Pengalaman Jual-Beli Online di Marketplace Shopee
On Sunday, November 01, 2020
Referensi:
[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkait. www.caesarvery.com
-->
Menggabungkan keilmuan sains teknologi dengan update perkembangan digitalisasi menuju kemandirian ekonomi mikro bisnis industri 5.0
Referensi:
[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkait. www.caesarvery.com
Circulating Fluidized Bed (CFB) boiler adalah salah satu tipe boiler yang umum digunakan di PLTU. Bahan yang digunakan pada boiler ada 3 macam yaitu batubara, pasir dan kapur/limestone. Penjelasan fungsi pasir, bisa dibaca detail di "Macam-Macam Boiler".
Kapur/Limestone (CaCO3 atau CaO) di CFB boiler difungsikan untuk beberapa sebab yaitu (i) sebagai sorbent (penyerap) pada proses desulfurization yaitu pengikat kandungan gas SO2, karena didalam batubara terdapat kandungan beberapa unsur salah satunya sulfur (S). Baca detail kandungan batubara di "CoA Batubara Uji Laboratorium". Ketika batubara dibakar akan bereaksi sebagai berikut:
S + O2 ---> SO2
(ii) sebagai reducing agglomeration yang disebabkan oleh keberadaan K2O dan Na2O [Mettanant et al, 2009], berikut kutipannya:
CFB boiler didesain bisa sirkulasi terus-menerus dengan adanya cyclone separator sehingga campuran gas CO2 dan SO2 akan terus sirkulasi dan sulit dikendalikan gas tersebut sehingga dalam aplikasinya tidak dipasang desulfurization seperti Flue Gas Desulfurization (FGD) yang umumnya terdapat di boiler tipe pulverizer (lebih detail bisa dibaca di "Teknik Pengendalian Gas SO2"). Aplikasi yang diterapkan di CFB boiler adalah mengikutkan langsung kapur ke dalam pembakaran. Menurut jurnal penelitian Diego et al (2018) terdapat 4 faktor yang mempengaruhi sulfation reaction yaitu:
Reaksi sulfation (pembentukan sulfate) bisa terjadi secara langsung (sorbent CaCO3) dan tidak langsung (mulai dari CaCO3 menjadi CaO terlebih dahulu), hal ini tergantung oleh 2 faktor yaitu temperatur dan parsial gas CO2.
Reaksi direct terjadi ketika parsial gas CO2 lebih besar dari tekanan udara pembakaran sehingga bisa mengalami 2 fase reaksi yaitu melewati proses calcination atau non-coalcination. Proses non-calcination terjadi ketika temperatur sistem dibawah temperatur calcination, sesuai reaksi berikut: (Diego et al., 2018)
CaCO3 + SO2 + ½ O2 <---> CaSO4 + CO2 (proses desulfurization)
Reaksi indirect terjadi karena temperatur sistem diatas temperatur calcination, reaksi sebagai berikut: (Diego et al., 2018)
CaCO3 <---> CaO + CO2 (proses calcination)
CaO + SO2 + ½ O2 <---> CaSO4 (proses desulfurization)
Batu kapur (CaO) ketika terbakar bersama batubara di boiler dan kontak dengan gas CO2 mengalami reaksi calcination membentuk CaCO3 dengan reaksi endothermik (menyerap panas dari luar). Berikut persamaan kesetimbangan reaksinya:
CaO + H2O
<---> Ca(OH)2
Kemudian diikuti reaksi carbonation sebagai berikut:
Ca(OH)2 +
CO2 <---> CaCO3 + H2O
Reaksi keduanya terjadi pada temperatur ≤ 450 oC. Disisi lain, agglomerasi juga bisa terjadi ketika batubara banyak mengandung unsur K, Na dan V namun ketika kandungan unsur tersebut rendah (bisa dilihar dari CoA laboratorium) maka bisa dipastikan agglomerasi melewati 2 reaksi diatas.
Pengalaman kami sendiri menguji kerak yang ada pada sisi luar tube boiler menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) didapatkan kandungan dominan adalah CaCO3 dan CaO padahal boiler tidak menggunakan media kapur. Jika dirunut asal calsium maka didapatkan data bahwa penggunaan batubara CFB boiler adalah tipe low rank, dimana batubara ini masih muda yang letaknya masih beberapa meter dari lapisan permukaan tanah sehingga masih mengandung senyawa calsium. Boiler yang bahan bakar mengandung kapur yang cukup banyak seperti pada low rank coal tersebut bisa digunakan di CFB boiler tanpa penambahan kapur dari luar dan memang terbukti efektif dalam minimalisir gas SO2. Namun juga memiliki dampak yang cukup berarti yaitu mudah sekali agglomerasi sehingga bottom ash harus sering dilakukan tindakan drain agar tidak menjadi penyumbat aliran udara dari bawah.
Kutip Artikel sebagai Referensi (Citation):
Sudah dipaparkan detail cerita penulis memulai terjun di dunia marketplace, baca di artikel sebelumnya "Pengalaman Jual-beli di Marketplace Bukalapak" sehingga di artikel ini akan langsung diceritakan pengalaman penulis selama menjadi buyer dan seller di Tokopedia. Tahun 2015-2017, penulis senang belanja di Bukalapak namun Tahun 2018 keatas penulis lebih senang belanja di Tokopedia dengan beberapa alasan yaitu Tokopedia lebih dahulu beralih ke sistem uang digital menggandeng platform OVO dan banyak memberikan cashback berupa OVO points, sedangkan Bukalapak telat dalam hal ini yang nantinya menggandeng platform DANA.
Tahun 2018 keatas, Tokopedia gencar iklan di media sosial, banner di jalanan dan TV sehingga masyarakat mulai mengenalnya. Tokopedia juga memberikan fitur yang membuat nyaman konsumen yaitu lewat pecahkan telur setiap berapa jam sekali dan penulis juga sangat senang memecahkan telur tersebut untuk mendapatkan kupon undian walaupun dirasakan sangat konyol dan kurang berguna (entah karena penulis tidka tahu pengumuman atau memang Tokopedia tidak memberikan akses luas informasi), namun dengan metode tersebut, Tokopedia telah berhasil memikat banyak hati konsumen untuk mampir melihat platform-nya. Penulis pada tahun tersebut telah meninggalkan pembelian di Bukalapak dan beralih nyaman di Tokopedia. Pada itu juga muncul penantang baru yaitu Shopee, namun penulis merasakan platform Shopee kurang easy bagi user pemula yang browsing produk sehingga masih ditinggalkan dan tetap memilih Tokopedia
BACA JUGA: Jangan Diam Tokopedia, Tahtamu Sudah Diambil Lho!!
Pengalaman penulis sebagai seller dimulai Tahun 2017 dengan instalasi beberapa platform yang sudah dijelaskan di artikel sebelumnya. Awal mulai jualan di Tokopedia kurang diminati oleh buyer, bahkan teknik bakar uang dengan iklan yang telah dijalankan penulis di Tokopedia tidak membuahkan hasil apapun karena teknik Tokopedia yang cukup jelek yaitu menyebarkan produk ke semua media sosial, baik di klik ataupun tidak oleh pengunjung maka pengiklan tetap harus membayar sehingga indikator keberhasilan dan tepat sasaran tidak bisa terukur. Hal ini berbeda dengan teknik yang dimiliki Bukalapak yaitu berbayar ketika di klik pengunjung dan terbukti efektif mendatangkan buyer.
Seiiring berjalannya waktu, Tokopedia melakukan pembenahan sistem iklan seperti Bukalapak dan kali ini terbukti cukup efektif mendatangkan pengunjung walaupun tidak seimbang antara pengeluaran dan penghasilan. Teknik iklan kemudian ditinggalkan penulis dan beralih ke teknik otomasi judul dan dari teknik ini Tokopedia memberikan feedback sangat bagus dibandingkan Bukalapak, terbukti penjualan meningkat drastis mengalahkan Bukalapak dan status toko menjadi 2 bintang perak dalam waktu singkat.
Pada Tahun 2019 ke 2020 adalah masa keemasan Tokopedia dan menjadi raja marketplace di Indonesia. Pamor Bukalapak turun dan menjadi tumbal yang siap mati terbukti dengan PHK massal dan pergantian tongkat kepemimpinan. Tokopedia pada Tahun tersebut banyak mendapatkan award untuk kategori marketplace dan dari segi pelayanan komplain Tokopedia memberikan pelayanan yang sangat bagus dibadingkan Bukalapak dengan hadirnya No. Telp CS yang bisa dihubungi kapanpun, chatting CS yang fast response by FB dan chatting CS by aplikasi, dimana hal ini tidak dimiliki oleh Bukalapak.
Memasuki awal Tahun 2020, Tokopedia terlena dengan mahkota-nya dan tidak menyadari akan hadirnya kompetitor yang lebih inovatif yaitu Shopee. Platform orange itu, gencar iklan secara masif di semua media dan promo gila-gilaan sehingga masyarakat mulai tertarik untuk install dan menjajaki platform Shopee sampai akhirnya tumbanglah dominansi Tokopedia di Tahun 2020 ini. Lebih detail baca "Pengalaman Jual-beli di Marketplace Shopee"
Referensi:
[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkait. www.caesarvery.com
Silt Density Index (SDI) adalah parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat fouling air umpan yang umumnya akan mengalir melewati membrane Reverse-Osmosis (RO). Dengan kata lain, SDI adalah tingkat ukuran kemungkinan membrane akan buntu oleh suspended solid. Fouling adalah istilah pencemaran/pengendapan/pembuntuan yang umum digunakan di RO system, walaupun sebenarnya istilah ini sama dengan scaling, slagging dan deposit. Untuk detail baca di "Arti Istilah-Istilah Mirip di Teknik".
4 tipe fouling yaitu: (i) scale, (ii) silt (particular), (iii) biofouling (bacteria), dan (iv) organic fouling (oil & grease). Silt particular bisa bersumber dari organic colloid, iron corrosion product, precipitated iron hydroxide, alga, suspended solid dan dissolved solid.
SDI standar yang diterapkan di PLTU adalah untuk umpan air laut SDI < 5 dan umpan air payau (brackish water) SDI < 4 dengan syarat parameter turbidity air umpan yang masuk SDI test kit < 1 NTU dengan temperatur yang tetap dijaga konstan karena perubahan 1oC bisa menyebabkan perubahan flow sebesar 3%. Berikut gambar SDI test kit:
Sebagian besar orang akan bingung dengan judul yang penulis buat karena penyelinapan si adik yaitu Shopee Pay untuk merebut tahta sang kakak yaitu OVO sangat halus tanpa iklan dan di waktu yang tepat. Dia datang seperti adik yang cerdik dimana kakaknya sudah kelelahan dalam hal berlari terus semakin tinggi dan tinggi. Penulis sendiri sesudah adanya kelonggaran aktivitas karena pandemi COVID-19 mencoba jalan-jalan ke outlet franchise dan betapa terkejutnya terdapat tempelan yang menerima pembayaran dengan Shopee Pay terlebih terdapat tulisan diskon gilan-gilaan.
Rasa penasaran penulis muncul, kemudian mencoba mencari tahu dan browsing di internet ternyata semester 2 Tahun 2020, Shopee Pay telah melebarkan sayap dominansinya ke sistem pembayaran digital di Indonesia. Tidak berselang lama, penulis mencoba jalan-jalan ke mall dan betapa terkejutnya bahwa Shopee Pay juga sudah masuk ke outlet-outlet tanpa ada saingan dari platform lain. Murni beruntungkah atau strategi Shopee Pay yang tepat untuk masuk karena waktu ini 2 raksasa yaitu Go-pay dan OVO sudah tidur pulas??.
BACA JUGA: Apakah Kejayaan GoPay dan OVO Sudah Berakhir
Penulis yang notabene sudah sangat suka pembelian online lewat Shopee dan pengisian saldo Shopee Pay yang cukup banyak maka ketika di outlet dan toko franchise bisa pakai Shopee Pay mencoba melakukan pembayaran digital dengan itu dan betapa terkejutnya yaitu cashback yang diberikan dalam bentuk Points sangat besar melebihi Go-Pay, OVO dan DANA pada masa kejayaannya. Apakah teknik bakar-bakar uang Shopee Pay ini akan terus berlangsung atau ada penantang baru yang muncul atau malah kakaknya yang sedang tidur akan bangun lagi untuk merebut tahta kembali, akan kita lihat dan analisa lagi kedepan.
Berdasarkan pengalaman penulis menggunakan Shopee Pay di platform Shopee, memang diskon yang diberikan sangat-sangat gila meliputi hampir semua penjualan jenis produk yang ada di marketplace lain dan tidak tertandingi sampai waktu tulisan ini dibuat (semester 2 Tahun 2020). Hadirnya persaingan yang sehat ini, menguntungkan konsumen namun kita semua tidak tahu visi dan misi mereka selanjutnya dan akan kami bahas detail di artikel "Mengapa Platform Digital Bakar-Bakar Uang??".
Referensi:
[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkait. www.caesarvery.com
Penulis mulai berubah gaya beli dari offline ke online mulai Tahun 2015 dengan alasan barang yang sulit dicari di toko fisik akan tetap ada di toko online dengan harga yang bisa dibandingkan secara langsung. Penulis melakukan instalasi platform seperti Bukalapak, Tokopedia, Lazada dan Bli-Bli.com, kemudian mencoba melakukan pencarian produk yang dicari dan disimpulkan bahwa dari semua platform tersebut yang eye catching dengan fitur yang mudah digunakan oleh user pemula adalah Bukalapak.
Tahun 2015-2018, Bukalapak adalah raja marketplace dengan iklan yang bisa kita temui dimana-mana dan panggilan akrab penjual adalah juragan tidak asing di telinga kita dan jika ingin bertanya produk yang terbawa sampai sekarang yaitu: "ready gan??" itu berasal dari platform Bukalapak ini. Bukalapak memberikan banyak produk bersaing yang cukup bagus sehingga buyer dibuat kebingungan memilih lapak seller yang mana. Diskon gratis ongkir kala itu belum banyak diberikan sehingga penulis sebagai buyer memilih produk dengan biaya ongkir paling minim dan produk sudah banyka dibeli oleh banyak orang lewat pemberian rating.
BACA JUGA: Dengarlah Bukalapak, Kamu Masih Bisa Bangkit Kembali!!!
Penulis menjadi seller mulai Tahun 2018 dan kala itu mempunyai 2 platform saja yaitu Bukalapak dan Tokopedia. Pada tahap penjualan pertama di toko online, Bukalapak memberikan feedback penjualan cukup bagus dari para buyer sebagai hasil teknik bakar uang yang telah dilakukan oleh penulis untuk mengangkat produk pada pencarian keatas. Dalam hal iklan, menurut penulis Bukalapak menang daripada Tokopedia, dimana Bukalapak memakai teknik Promoted Push dan Promoted Keyword yang tepat sasaran dan memberikan imbal hasil yang memuaskan. Teknik bakar uang yang telah dilakukan terbukti efektif dalam hal penjualan dan dalam waktu singkat status seller menjadi pedagang besar sedangkan teknik iklan di Tokopedia boncos tidak menghasilkan apa-apa.
Selama menjadi seller, ketika 2 platform terdapat komplain maka Bukalapak memberikan pelayanan yang sangat buruk, tidak ada nomor kontak dan email/chatting yang dibalas lama sedangkan Tokopedia menang dalam hal ini. Walaupun memiliki kelemahan tersebut, sampai Tahun 2019 penjualan di Bukalapak memberikan hasil yang menggiurkan dibandingkan dengan Tokopedia.
Pada masa itu, boleh dibilang Bukalapak mencapai masa keemasan dan menjadi tujuan para buyer online, sampai akhirnya Bukalapak yang terlena dengan mahkota-nya tidak sadar bahwa kompetitor-nya sedang menyiapkan amunisi untuk menghancurkan dan sampailah tiba di jaman keemasan Tokopedia. Lebih jelasnya pengalaman di Tokopedia baca di "Pengalaman Jual-Beli Online di Marketplace Tokopedia".
Referensi:
[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkait. www.caesarvery.com
Masih teringat ketika penulis mengalami masa-masa kejayaan 2 raksasa sistem pembayaran digital yaitu Go-Pay dan OVO yang terus-menerus bakar uang dengan memberikan diskon kepada konsumennya, dimana banner-nya ada disetiap outlet di Mall, Bandara, Apotek dan Toko. Penulis menceritakan pengalaman di Tahun 2017-Akhir 2019, dimana penulis kala itu sering mendapat tugas perjalanan dinas dari Aceh sampai Maluku sehingga cukup mengikuti perkembangan perang pembayaran digital antara 2 kubu tersebut.
Awal mula Go-Jek berdiri langsung mengenalkan sistem cashless yaitu Go-Pay dan memanjakan pengguna aplikasi Go-Jek untuk mendapatkan diskon ketika memakai Go-Pay dibandingkan uang tunai. Penulis karena sering pulang-pergi dari dan ke bandara terlebih ketika di kota tujuan tidak ada transportasi yang murah selain Go-Jek maka saldo Go-Pay pun selalu terisi dengan uang digital cukup banyak. Diskon yang diberikan lewat pembayaran Go-Pay sangat menggiurkan dan penulis tidak berpindah ke lain hati seperti Uber atau Grab karena Go-Jek memang memiliki kelebihan disana.
Ekspansi terus-menerus dilakukan Go-Jek sebagai upaya inovatif menjadi platform yang dibutuhkan masyarakat dan penulis ketika mengisi pulsa juga kecanduan menggunakan aplikasi Go-Jek karena adanya diskon yang menggiurkan. Tidak cukup sampai disitu, Go-Pay merambah ke toko-toko outlet di mall dan bandara dengan program diskonnya, lagi-lagi penulis dibuat tercengang dengan ulah bakar-bakar uang Go-Jek dan terbukti bisa memikat penulis serta kebanyakan masyarakat untuk memakai sistem pembayaran digital mereka.
BACA JUGA: Mengapa Platform Digital Bakar-Bakar Uang??
Disisi lain, terdapat penantang baru yang sudah cukup lama mengintai dan ingin mencuri strategi Go-Pay yaitu OVO yang menghadirkan segudang inovasi dan teknik bakar-bakar uang yang melebihi Go-Pay. Penulis sempat dibuat bimbang dan terus membandingkan besaran diskon di setiap banner yang terpampang di outlet-outlet, kali ini OVO menang bisa menggaet penulis untuk beralih ke sistem pembayaran digital karena diskon yang lebih besar daripada OVO serta jaringan kerjasama toko yang lebih banyak. Disisi lain cashback OVO dalam bentuk OVO Points sangat bermanfaat karena bisa langsung dibelanjakan tidak seperti Go-Pay yang lewat rolling games walaupun semakin kedepan sistem cashback Go-Pay lebih bagus berupa potongan langsung pembayaran. Karena besaran diskon OVO lebih besar dari Go-Pay maka OVO tetap menjadi primadona kala itu.
OVO terus-menerus iklan di media sosial, TV dan channel youtube sehingga semakin kuat dikenal masyarakat luas sehingga outlet di mall hampir full banner-nya OVO dan Go-Pay pelan-pelan tertidur. Di kala OVO berjaya dengan diskon gila-gilaan ini, muncul pendatang baru yaitu DANA yang teknik awalnya memberikan diskon selalu diatas OVO bahkan penulis sempat mau berpindah ke DANA, namun setelah di cek pada outlet-outlet lain ternyata kerjasama DANA tidak setenar dan seluas OVO maka penulis membatalkan perhatian pada DANA. DANA merupakan sistem pembayaran digital yang teknik marketing-nya naggung, karena berjaya tidak dan mati-pun tidak.
OVO mencapai puncak kejayaan, bahkan penulis juga melakukan pembayaran pulsa lewat OVO karena memberikan cashback berupa OVO Points yang cukup tinggi. Sampai akhirnya saldo OVO penulis banyak di OVO dan mengurangi di Go-Pay, akhir Tahun 2019, kejayaan OVO meredup dengan ditandainya kehabisan amunisi untuk bakar-bakar uang terbukti pemegang saham OVO yaitu LIPPO menjual sebagian besar saham mereka. Akhirnya terbukti runtuh dominansi OVO ini dan banner di outlet-outlet banyak yang tidak ada.
Apakah alasan para platform ingin menjadi dominan bahkan dengan teknik bakar-bakar uang?? akan penulis bahas di artikel selanjutnya. Sempat vakum di semester 1 Tahun 2020 untuk hingar-bingar bakar-bakar uang pembayaran digital ini dan terlebih lagi adanya pandemi COVID-19, namun sungguh mengejutkan di semester 2 Tahun 2020 datanglah si bayi baru lahir yang siap menggantikan kakaknya merebut mahkota yaitu Shopee Pay yang merambah ke sistem pembayaran digital di outlet mall dan toko franchise, seperti apa ulasan detai baca di "Shopee Pay Pendatang Baru Tanpa Saingan".
Referensi:
[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkait. www.caesarvery.com
Persiapan untuk start-up PLTU meliputi beberapa tahapan dan harus terpenuhi semua tahap demi tahap. PLTU memanfaatkan pressure vessel, rotating equipment, high temperature dan high pressure sehingga tingkat resiko sangat tinggi sehingga membutuhkan mitigasi risk demi keselamatan dan keamanan baik manusia maupun peralatan. Berikut tahapan dalam persiapan start-up PLTU khususnya di boiler dikutip dari handbook "The Babcock & Wilcox Company":
Ini memiliki 2 tujuan yaitu: (i) mengenalkan operator terhadap peralatan, (ii) memverifikasi kondisi peralatan apakah sudah dilakukan tindakan terstandar. Inspeksi ini dilakukan selama fase konstruksi dan terus dilakukan sampai seluruh pekerjaan selesai. Inspeksi disini menggunakan beberapa teknologi seperti radiography test untuk cek kualitas las-lasan, penetrant & magnetic test untuk cek pitting/bocoran halus dan masih banyak lagi lainnya.
Pembersihan semua pengotor selama proses perbaikan untuk persiapan ke tahap pengujian. Semua material consumable, peralatan kerja harus disingkirkan dan boiler system steril dari benda selama kerja dan siap untuk dilakukan uji.
Ini adalah pengujian menggunakan air dan dilakukan ketika pressure part sudah terpasang namun sebelum terpasang refractory (semen tahan api & abrasif sebagai jaket boiler tube) dan casing dengan tujuan agar ketika terdapat bocoran di tube boiler maka masih bisa dilakukan perbaikan. Pressure uji hydrostatic dilakukan pada 1.5X pressure boiler desain. Air yang digunakan harus demineralized water atau jika menggunakan condensate water maka dilakukan pengontrolan pH dengan penambahan 10 ppm ammonia (NH3) dan pengontrolan oxygen dengan penambahan 500 ppm hydrazine (N2H2). Temperatur air juga dijaga tidak boleh < 21 oC untuk menjaga sifat properties inherent toughness carbon steel, juga tidak boleh > 56 oC untuk menjauhi metal stress transients. Udara tidak boleh ada yang terperangkap pada jalur hydrostatic dengan membuka all venting ketika proses sirkulasi sudah berjalan.
Peralatan I&C minimum yang ada di boiler adalah water/steam pressure gauge, water level gauge glass dan steam temperature indicator. I&C harus dipastikan sudah ter-install dengan benar, terkalibrasi dan berfungsi sehingga ketika proses operasi berjalan bisa memberikan data valid. I&C merupakan pengaman terdepan ketika proses operasi di boiler sudah berjalan.
Peralatan bantu boiler ketika sudah berjalan juga harus disiapkan seperti fan yang digunakan untuk supply udara bakar dan transport bahan bakar (lebih lengkap baca juga "Macam-Macam Fan di PLTU"), pump untuk supply air umpan dan bahan bakar cair, conveyor system untuk transportasi bahan bakar padat (batu bara), air heater untuk memanaskan awal udara bakar dan masih banyak lagi.
Ketika boiler masih baru (new boiler) maka inner boiler masih dilapisi pasifasi untuk mencegah reaksi korosi, juga masih banyak gram/wear bekas fabrikasi. Sedangkan ketika boiler sesudah OverHaul (OH) maka pasti banyak pengotor seperti bekas las-lasan, kelupasan material dan lumpur carry over. Segala bentuk pengotor tersebut berbahaya ketika boiler dengan operasi tekanan dan temperatur tinggi sehingga harus dilakukan chemical cleaning umumnya menggunakan kombinasi alkali & acid chemical (urutan detail baca juga: Proses Chemical Cleaning di Boiler PLTU).
Tahapan ini adalah flushing steam line menggunakan high pressure steam keluaran superheater namun steam tidak dimasukkan ke turbine melainkan dibuang ke atmosfer. Selama proses pengeluaran karena steam (high T & high P) maka mengeluarkan suara yang sangat kencang bahkan pengalaman saya sendiri yang mendengar dari jarak 50 m seperti suara jet tempur terbang rendah sehingga langkah antisipasi digunakan silincer knalpot untuk mengurangi suara. Terdapat coupon logam yang dipasang di steam line untuk mengevaluasi hasil steam blowing apakah sudah bersih atau belum sehingga ketika masih terdapat bintik-bintik ketika dilihat visual atau pakai mikroskop berarti proses blowing terus dilakukan sampai benar-benar bersih sesuai standar yang ditetapkan. Pengalaman kami di lapangan membutuhkan waktu sekitar 4-8 jam blowing terus-menerus untuk membersihkan steam line dan proses dihentikan ketika coupon tidak benar-benar bersih melainkan jika bintik-bintik pengotor sudah jarang terlihat dan tidak rapat.
Valve pengaman yang difungsikan untuk venting ketika over pressure agar boiler tidak meledak. Safety valve adalah I&C terpenting dalam pressure vessel (boiler) sebelum dioperasikan sehingga harus terkalibrasi dan ter-install dengan benar.
Pengisian air kualitas bagus (demineralized water) ke boiler dengan indikasi adalah level steam drum sampai 1/4 ketinggian dan tidak boleh lebih untuk menjaga kenaikan level yang drastis ketika boiler dipanaskan.
Pemanasan boiler diawali dengan memasukkan sejumlah pasir jika boiler CFB, atau memasukkan batubara jika boiler stoker atau pulverizer (lebih detail baca di "Macam-Macam Boiler PLTU"). Pembakaran awal menggunakan solar tipe High Speed Diesel (HSD) agar tingkat panas mudah ditingkatkan dan stabil. Ketika panas sudah meningkat dan membakar bahan bakar padat (batu bara) kemudian T & P siklus uap-air sudah tercapai maka solar dihentikan dan batu bara akan terus-menerus sirkulasi untuk digunakan.
Untuk mencegah adanya overheating pada salah satu bagian boiler maka siklus air-uap dilakukan sirkulasi yang secara alami berdasarkan gaya gravitasi karena perbedaan densitas. Steam dengan densitas kecil mengalir keatas sedangkan water dengan densitas besar akan turun kebawah (downcomer) dan terus-menerus terdorong oleh pompa BFP (Boiler Feed Pump).
Tahun 2020 ini menjadi cerita yang baru dalam dunia marketplace Indonesia. Dimana penulis sendiri dulu hanya kenal dengan Bukalapak dan Tokopedia sekarang berbeda, memaksa penulis kenal dengan Shopee. Iklan, diskon dan program gratis ongkir Shopee di Tahun 2020 sangat masif, baik di media sosial, youtube dan TV. Penulis sendiri dulu kolot bahwa Bukalapak dan Tokopedia lah yang tetap menjadi idola ketika ingin beli produk secara online karena lebih terpercaya dengan diskon yang cukup melimpah.
Tahun 2015-2017 penulis lebih suka belanja di Bukalapak, karena platform yang dirasa lebih eye catching ada diskon tiap lapak dan subsidi gratis ongkir. Beranjak Tahun 2017-2019, Tokopedia hadir dengan iklan secara masif dan memberikan banyak subsidi dan kejutan-kejuatan lewat pecahkan telurnya. Saat itu juga Shopee hadir, namun ketika penulis membuka platform serasa asing dan sulit mencari produk yang diinginkan. Masa itu adalah jaman keemasan Tokopedia karena iklan dimana-mana dan transaksi No. 1 di marketplace Indonesia dan mendapatkan banyak award atas prestasinya. Kelebihan Tokopedia juga dalam hal layanan komplain, dimana Bukalapak masih mengandalkan robot chatting menjadikan itu idola para buyer.
BACA JUGA: Dengarlah Shopee Agar Bisa Bertahan Lama dengan Mahkotamu
Tahun 2019 menginjak ke 2020, pendatang baru semakin bertaji dan menunjukkan banyak inovasi. Dengan platform khas orange-nya gencar iklan secara masif, gratis ongkir tak terbatas, program flash deal, Rp 1 dan kejutan-kejutan lain lewat aplikasi yang membuat para konsumen betah ada di platform-nya. Tahun 2020 ini menjadikan Bukalapak dan Tokopedia harus tunduk menyerah, ditandai dengan PHK massal Bukalapak yang tidak mampu lagi mampu membiayai fix cost. DIRUT-nya pun diakui telah telat mengambil keputusan akan adanya kehadiran marketplace baru yang lebih inovatif dan penggantian DIRUT tidak juga membuat banyak berubah walaupun sampai sekarang banyak diskon dan gratis ongkir yang diberikan namun tetap saja konsumen sudah berpindah nyaman di platform lain.
Shopee menjadi pemenang marketplace di Tahun 2020 dengan program diskon gila-gilaan dan gratis ongkir yang tak terbatas, walaupun juga memiliki kelemahan dalam hal potongan biaya yang cukup besar bagi penjual dibandingkan marketplace yang lain namun ini tidak menjadikan masalah bagi penjual karena program iklan di Shopee tidak ada sehingga antara penjual fair tidak seperti marketpalce lain yang harus mengeluarkan biaya iklan cukup besar agar tampil teratas di pencarian produk. Penulis merupakan pelaku jual-beli online di 3 marketplace tersebut dan sekarang yang tetap tenang tanpa memberikan perubahan yang berarti adalah Tokopedia dan apakah dia juga akan siap terlempar dari nominasi marketplace Indonesia, kita lihat saja ke depan jika Tim Tokopedia tidak memberikan inovasi yang berarti sedangkan Bukalapak sudah cukup berbenah maka Tokopedia akan menjadi tumbal berikutnya. Penjelasan detail penulis selama jual-beli di marketplace di tulis di "Pengalaman Jual-Beli di Bukalapak Sampai Tahun 2020".
Referensi:
[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkait. www.caesarvery.com
Referensi:
[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkait. www.caesarvery.com
Penulis di atikel sebelumnya sudah membahas agar Bukalapak bisa bangkit lagi dan juga Shopee agar bertahan di tahtanya sekarang dengan waktu yang cukup lama. Sampai Tahun 2020 ini, penulis sebagai seller mendapatkan banyak profit dari aplikasi Tokopedia, sehingga disini penulis akan memberikan masukan Tokopedia agar tidak terlena dengan kehadiran Shopee yang bisa merusak pangsa pasarnya.
Pengalaman penulis sebagai buyer dan seller di Tokopedia, sebaiknya Tokopedia berbenah dalam hal fitur menu. Penulis pernah sangat kecewa ketika nyaman di Tokopedia dan ingin menggunakan menu-menu didalamnya betap terkejutnya ternyata isinya sangat minim dibandingkan Bukalapak. Misalnya saja reksadana yang ada hanya pasar uang saja dan jual-beli emas yang harga belinya sangat murah dibandingkan pasar dan marketplace lain ternyata setelah dicek harga jualnya rendah sekali dibanding pasar dan marketplace lain. Seolah hanya sebuah permainan untuk menggaet konsumen tanpa ada tujuan yang jelas, berbenahlah Tokopedia karena banyak yang merindukan kelengkapan fitur di platform-mu.
Dalam hal diskon dan gratis ongkir, Tokopedia terbilang marketplace paling pelit dan hampir tidak ada walaupun dulu di awal-awal banyak memberikan cashback lewat OVO Points namun semakin kesini tidak ada. Jangan lengah Tokopedia, buyer-mu adalah para millineal yang sangat efisiensi dan melek teknologi sehingga mereka akan mudah lari kesana kemari mencari penawaran terbaik. Tahtamu sudah terincar dan pindah ke Shopee lho, sadarkah kamu ini. Kompetitor-mu sudah sangat pro millenial dan eye catching dengan segudang diskon.
BACA JUGA: Investasi Apa yang Cocok di Kala Pandemi Covid-19
Penulis memberikan masukan lain terkait sistem iklan yang dinilai sangat mahal dan menyasar ke semua media sosial tanpa itu diklik atau dibaca asal tampil maka seller akan tetatp membayarkan iklan. Sebaiknya untuk hal ini tirulah sistem Shopee yang langsung menempelkan iklan pada produk yang tampil dan lebih dirasakan oleh buyer seperti gratis ongkir + diskon, dengan datangnya buyer maka secara tidak langsung seller akan untung juga. Seller sangat berharap akan hal itu, walaupun sistem optimasi search engine-mu adalah yang the best dari semua marketplace.
Pertahankan sistem pembayaran ekspedisi yang masih ada otomatis dan sistem manual karena itu sangat menguntungkan semua pihak terlebih reseller yang akan menghidupkan arus transaksi di platform-mu. Hilangkan program-program undian berhadiah seperti pecah telur yang dulu sempat booming, karena efek-nya tidak terasa dan kurang transparan menurut banyak kalangan. Bagikan saja reward lewat diskon + gratis ongkir seperti di Bukalapak dan Shopee karena efeknya akan terasa langsung oleh buyer. Pertahankan sistem mudahmu dalam pencapaian power merchant karena itu sangat berguna bagi seller dan satu lagi produk yang ada di-platform-mu cukup lengkap dibandingkan Bukalapak namun masih kalah dengan Shopee yang notabene pemain baru. Apakah ini tanda banyak seller pindah ke lain hati?? sudahkan kamu melakukan analisa terkait itu dan apa penyebabnya.
Penulis dalam posisi ini ingin Tokopedia bangkit kembali karena ini merupakan platform asli anak Indonesia, jangan sampai terjajah oleh platform asing. Teruslah berbenah Tokopedia dan pintar dalam membaca Big Data arah pasar dan kebutuhan para millenial. Karena di tahun digital IT ini kedepan akan terus banyak tumbuh start-up baru. Penulis masih yakin Tokopedia dalam waktu dekat akan berbenah dan bangkit untuk merebut tahtanya kembali.
Referensi:
[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkait. www.caesarvery.com
Berdasarkan Handbook (The Babcock & Wicox), berikut didetailkan sifat properties dan karakteristik dari elemen/unsur logam:
Penulis kali ini akan menceritakan pengalaman jual-beli online yang telah dilakukan sejak Tahun 2015 dan cukup banyak mengetahui perkembangan sistem marketplace di Indonesia. Berdasarkan pengalaman langsung dan analisis terdapat beberapa kelebihan dan kelamahan masing-masing platform maka disini penulis akan memberikan masukan kepada Bukalapak agar tahta yang sudah hilang di Tahun 2020 ini bisa kembali didapatkan.
Penulis disini bertindak sebagai penggemar Bukalapak dan sempat judge bahwa Bukalapak adalah marketplace yang mudah dipahami semua orang, memberikan produk yang lengkap dan menu fitur yang bisa digunakan untuk apa saja sehingga penulis sebagai buyer sangat betah di platform ini. Namun, melangkah kesini tepatnya ketika Bukalapak diguncang dengan PHK massal karyawan dan pergantian pimpinan, sungguh terasa Bukalapak memang dalam kondisi mati suri. Berikut saran penulis agar Bukalapak bisa bertaring kembali.
Bukalapak dalam hal memberikan diskon + gratis ongkir sangat nanggung dan saran penulis sebaiknya meniru Shopee. Di Bukalapak, diskon yang diberikan dulu awal-awalnya cuma Rp100-Rp1000, nominal segini untuk apa dan lebih baik dibuang karena malah mengecewakan buyer karena notabene uang segitu bagi semua orang adalah receh dan jika jatuh di jalanan pun tidak diambil. Seiring waktu berjalan kearah sini, Bukalapak berbenah diri dengan memberikan diskon Rp5000-Rp20.000 kali ini cukup menggiurkan buyer belum lagi program gratis ongkir yang terus-menerus diberikan. Terdapat kelemahan Bukalapak disini dan ini seharusnya menjadikan mereka berbenah yaitu limit waktu yang dibuat sangat pendek dan cenderung program tersebut dikategorikan untuk pembelian barang khusus (pengalaman penulis sebagai buyer, diskon baru muncul hanya bisa digunakan untuk membeli jenis produk dimana ketika kita barusan membeli jenis produk tersebut). Betapa diskon ini hanya untuk isi-isi saja tanpa bisa maksimal digunakan buyer karena tentunya buyer akan membeli jenis produk lain dalam waktu dekat. Analisis penulis, ini hanya sebuah akal-akalan memberikan diskon + gratis ongkir yang targetnya memang jangan digunakan.
Tahukah Bukalapak di Tahun 2019 keatas, produk di platform anda sangat minim. Penulis sebagai buyer sering kecewa melakukan pencarian di Bukalapak karena marketplace lain yaitu di Shopee dan Tokopedia bisa menampilkan banyak, di Bukalapak sama sekali tidak ada dan jika adapun pada lapak yang sudah mati berbulan-bulan. Hal ini menurut analisis penulis adalah karena strategi kebijakan Bukalapak yang salah yaitu barang yang tidak laku dalam sekian bulan akan dinonaktifkan secara paksa. Penulis memprediksi banyak seller lari ketika terdapat kebijakan down system tersebut, padahal seharusnya Bukalapak memandang semua yang ada di platform adalah asset bukan sebagai rintangan atau jika memang dipilah jangan main kasar sembrono gitu tanpa seleksi akal manusia.
BACA JUGA: Bukalapak & Tokopedia, Siapkah Mengembalikan Kejayaan Masa Lalu??
Untuk masalah gratis ongkir yang tidak bisa dinikmati oleh dropshipper adalah keputusan yang salah besar, coba Bukalapak lihat Shopee dimana penjual tipe apa saja bisa merasakan semua program sehingga banyak dropshipper akan memutar transaksi di sana dan menjadi bergeraklah barang dari penjual di Shopee. Di Bukalapak, karena tidak ada prgram yang dinikmati dropshipper, maka ketika ada orderan dari marketplace lain akan mengambil dari Tokopedia, karena Tokopedia cukup baik dari sisi cashback Ovo Points walaupun untuk program gratis ongkir juga sama saja dengan Bukalapak. Lagi-lagi kelemahan Bukalapak + Tokopedia dimanfaatkan oleh Shopee, dimana Tahun 2020 menjadi pemegang tahta marketplace di Indonesia.
Sistem nyeleneh lain yang dilakukan Bukalapak adala sistem perhitungan saldo yang dilepas ke seller salah dan pengetatan reseller yang dilakukan Bukalapak sampai sekarang. Seperti apa itu?? penulis merasakan sekali server Bukalapak sangat berat dan sulit loading dibandingkan platform lain. Dalam hal IT, Bukalapak sangat parah belum juga berbenah. Bukalapak menerapkan banyak akses yang merugikan reseller walaupun pada akhirnya sedikit dibuka kembali (ingatkah Bukalapak pihak yang mem-balance transaksi antar marketplace adalah para reseller sehingga platform menjadi lebih hidup dengan banyak variasi produk).
Disisi lain, penulis sejauh ini sudah 2x di email untuk mengembalikan uang lewat transfer ke rekening Bukalapak karena kesalahan sistem dalam menghitung saldo yang dilepas ke seller. Hai Bukalapak, ini kesalahan seller atau sistem anda?? sebaiknya jangan berbuat demikian karena akan menambah citra buruk anda di mata publik dan sebaiknya berbenah internal agar citra baik terus meningkat. Dari sini semakin menambah keyakinan bahwa sistem IT dan Artificial Intelligence (AI) Bukalapak sangat buruk dan harus berbenah agar bisa bangkit kembali.
Penulis sebagai seller, sering kali menggunakan sistem iklan di Bukalapak dan terus boncos sampai akhirnya Bukalapak hampir tiap hari terus-menerus mengirimi chat otomatis untuk isi saldo iklan. Untuk masalah ini, Bukalapak sebaiknya meniru Tokopedia, terbukti penulis mendapatkan buyer potensial terhadap iklan yang digunakan. Penulis menganalisis bahwa Bukalapak sedang 'cari-cari uang" untuk menutup operasional lewat jualan saldo iklan, sampai seller risih melihat chat otomatis yang tiap hari muncul. Saran penulis, jadilah platform yang macho berwibawa tanpa menjual diri, tunjukkan sistemmu sudah baik dan berguna bagi seller maka mereka semua akan mengapresiasi sistem anda.
Penulis membuat kritik san saran seperti itu karena ingin Bukalapak yang merupakan platform asli Indonesia jangan sampai kalah dengan platform asing lain. Penulis berbuat demikian karena ingin Bukalapak jaya lagi seperti dahulu. Teruslah berbenah Bukalapak, kamu masih bisa merebut tahta kembali di Tahun 2020 ini.
Referensi:
[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkait. www.caesarvery.com