sekarang. Alhamdulillah ya Alloh, Engkau selalu membuat aku nyaman dan beruntung di kehidupan. Aku ditempatkan di kantor pusat bagian enginnering khususnya chemical power plant, aku memonitoring kimia pembangkit luar jawa, membuat kajian kerusakan dan penanganan masalah. Rencanaku yang tadi resign dari PT MN untuk menikah dan diterima di PT PJBS ternyata mensyaratkan 1 tahun training tidak boleh menikah, jadi tertundalah menikahku smapi akhirnya aku diangkat menjadi karyawan tetap dengan status nilai A (1 angkatan B semua dan aku A karena aku di magangkan di PJB Gresik 3 bulan dan di tes teori maupun praktek oleh penguji dengan hasil memuaskan serta aku berani sharing knowledge di kantor pusat tentang materi kimia pembangkitan dimana yang lain masih takut dan minder melakukan itu, jadi aku adalah satu - satunya anak traininng yang berani sharing knowledge selama itu)

Selama bekerja disini sekarang, aku semakin berkembang dibanding dengan 2 pekerjaanku yang lama, suasana kerja yang kondusif, tidak ada sikut - sikutan, tugas yang santai dan pressure tidak ada. Gaji dan bonus sangat besar yang membuat aku anyaman dan belum lagi uang dinas luar yang begitu menggiurkan. Dari uang tabunganku, sedikir demi sedikit tak buat usaha di Blitar mulai aku buat untuk kolam ikan lele dan nila, kandang kambing dan beli sawah sedangkan di Surabaya aku join usaha dengan teman - teman meliputi jual beli lelang dan supllier buah ke supermarket. Semua ada jatuh bangunnya dalam usaha, tidak selalu untung terus, terkadang juga rugi dan kami bangkit lagi sampai akhirnya menemukan jalan yang tepat. Usaha dan doa terus kami lakukan agar usaha berjalan dan mendapat laba. Pelan - pelan semua berproses dan tidak sulapan begitu saja dan Alhamdulillah sesudah menikah dengan biaya sekitar 60 juta aku masih bisa membeli motor ninja 250 cc. Alhamdulillah ya Alloh Engkau masih memberi kami rejeki dan tak luput setiap akan lebaran aku selalu membersihkan hartaku dengan zakat mall karena disamping uang kita ada hak untuk orang yang tidak mampu di sekeliling kita.

Sampai hari ini aku menulis tanggal 23/06/2016 pukul 13.30, alhamdulillah aku dan keluarga mash diberi kesehatan, adikku gemuk - gemuk walau dulu kekurangan dan juga aku sekarang gemuk karena berkecukupan padahal dulu kurus berotot. Semoga sampai akhir, rejeki tetap terlimpahkan ke kami dan pesan untuk semuanya berproseslah dalam hidup karena proses akan membawa kita ke tujuan. Tulisan ini bisa untuk kenang - kenangan saat pelaku cerita sudah tiada sehingga tulisan ini menjadi saksi sejarahnya.

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>TRUE STORY UNTUK ANAK DAN ISTRIKU<<<<<<<<<<<<<<<<<

Kisah - Kisah Sedihku

Diposting oleh On Tuesday, November 03, 2015

Suatu ketika kami hidup bertiga (aku dan kedua adikku) karena ibuku lagi bekerja sebagai PRT di Kalimantan. Uang bulanan yang dikirimkan ibu kala itu sudah habis (300 ribu untuk biaya hidup 1 bulan kami bertiga) dan kala itu kami belum punya HP (karena kami bisa beli HP saat kiriman ibu bulan ke - 6). Di depan rumah, tepatnya depan Pak Lurah ada tontonan elekton syukuran Pak Lurah yang terpilih untuk kedua kalinya. Efek dari tontonan ini adalah banyak penjual jajanan berderet di jalan dan tak luput di depan rumah kami juga ada penjual jajanan. Adikku yang terakhir (si yatim) minta ke aku untuk di belikan es tong - tong (harga 500 rupiah) karena teman sebaya nya semua beli itu. Akupun terdiam dan bilang ke adikku bentar ya tak carikan uang dan kebetulan di rumahku ada temanku MI yaitu Im*m, dia tak hutangi 10 ribu katanya tidak punya uang dan aku memaklumi (mungkin dia takut tidak aku bayar hutangnya karena kondisi ekonomi kami sangat terpuruk) dan renggang menit kemudian Pakpoh Marsam main ke rumah dan tiba - tiba langsung berkata "Untuk malam ini aku tidak bisa ngasih uang karena senapan angin belum laku", dan aku menjawab "Tidak apa - apa Pakpoh". Pakpoh Marsam bilang begitu soalnya tiap ada tontonan pasti ngasih uang jajan ke adikku kecil namun untuk malam itu pas Pakpoh juga tidak pegang uang. Karena usahaku untuk pinjam uang tidak berhasil, aku dan adikku kedua mencoba untuk menghibur si yatim dengan melarang bermain di luar dan kami bertiga pun dikamar. Kami menangis bersama di kamar, menangisi ibu yang jauh disana bahwa kami disini lagi kekurangan dan aku sebagai sosok laki - laki merasa dendam sangat mendalam dalam diri ini "Aku yakin bisa merubah kehidupan ini dan aku akan membalas semua saudara - saudara ku yang tidak memperhatikanku saat aku terpuruk ini". Aku hidup di lingkungan keluarga bapak (dari sebelah timur rumah ada Pakpoh M*rlin (pedagang kelapa) yang hidup bersama anak - anaknya yaitu Kang Ip*t, Kang Ir*l, Mbak Khusn*l, Kang D*ri dan Kang Sh*diq selanjutnya ke barat ada Pakpoh Marji (petani dan peternak kambing), Pakpoh Marsam (pengrajin senapan angin), Budhe Rumi dan Mbak P*ni (suaminya kepala lantas P*lres Blit*r). Agak jauh dari rumahku yaitu di Srengat ada saudara bapak juga yaitu Mbak Y*li (PNS Pertanian dan suaminya kepala p*jak Blit*r), Mas Y*yut dan Mas D*dik (bengkel mobil), Pakpoh M*rbi (pedagang sayur), Mbak Yah (suaminya k*pala P*lres), Mbak Am*n (PNS dan juga suaminya Kepala Sekolah SD). Kalau keluarga ibu tempatnya sekitar 30 km dari rumah dan kebanyakan miskin karena usahanya tukang becak semua dan serabutan. Aku sangat dendam ke mereka - mereka karena sewaktu aku terpuruk aku tidak pernah dijenguk apalagi diberi dan yang memberi aku murni yayasan M*hammadiyah dan NU serta dari keluargaku adalah Pakpoh Marsam saja. Hingga akhirnya sekarang keadaan sangat berubah, Alhamdulillah keluarga kami sekarang berkecukupan dan banyak yang menghormati ibuku sekarang. Ibuku sering didatangi keluarga sekarang (Mbak Y*li, Pakpoh K*tmadi, Mbak P*ni yang kesemuanya ini dulu tak pernah satu kalipun menengok apalagi membantuku), entah sekadar main atau tanya agar anaknya di carikan pekerjaan seperti aku karena melihat kesuksesanku sekarang.
Mainan kesukaanku adalah layang - layang, suatu ketika aku main layang - layang di rumah N*ko (anak Mbak P*ni) sama saudaraku belakang rumah Mas Ripin karena rumah N*ko sangat besar untuk bermain layang - layang, N*ko tidak suka main layang - layang sehingga sering banget pas tak ajak main dia selalu tidak mau. Pas suatu ketika, N*ko ingin layang - layang namun Mas Ripin tidak mau membuatkan sehingga N*ko lapor ke bapaknya yang polisi dan di kemudian hari layang - layangku jatuh di rumah N*ko didepan sangkar burungnya dan membuat burungnya kaget, seketika itu pula aku mendatangi layang - layangku dan bapaknya N*ko benci banget dengan aku dan bilang "Goblok, cepat pergi dari sini". Aku pulang sambil menangis dan dalam hati merintih ingat bapak, aku yang tidak punya apa - apa seolah - olah sampah yang diperlakukan semena - mena karena perkataan itu sangat menyakitkan padahal aku saudara dan teman sebaya anaknya. Aku dendam dengan bilang dalam hati "Aku harus sukses untuk membuktikan ke bapaknya N*ko bahwa aku tidak boleh diperlakukan semena - mena". Sampai akhirnya, rentang 2 tahun bapakku meninggal, bapaknya N*ko meninggal sepulang dari dinas malam (padahal jam 21.00 sambil lihat wayang di TV dengan aku namun bapaknya tidak pakai baju karena kepanasan) dan jam 00.00 bapaknya meninggal karena masuk angin. Keadaan ini membuat N*ko sedih mendalam, N*ko yang di jagokan bapaknya untuk menjadi polisi akhirnya harus berjuang sendiri dengan ibunya. Dengan uang tabungan yang pas - pasan mereka mencoba berkali - kali daftar polisi dan gagal. Ibunya menjual seluruh aset tanah peninggalan bapaknya yang kemudian keseluruhan uang itu digunakan untuk kuliah N*ko di UT jurusan PGSD (karena iri melihat aku kuliah dan untuk menyamai agar nasibnya sama, ibunya selalu menyamakan apa yang aku lakukan. Aku dulu menyarankan dia untuk mengambil Pendidikan Olahraga, karena aku tahu kemampuan dia bukan di otak namun fisiknya yang gagah dan tinggi. Namun karena bujuk rayu temannya sehingga dia langsung pilih PGSD tanpa konsultasi ke aku). Setelah N*ko lulus, dia bingung cari pekerjaan karena dalam hati aku berfikir maaf kemampuannya bukan disana, sehingga cari pekerjaan susah dan saat dia mengeluh aku malah menyalahkan dia karena pilih jurusan itu dan tidak menganggap rekomendasiku. Sekarang dia menjadi pedagang mainan keliling dari sekolah ke sekolah dan aku menyemangatinya dengan mengatakan semua proses pengalaman akan membawa kita ke jalan kesuksesan, seperti aku dulu yang ngarit dengan semangat berubah juga akan berubah. Jadi pekerjaanmu sekarang harus kamu jadikan batu lompatan untuk membuka pikiranmu menemukan jalan terbaik hidupmu). Mbak P*ni (ibunya N*ko) yang dulu pas lewat depan rumah tidak pernah mampir, sekarang pasti mampir dan mengatakan untuk mencarikan pekerjaan N*ko, aku bilang bidangku teknik dan N*ko pendidikan jadi sangat sulit mencarikan pekerjaan di bidangku. Aku tetap menyemangati dia untuk tanya ke Mbak Am*n (Buleknya N*ko) karena PNS guru SD, jadi dia lah yang lebih tahu lowongan pekerjaan yang sesuai untuk N*ko tapi ternyata malah saudara dekatnya saja tidak membantu (memang aneh di desaku karena sesama saudara saja persaingan dan tidak ingin kalah sukses, jadi jegal menjegal sudah biasa, Naudzubillahimindzalik).

Semenjak ditinggal bapak, kehidupan kami (aku, kedua adikku dan ibu) terjepit. Karena ibu harus berada di lingkungan keluarga bapak yang rakus harta warisan. Untung bapakku adalah anak yang tersukses diantara 8 saudara lainnya, sehingga sewaktu muda beliau selalu membeli tanah milik orang tuanya bahkan milik saudaranya (bapak berprinsip supaya dapat sertifikat dan tidak rame di kemudian hari jika beliau sudah meninggal). Pakpoh Marji sebelah baratku memindah batas tanah berupa patok semen selebar 1 m lebar x 100 m panjang, sehingga dapur dan tanaman kelapa yang dulu milikku menjadi bergeser ke tanahnya dia dan juga timurku Pakpoh M*rlin rakus dengan tanah, sering mnegukur tanah dan menggeser - geser. Ibuku hanya bisa diam, karena perempuan dan takut sedangkan aku masih kelas 2 MTsN belum berani mengambil tindakan tegas ke mereka. Dan sampai akhirnya aku menginjak kuliah tahun ke - 2, aku sedikit punya tabungan dan nyaliku berani. Aku menantang Pakpohku yang sama - sama berhadapan dengan sabit, aku menggugat untuk mengukur tanah karena aku punya bukti kuat sertifikat sedangkan mereka - mereka hanya sebatas warisan. Akhirnya karena dia yakin batas - batas itu benar, mereka berani menerima tantanganku (dengan membawa sabit yang diacung - acungkan dan aku juga berani membawa sabit juga) diundanglah pamong desa (Pak Lurah, Pak Jogoboyo dkk) untuk mengukur tanah sesuai sertifikat, akhirnya Pakpoh Marji terdiam saja dan tanahku kembali. Dia mengotot untuk memberi tanaman jarak supaya adikku tidak melewati sana namun aku bilang tidak usah dipagari, besok aku langsung pamggilkan tukang untuk buat pagar (dengan gaya, dia menantang untuk membuat tembok karena mikirnya aku punya uang dari mana karena pikirnya aku masih miskin). Tepat besoknya, ada 4 tukang dengan semangat datang ke rumah dan langsung membuat pagar (mereka kasihan dengan aku karena dimusuhi saudara sehingga saat tak kasih kerjaan dia langsung mengerjakan dan meninggalkan sebentar pekerjaannya membangun rumah di tempat lain). Akhirnya sebelah baratku sudah aku tembok sampai panjang 100 m kebelakang. Sampai sekarang Pakpoh Marji tidak berani melawan aku, aku babat pohonnya yang menyentuh tanahku tidak marah, jalan tembusan aku tutup diam saja dan akhirnya akulah pemenang dari semua ini. Sekarang dia hidup sakit - sakitan dan hanya seorang diri (tidak menikah dan hanya ditemani kucing serta kambing), aku mendoakan agar dia segera diberi adzab karena dia itu perebut tanah (tidak hanya aku bahkan banyak orang yang hampir duel dengan dia masalah tanah, dia hampir mati digorok oleh orang karena kerakusannya namun untung ada yang memisah).

Waktu itu aku sedang mencuci motor, aku hidup bertiga dan ibuku di Kalimantan. Adikku yatim sering main dengan lewat halaman Pakpoh Marji, setelah lewat halamannya adikku dilempari dengan banyak kerikil dan aku menyaksikan sendiri pelemparan itu. Dengan nada tinggi, aku langsung misuh "Dancok, kelakuanmu koyo asu memperlakukan adikku seperti itu", dia keluar langsung bawa sabit dan menantang aku "Ayo panggil semua teman - temanmu tak bacok semua, tak tantang di lapangan sekarang". Aku terdiam, karena posisiku saat itu masih SMA kelas 1 dan belum ada nyali yang gede. Dalam hatiku "Awas aku akan membalas semua perlakuanmu, aku akan bawa ini sampai matimu". Sampai akhirnya sekarang aku beli Airg*n (5 juta) dengan ijin P*rbakin untuk melawan Pakpohku yang gila itu, setiap pulang aku mencoba menebang pohonnya yang menyentuh tanahku dan dia diam saja padahal dulu selalu marah - marah. Sangat sering dulu Pakpohku bertengkar dengan ibu masalah sepele yaitu ayamku dilempar kayu atau tamuku yang melewati halamannya, jalan yang telah dilewatinya langsung dilubangi, Pakpohku selalu bawa sabit sambil keluar rumah dan mengatakan "Pelacur tidak pantas hidup disin, pergi saja dari tempat sini". Aku yang posisi di Surabaya karena kuliah, panas banget mendengar perkataan itu dan rasanya ingin membunuh orang gila itu. Pakpohku itu berani jika tidak ada aku, jika ada aku dia tidak berani berkata dan berbuat apapaun. Sekarang kalau dia menyentuh tanahku dan keluargaku, akan aku tembak sampai mati (ini dendamku yang sampai sekarang tetap aku simpan) karena apakah dia tidak ingat walau ibuku bukan asli situ ada anaknya yang menggantikan dan mewarisi peninggalan bapak.

Sesudah sekitar 1 tahun kami ditinggal bapak, aku langsung menggantikan posisi sebagai kepala keluarga yaitu dengan bekerja sebagai buruh serabutan jika hari libur dan mengarit memelihara kambing sekitar 15 ekor lebih. Ibu yang kala itu hanya mengandalkan bantuan yayasan untuk adikku yatim, dengan daya upaya meminimalkan pengeluaran. Ibu selalu masak sayur sop bening tanpa santan dan sambal korek, aku yang ngarit karena cuma makan sayur bening terasa di badan tidak ada tenaga karena kalau orang kerja berat harus makan kuah santan agar stamina tetap kuat. Aku sering mengamuk ke ibu dengan bilang "Bu, buatkan sayur santan ta!" dan ibu menjawab "Pakai uang mana lagi to Fer, harga kelapa 2 ribu lho 1 buah" kemudian aku berkata lagi "Ya ibu sebagai orang tua gimana kuk hidup sampai kekurangan begini, punya anak banyak tidak punya tabungan". Ibuku langsung menangis tak perlakukan kasar seperti ini, melihat masa laluku ini aku menjadi salah banget namun kondisi saat itu memang aku lagi berotak panas, tiap pulang sekolah aku harus cepat - cepat makan, sholat dan langsung ngarit. Makan yang ada cuma sayur bening, jadi tidak bertenaga dan di sawah aku loyo banget karena dengan sumber energi seperti itu aku harus mengelurarkan tenaga dari jam 14.00 - 18.00. Maafkan aku ibu, kamu dulu orangtua yang sangat hebat, dengan kondisi pas - pasan bisa mengatur keuangan dan anak - anakmu tetap bisa makan. Ibu selalu punya cara untuk memenuhi keinginanku sayur santan yaitu memakai kemiri yang harganya murah namun rasanya ya tetap jauh berbeda dengan santan kelapa dan itupun juga dilakukan jarang - jarang karena pengeluaran akan bengkak sehingga sayur yang tetap adalah sayur bening dengan daun - daun memetik sendiri dari kebun belakang.

Sebelum meninggal, bapak pernah berpesan ke aku untuk menanami kebun belakang dengan pisang dan ketela supaya bisa dimakan oleh keluargaku jika diperlukan. Akupun melakukan wasiat bapak itu, sambil menanam ketela aku menangis teringat bapak namun aku harus semangat menjadi kakak teladan buat adik - adikku dan aku tidak boleh membuat dia sengsara mencari uang untuk kebutuhan, biarlah aku yang memikirkan semuanya (sejak kelas 2 MTsN aku sudah diajak ibuku berfikir mengatur uang dan mencari uang untuk kebutuhan makan sehingga membuatku keliatan tua sebelum waktunya serta menjadikan aku pribadi yang diam tertutup dari lingkungan). Setiap pulang ngarit, kebetulan ada kebun pisang yang anak pisangnya sering dibabat karena terlalu banyak dan dibuang, kemudian olehku tak bawa pulang terus tak tanam di kebun belakang dan sampai sekarang pisang itu masih ada dan jika berbuah rimbun bisa untuk makan adik - adikku. Aku sangat senang sekali menanam, aku dulu sering mencari buah timun yang sudah tua karena dibuang oleh pemiliknya kemudian aku menanamnya dan tumbuh sangat baik timunku. Aku juga sering menanam terong untuk kebutuhan makanku dimana bibitnya aku dapat dari tanaman liar di sawah yang aku cabut kemudian aku tanam di kebun belakang rumah. Semua pengalamanku ini sekarang tak tularkan ke adikku sehingga dia nanti juga bisa mandiri seperti aku dulu.

Aku selalu ngarit untuk kambingku diatas 15 ekor sendirian, aku tidak mau ibuku dan adik - adikku sengsara ataupun capek. Aku beli sepeda onthel reot titip Pak Sholihin untuk dibelikan, sepeda itu yang aku pakai selama 5 tahun untuk mengangkut karung rumput. Kalau ban sepeda hamil tanda sudah aus, aku hanya bisa memberikan tali karet pada velg nya (karena tidak punya cukup uang untuk beli ban bekas). Namun karena aku sering melewati rumah Mbak Har (tetanggaku), aku melihat ada ban bekas diatas tumpukan kayunya dan akupun ijin ke Mbaknya untuk meminta itu dan karena kasihan dikasihkan ban bekas tersebut kemudian oleh aku dengan dikerjakan sendiri tak ganti ban sepedaku tersebut (aku dulu tidak pernah ke bengkel untuk servis sepeda ataupun motor, aku belajar tambal ban sendiri, servis sepeda sendiri, servis karburator motor sendiri yang aku dapatkan ilmunya langsung dari Pak Poh Marsam walau bapakku sendiri sebenarnya ahli di bidang tersebut namun aku belum sempat belajar dan ditinggal bapak waktu masih kecil). Kala itu waktu musim hujan, mencari rumput sangat susah di sawah (semua ditanami padi, jadi rumput hanya ada di "galengan" (jalan sempit antara tanaman). Kalau musim hujan aku pasti sangat lama dalam mencari rumput karena saking sulitnya namun aku tidak mengeluh, sedikit demi sedikit rumput aku dapat, berpindah - pindah terus karena mencari area rumput bahkan tidak terasa aku sudah ada di perbatasan sawah desa sebelah (berjalan terus mencari rumput sampai ke sawah desa sebelah). Kalau pulang sekolah hujan, aku pasti diingatkan sama Budhe Pingah dan Mbak Yul tetangga agar hati - hati di sawah karena petir dan benar saja saat hujan pasti ada petir dan aku dengan merunduk kehujanan tetap mencari rumput diantara pepohonan (mencari tempat perlindungan dari petir). Aku hanya berani ngarit di sawah paling pinggir atau dekat parit kalau ada petir dan Alhamdulillah sampai aku bisa menuliskan ini tidak pernah terjadi apa - apa. Di waktu siang di sawah, antara jam 12.00 - 14.00 ular sawah berkeliaran dimana - mana, pas jalan ngarit pasti  bersimpangan dengan ular dan rasanya bagiku sangat giris merinding dengan ular. Saat ngarit ditemani ular sudah biasa, saat ngarit tanpa sengaja membacok ular berbisa hitam yang sedang ganti kulit dan pernah juga menyenggol ular kobra sampai ularnya berdiri tegak melawan. Aku mencoba mencari buku doa - doa untuk dijauhkan dari malapetaka ular dan aku menemukan yaitu "salamun 'alanuhin fil 'alamin (selamat atas bangsa nuh di alam semesta), jadi sebelum masuk area persawahan aku pasti membaca itu dan Alhamdulilah aku tidak pernah digigit ular. Tangan penuh luka bacok sabit sudah biasa (saking ngarit keras, pasti dalam 1 minggu pernah kena bacok), telinga berdenging (tanda mengangkat rumput yang terlalu berlebihan) sudah biasa dan leher kram tidak bisa digerakkan juga hal yang sudah biasa. Tanganku penuh kapalanm lubang - lubang kecil dan berwarna hitam kekuningan pertanda terkena rumput dan tanah (pernah sewaktu kelas 2 MTsN aku ditanya sama Al* Mash*r teman sebangkuku kenapa tanganku seperti ini dan aku menjawab aku sering voli, aku berbohong karena aku tidak mau teman - temanku iba ke aku karena aku tidak pernah jajan di waktu istirahat).

Kelas 2 MTsN aku terbilang sangat pemalu, jadi aku cenderung diam dan malah digodain sama cewek (namun aku menjawab secukupnya saja). Aku buka sekarang alasanku mengapa aku diam itu, yaitu karena aku menjadi pemikir sejak ditinggal Bapak, ibu sering mengajak aku memikirkan masalah keluarga, pengeluaran uang dan masa depan adik - adikku (aku yang masih duduk sekolah saat itu harus berfikir keras menemani masalah bersama Ibuku). Aku merenung terus memikirkan bagaimana bertahan hidup dengan aku yang masih sekolah belum bisa bekerja, ibu tidak bekerja, bapak tidak meninggalkan harta benda dan adik - adikku masih kecil. Di kepala ku seperti mendapat bisikan untuk keluar sekolah dan bekerja serabutan agar bisa membahagiakan adik - adik namun disisi lain pikiranku juga masih jernih menatap masa depan kalau aku bisa sekolah tinggi. Tiap hari aku merenung dan saat itu raut mukaku menunjukkan lebih tua dari teman sebayaku dan itu sampai sekarang (aku keliatan lebih tua dari umurku, terbawa dari masaku dulu). Ibu tidak bisa memberi uang saku aku, jadi selama kelas 2 MTsN aku selalu pegang uang 5 ribu yang tak akan aku jajakan melainkan hanya untuk jaga - jaga kalau ban sepeda bocor (sepedaku adalah hadiah dari bapakku sewaktu beliau masih hidup yaitu jengki warna biru. Teman - temanku sangat ceria di kelas dan aku tidak pernah tertawa satu kalipun kala itu, di waktu istirahat mereka yang laik - laki berbondong - bondong keluar kelas dan beli jajan sedangkan yang perempuan beli jajan kemudian balik lagi ke kelas untuk makan di kelas. Di kelas yang laki - laki hanya aku yang sambil mengerjakan buku LKS sambil belajar pelajan IPA - IPS dan aku sering di godain sama cewek - cewek sambil mereka makan (aku sangat malu sebenarnya, namun kalau aku keluar aku lebih malu lagi karena teman - temanku makan semua dan aku tidak enak kalau hanya diam melihat mereka makan). Teman - temanku tidak tahu kalau aku tidak punya bapak (memang tak rahasiakan karena aku tidak mau dikasihani). Ibuku dirumah tak minta konsentrasi memberi uang saku adikku no 2 saja yang cewek yaitu Hevi yang kalan itu kelas 6 MI, biar dia tidak minder dan tetap semangat sekolah (Hevi dan adikku no 3 yang amsih kecil tidak pernah tahu masalah keuangan keluarga, memang aku dan ibuku yang cukup tahu dan merahasiakan itu semua). Bel berbunyi tanda pulang, aku dengan segera berjalan cepat, mengambil sepeda dan mengayuh sepeda dengan kencang segera pulang ke rumah dan sampai dirumah makan seadanya dengan cepat, wudhu kemudian sholat dhuhur - ganti baju ngarit - mengasah sabit - mencari karung - menggenjot sepeda ke sawah - dapat 1 karung besar pulang - dikasihkan kambing - sholat ashar - ke sawah lagi sampai maghrib (kebiasanku seperti ini terbawa sampai sekarang berjalan cepat, makan cepat, berbicara cepat, mengerjakan sesuatu cepat dan intinya semua tergesa - gesa karena bagiku waktu sangat berharga dan tak boleh hilang, santai belakangan kalau pekerjaan sudah selesai). Pantang berhenti kalau pekerjaan belum selesai dan aku terus kepikiran kalau tanggung jawab belum diselesaikan dan ini prinsipku.

Aku kelas 3 MTsN dan adikku no 2 kelas 1 MTsN, adikku selalu dikasih uang 500 rupiah dan aku tidak, aku selalu ingin membahagiakan adikku no 2 agar selalu berkecukupan seperti teman - teman nya. Adikku memiliki banyak teman dan kebanyakan anak orang mampu jadi pas istirahat selalu jajan banyak. Sewaktu ketika, ada teman nya yang memang hidupnya pas - pasan pinjam uang ke adikku, adikku dengan sopan menjawab tidak punya uang dan uangnya ya hanya cukup untuk jajan 1 hari ini saja namun teman tersebut tetap tidak percaya dan menganggap adikku anak orang mampu (dari penampilan aku dan adikku dulu itu tidak menunjukkan muka anak miskin, karena adikku tinggi, mancung, bersih dan manis). Setipa ngarit aku selalu pakai penutup muka rapat dan lengan panjang sehingga muka dan tanganku tetap kuning (teman - temanku tidak ada yang tahu aku ngarit karena kulit tanganku ku juga bersih kala itu, cuma telapak tangan kapalan dan lubang - lubang kecil). Setaip minggu, libur besar atau libur sekolah aku diajak untuk "manjing" (bekerja serabutan di sawah) untuk menambah uang keluarga dan jika mendesak tidak punya apa - apa maka kambingku jantan dijual untuk kebutuhan hidup.

Sesudah aku lulus kelas 3 SMA, aku dan ibuku sering main ke rumah mbah di Lodoyo Blitar untuk silaturahmi dengan Pak Poh K*tmadi dan Budhe, aku bercerita ingin sekali kuliah namun biaya tidak ada dan Pakpoh, Budhe dan Sepupu menganjurkan aku untuk bekerja sebagai Satpam saja karena wajahku cocok (garang) kata mereka. Dalam hatiku seperti penghinaan ini namun aku juga sadar diri, orang desa hampir 80 % tidak berpendidikan tinggi dan berpikiran bahwa bekerja adalah jalan untuk sukses sedangkan sekolah / pendidikan adalah percuma dan hanya menghabiskan biaya. Dengan tegas aku berkata ke mereka, kalau aku ingin bekerja pakai otak tidak pakai fisik dan mereka mentertawakan tanda mengejek. Aku semakin semangat lagi untuk membuktikan cita - citaku ini dan di kemudian hari pas cap sidik 3 jari hasil UAN aku diberi nasehat sama Bu W*ismaninggalih agar aku untuk daftar beasiwa dan harus meneruskan sekolah. Sampai akhirnya Alhamdulillah aku mendapatkan semua itu dan mengantarkan aku di Surabaya.

Saat kuliah, aku tinggal di asrama beasiswa dan di awal - awal aku harus irit pengeluaran karena untuk berbagai keperluan dan tabungan kalau ingin pulang ke Blitar. Aku makan tiap hari 2x yaitu beli nasi + tempe 1 biji harga 2500 di Keputih Gang 3 Surabaya dan kadang kalau uang seret aku beli mie kiloan yang hanya tak masak dengan irisan cabe, bawang merah dan bawang putih. Bagiku rasanya sudah enak banget (saking anak mahasiswa hidup pas - pasan, pukuk perut kenyang) dan pernah juga teman - temanku merasakan masakanku yang ala kadarnya namun mereka juga bilang enak. Jadi kalau akhir pekan (Sabtu & Minggu) kami se asrama pasti masak - masak dan yang jadi juru masak aku sama mas David. Karena berbulan - bulan makan mie yang tidak bergizi, rambutku jadi rapuh & rontok, kering kepirang - pirangan dan sama teman - teman asrama aku disuruh berhenti makan mie. Di bulan Ramadhan, selama 1 bulan penuh aku bisa save uangku karena tiap buka puasa, aku & teman - temanku berburu ta'jil ke masjid - masjid di sekitar Keputih dan sepulang sholat maghrib pasti masih banyak sisa ta'jil sehingga aku mengambilnya lagi untuk sahur (walau nanti rasanya sudah agak basi namun aku tetap makan). Namun yang paling sering adalah aku tidak sahur, karena buka itu juga tak niati untuk puasa esok harinya.

Pertengahan tahun 2014, Pakpoh Marsam sakit tenggorokan yaitu suaranya hilang dan sering sesak nafas sehingga beliau harus sering di periksakan ke RSUD Mardi Waluyo dan divonis kanker pita suara akibat kebanyakan rokok. Pakpoh Marsam adalah pengganti bapakku, Pakpoh terbaik di hidupku, Pakpoh yang selalu membela aku jika dimusuhi Pakpoh - Pakpohku yang lain, Pakpoh yang semasa aku kecil sangat dermawan mengasih uang ke aku, Pakpoh yang selalu mengajari aku otak - atik mesin motor, Pakpoh yang selalu benerin kerusakan motorku dan membuatkan variasi motorku tanpa dibayar, Pakpoh yang selalu memberi saran ke keluargaku, beliaulah yang membesarkan adikku yatim dan juga beliaulah yang selalu benerin semua kelistrikan dan barang rusak di rumah. Pakpoh adalah orang tercerdas di daerahku bahkan bapakku saja kalah, dia sangat ahli di semua bidang mulai bubut & las, membuat senapan angin, membuat meubel (kursi, pintu & meja), mesin (motor & diesel), tukang bangunan, kelistrikan dan semua keahlian teknik lainnya. Beliau punya bengkel, sehingga saat bengkelnya buka pasti banyak orang yang datang untuk benerin sesuatu disana saking Pakpoh pintarnya menangani semua kerusakan. Jadi sehari, Pakpoh bisa mendapatkan ratusan ribu dari jasa bengkelnya dan sangat dermawan ke semua keponakannya (saat aku kecil selalu dikasih uang bahkan adikku yatim dulu dibesarkan oleh Pakpoh karena Pakpoh orangnya baik). Pakpoh ditinggal istrinya ke Malaysia dan tidak kembali sehingga menjadi single parent dengan anaknya laki - laki yang penganggur yaitu Mas W*dodo (ditinggal ibunya saat masih SD dan sekarang dia berumur 36 tahun). Saat Pakpoh sakit, anaknya tidak mau mengurusi dengan alasan menyalahkan masa lalu Pakpoh yang membuat ibunya tidak kembali ke Indonesia. Akhirnya Pakpoh dirawat oleh keponakanya yaitu Mas Andri, Mbak Sul dan aku. Pakpoh dirujuk ke RS Dr. Soetomo untuk dilakukan tracheotomy (trakea di bor untuk membuat jalan nafas), masalah timbul yaitu Pakpoh tidak punya uang untuk berobat dan aku mengambil alih posisi itu yaitu dengan membiayai pengobatan Pakpoh sebagai balas budiku dulu dan Mbak Sul serta Mas Andri yang merawat di RS (anaknya tidak mau sama sekali merawat).  Biaya operasi pertama sekitar 8 juta aku tanggung sehingga Pakpoh dioperasi dan berlubanglah sekarang lehernya. Pakpoh juga tak daftarkan BPJS 10 bulan 590 ribu sehingga berada di kamar kelas 1 untuk perawatan pasca operasi. Pakpoh sering tak bawa dari Surabaya - Blitar dengan mobilku untuk kontrol dan terkadang juga mencharter mobil tetangga (1 hari = 600 ribu) dan dari semua perjalanan untuk berobat kontrol itu aku yang menanggung yaitu total selam beliau sakit sekitar 5 juta. Untuk biaya berikutnya, Pakpoh harus di Rontgen untuk mengetahui organ dalamnya normal apa tidak sebelum dilakukan operasi pengangkatan sel kanker dan biaya sekitar 7 juta aku juga yang menanggung. Di tengah perjalanan pengobatan Pakpoh ini, anaknya di Blitar telepon bahwa aku tidak boleh menghabiskan uang untuk berobat melebihi bagian tanahnya Pakpoh karena tanah Pakpoh dirumah kata anaknya masih gono - gini. Anaknya menuntut bagian ibunya (gini) sehingga total tanah (25 RU, dimana 1 RU = 14 M2) dipecah dengan rincian anaknya mendapat 10 RU dan Pakpoh 15 RU + bangunan rumah (Naudzubilahimindzalik ada anak seperti itu, dimana ayahnya masih sakit perlu dana dan sudah dirawat keponakannya tanpa dibayar, dia tidak mau mengurus dan malah meminta bagian tanah). Semoga Alloh membalas sesuai apa yang dilakukannya kelak di kemudian hari. Aku juga memberi Pakpoh uang saku agar saat butuh tissue, kapas dan makanan kecil beliau bisa beli yaitu sekitar 3 juta. Aku sangat ikhlas membantu Pakpoh karena jasa - jasanya dahulu namun aku tidak ikhlas jika orang yang seharusnya tanggung jawab (anaknya) mengurus masa tua ayahnya di kemudian hari dialah yang malah memegang warisan (aku sangat membenci dia sampai sekarang). Karena pengobatan itu harus menunggu lama, Pakpoh terkadang tidur di kosku saat aku masih kerja di Gresik, numpang tidur di rumahnya Sh*nta (pacarku) di daerah Masjid Agung dan juga kadang tidur di gubuk mungil ayahnya Mbak Sul di daerah Juanda (beralaskan tikar untuk tidur dan sungguh kasihan hidupnya). Setiap hari keluar lendir kental di slang lehernya dan bahkan pernah berdarah, perjuangan Mbak Sul dan Mas Andri yang terbesar yaitu hampir hari - harinya untuk mencuci slang berisi lendirnya Pakpoh dan aku juga membersihkan saat aku menjaga Pakpoh di RS dan saat beliau tidur di rumah Sh*nta. Saat sakit itu pula aku menghibur Pakpoh dengan mengajak jalan - jalan melihat pemandangan kota dan menyeberangi Jembatan Suramadu bersama Sh*nta dan Pakpoh sangat senang (setidaknya aku pernah membahagiakan beliau sebelum meninggal). Dengan kondisi organ dalamnya yang kurang baik, Pakpoh harus menjalani istirahat dulu dirumah dan dirumah beliau masih sering bermain bersama adikku. Kondisi Pakpoh semakin parah dan waktu itu kebetulan aku mau balik dari Blitar ke Surabaya dan Mbak Sul yang merawatnya dulu juga pulang dari penampungan TKW untuk menjenguk Pakpoh dan benar saja sesudah pamitan dengan aku, Pakpoh meninggal di pangkuan Mbak Sul dan Pakpoh benar - benar tidak mau dirawat anaknya karena saking bencinya. Innalillahi wa inna ilaihi roji'un, semoga Pakpoh mendapat tempat terbaik disisiNya.
============================== TRUE STORY===============================
=====================DEDICTED TO : ANAK & ISTRIKU========================