Trending Topik

Macam - Macam Proses Pembuatan Semen (Cement Manufacturing)

Diposting oleh On Sunday, January 27, 2013

Semen berasal dari bahasa latin "cementum" artinya perekat / pengikat dan sekarang semen diartikan perekat hidrolis yang dihasilkan dari penggilingan clinker yang kandungan utamanya kalsium silikat dan kalsium sulfat sebagai bahan tambahan. Disebut perekat hidrolis karena senyawa-senyawa yang terkandung di dalam semen tersebut dapat bereaksi dengan air membentuk zat baru yang bersifat perekat terhadap batuan.
Ditinjau dari kadar air umpan maka teknologi pembuatan semen dibagi menjadi  4 proses, yaitu :
  1. Proses Basah ( wet process )
  2. Proses Semi Basah ( semi wet process )
  3. Proses Semi Kering ( semi dry process )
  4. Proses Kering ( dry process )
"Word "cement" from Latin "cementum" means adhesive and now cement is interpreted hydraulic adhesive which is produced from milling of clinker which main content is calcium silicate and calcium sulfate as additive. Defined as hydraulic adhesive due to compounds which is contained in the cement can be reacted with water so form new material and have properties adhesive to the rocks.
Based on feed water content so technology of manufacturing cement, divided into 4 processes are :
  1. Wet process
  2. Semi Wet Process
  3. Semi Dry Process
  4. Dry Process"
* Proses Basah
Umpan tanur berupa slurry dengan kadar air 25 – 40 %, yang pada umumnya menggunakan “Long Rotary Kiln” dengan perpindahan panas awal terjadi pada rantai atau chain section.
Proses ini boros, karena menggunakan panas sekitar 1500 – 1900  kcal/kg terak, dan biasanya mempunyai suhu exit gas 150 – 250 °C.
Kerugian :
  • Pemakaian bahan bakar lebih banyak, karena kebutuhan panas selama pembakaran tinggi 1500 – 1900 kcal / kg 
  • Tanur putar yang digunakan ukurannya lebih panjang dibandingkan tanur putar pada proses kering
  • Memerlukan air proses dalam jumlah banyak
Keuntungan :
  • Pencampuran dari komposisi slurry lebih mudah karena berupa luluhan
  • Kadar alkalis tidak menimbulkan gangguan penyempitan dalam saluran preheater atau pipa
  • Debu yang dihasilkan relatif sedikit
  • Deposit yang tidak homogen tidak berpengaruh karena mudah mencampur dan mengoreksinya
"* Wet Process
Feed rotary kiln form slurry with water content 25 - 40 % and which generally using Long Rotary Kiln with initial heat transfer in the chain section.
This process is wasteful due to using heat about 1500 – 1900  kcal / kg and usually have exit gas temperature 150 – 250 °C
Disadvantages :
  • Wasteful of fuel due to heat necessity along combustion is high about  1500 – 1900 kcal / kg
  • Rotary kiln which is used have longer measure if compared with dry process
  • Require large amounts of water process
Advantages : 
  • Mixing of slurry composition easier than other due to melt form
  • Alkaline level not reason constriction in the preheater pipeline
  • Little dust
  • Inhomogeneous deposite is unaffected due to easy blending and correcting"
* Proses Semi Basah
Pada proses ini umpan masuk tanur berupa granular atau pallet (cake) dengan kadar air 15 – 25 % dibuat dengan bantuan filter press. Konsumsi panas pada proses ini 1000 – 1200 kcal / kg terak.
Kerugian :
  • Tanur yang digunakan lebih panjang
  • Membutuhkan filter
 Keuntungan :
  • Umpan lebih homogen  
  • Debu relatif lebih sedikit
"* Semi Wet Process
This process feed enter to the rotary kiln have form granular or cake with moisture content 15 – 25 % and made by filter press. Heat consumption in this process 1000 – 1200 kcal / kg slag.
Disadvantages :
  • Using long rotary kiln
  • Requires a filter
Advantages :
  • Homogeneous feed
  • Little dust"
* Proses Semi Kering
Umpan tanur pada proses ini berupa tepung kering, lalu dengan alat granulator (pelletizer) disemprot dengan air untuk dibentuk menjadi granular dengan kadar air 10 – 12 % dan ukurannya 10 – 12 mm seragam. Konsumsi panas pada umumnya sekitar 1000 kcal / kg terak. Proses ini menggunakan tungku tegak (shaft kiln) atau long rotary kiln, namun kapasitas rata-rata shaft kiln rendah sedangkan jika memakai long rotary kiln maka harus dilengkapi grate preheater dan kapasitasnya bisa lebih tinggi.
Kerugian :
  • Menghasilkan debu
  • Membutuhkan filter 
Keuntungan :
  • Tanur yang digunakan lebih pendek
  • Diperoleh terak yang uniform
"* Semi Dry Process
Feed in the rotary kiln has form dry powder then with granulator (pelletizer) is sprayed with water to made in granular with moisture content 10 – 12 %  and uniform size 10 – 12 mm . Heat consumption about 1000 kcal / kg slag. This process using shaft kiln or long rotary kiln but low average capacity of shaft kiln while if using long rotary kiln so must be completed with grate preheater and higher capacity than other.
Disadvantages :
  • Producing dust
  • Requires a filter
Advantages :
  • Shorter rotary kiln
  • Uniform slag"
* Proses Kering Pada proses ini bahan baku dipecah dan digiling sampai kadar air 1% dan tepung bahan baku yang telah homogen ini diumpankan dalam keadaan kering untuk mendapatkan terak. Terak selanjutnya didinginkan dan dicampur dengan gypsum dalam perbandingan 96 : 4 kemudian digiling dalam finish mill hingga menjadi semen.
Kerugian :
  • Kadar air sangat  mengganggu operasi karena material lengket
  • Impuritas alkali menyebabkan penyempitan pada saluran 
  • Campuran kurang homogen
  • Banyak debu yang dihasilkan sehingga dibutuhkan alat penangkap debu
Keuntungan :
  • Rotary kiln yang digunakan relative pendek
  • Heat comsumption rendah yaitu sekitar 800 – 1000 kcal / kg terak sehingga bahan bakar yang digunakan lebih sedikit
  • Kapasitas produksi besar
  • Biaya operasi rendah
"* Dry Process
Raw material is milled until moisture content 1% and homogeneous powder of raw material is entered in dry state to get the slag. Slag then is cooled and blanded with gypsum in rasio 96 : 4 then drilled in the finish mill until be a cement.
Disadvantages :
  • Water content is very disturbing operation due to sticky material
  • Alkaline impurities causing constriction in the channel
  • Less homogeneous mixture
  • Large dust so that needed dust catcher
Advantages :
  • Short rotary kiln
  • Low heat consumption about 800 – 1000 kcal / kg slag so that low fuel
  • Large production capacity
  • Low operation cost"
Dari keempat proses tersebut yang sering digunakan utk proses pembuatan pabrik adalah "Proses Kering" seperti PT. Semen Gresik (Persero) Tbk karena biaya operasi yang rendah dan kapasitas produksi yang besar.
Secara umum proses pembuatan semen dengan proses kering dibagi atas 5 bagian yaitu :
  1. Penyediaan Bahan Baku
  2. Pengolahan Bahan
  3. Pembakaran dan Pendinginan 
  4. Penggilingan Semen
  5. Pengisian dan Pengantongan Semen
Kelima tahap tersebut direpresentasikan menjadi 5 unit operasi utama yaitu :
  1. Tahap I   : Unit Crusher
  2. Tahap II  : Unit Raw Mill
  3. Tahap III : Unit Kiln and Coal Mill
  4. Tahap IV : Unit Finishing Mill
  5. Tahap V  : Unit Packer
"From four that processes which is often used to process manufacturing cement in the plant is dry process such as PT. Semen Gresik (Persero) Tbk due to low operation cost and large production capacity 
In generally the process of manufacturing cement with dry process is divided on 5 parts such as :
  1. Preparation of raw material
  2. Processing of material
  3. Combusting and cooling
  4. Drilling cement
  5. Filling and packing cement"
1. Penyediaan Bahan Baku     
* Bahan Utama
 a.     Batu kapur / Gamping / Limestone ( CaCO3 )
Batu kapur dalam keadaan murni berupa bahan CaCO3 yang mengandung calsite dan aragonite. Sifat kimia batu kapur yaitu dapat mengalami kalsinasi. Batu kapur ini yg menjadi bahan dasar dari semen dan sangat menentukan kualitas semen karena yg sangat menentukan adalah kualitas Calsium (Ca).
Reaksi :

b.   Tanah Liat / Clay ( Al2O3.2SiO2.xH2O )
Tanah liat terbentuk dari beberapa senyawa kimia antara lain : alkali silikat dan beberapa jenis mika. Sifat kimia tanah liat yaitu dapat mengalami pelepasan air hidrat bila dipanaskan pada suhu 500°C.Dari bahan baku ini yg menentukan adalah Silica (Si).
Reaksi :
    * Bahan Tambahan
        a.  Pasir Besi / Copper Slag
Sebagai pengganti pasir besi karena mempunyai kandungan besi yang tinggi sehingga menyebabkan material ini mempunyai densitas yang tinggi. Sifat kimia copper slag yaitu dapat bereaksi dengan Al2O3 dan CaO membentuk calsium alumina ferrit.
Reaksi :
        b.  Pasir Silika (SiO2 )
Sebagai pembawa oksida silika (SiO2) dan juga mengandung oksida aluminium dan oksida besi. Sifat kimia pasir silica yaitu dapat bereaksi dengan CaO membentuk garam kalsium silikat.

Reaksi :
        c.  Gypsum
Gypsum adalah bahan sedimen CaSO4 yang mengandung 2 molekul hidrat yang berfungsi sebagai penghambat proses pengeringan pada semen dan membuat semen lama menggumpal. Sifat kimia gypsum yaitu dapat mengalami pelepasan air hidrat.

Reaksi :
2. Pengolahan Bahan Baku
Pada tahap ini bahan baku utama dan tambahan dicampur pada komposisi tertentu agar bisa jadi umpan kiln.

3. Pembakaran dan pendinginan
Ada 4 tahap dalam proses ini :
     * Persiapan dan Pengolahan Batu Bara, batu bara yang digunakan utk bahan bakar dihaluskan dan   dipisahkan dari logam
     * Persiapan Umpan Kiln, umpan kiln dimasukkan ke silo utk proses umpan kering
     * Proses Pembuatan Terak, umpan kering masuk ke preheater shg air dan hidrat teruapkan kemudian masuk ke rotary kiln
     * Pendinginan Terak, terak dari rotary kiln didinginkan mendadak di grate cooler dg tujuan :
> Agar terak menjadi amorf dan rapuh sehingga mudah digiling
> Agar lebih tahan terhadap sulfat
> Untuk mencegah terbentuknya kristal MgO

4. Penggilingan Semen

5. Pengisian dan Pengantongan Semen


Referensi : Laporan Kerja Praktek Semen Gresik Jurusan Teknik Kimia ITS dengan bahasa yg disederhanakan dan kata yg diringkas

ARTIKEL TERKAIT : 
1. Proses Pengolahan Batu Kapur / Gamping
2. Proses Pembuatan Semen (Cement Manufacturing)
3. Proses Pembuatan Pupuk Phonska / NPK

Skripsi : Pengambilan Minyak Atsiri Dari Daun dan Batang Serai Wangi (Cymbopogon winterianus) Menggunakan Metode Distilasi Uap dan Air  Dengan Pemanasan Microwave

Diposting oleh On Thursday, January 17, 2013


ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses pengambilan minyak serai wangi (Citronella oil) dari daun dan batang serai wangi dengan metode distilasi uap dan air dengan pemanasan microwave dan membandingkan hasil yang didapatkan dengan penelitian terdahulu yaitu hydro distillation dan steam distillation kemudian mempelajari beberapa faktor yang berpengaruh terhadap rendemen dan mutu  minyak serai wangi yang dihasilkan seperti pengaruh kondisi bahan (segar dan layu) dari daun dan batang serai wangi, pengaruh perlakuan bahan (utuh dan dicacah ± 2 cm), pengaruh bagian dari serai wangi (daun dan batang) serta pengaruh suhu operasi (100 °C, 105 °C dan 110 °C). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode distilasi uap dan air (steam and hydro distillation) dengan pemanasan microwave. Dalam pemanfaatan microwave akan ditambahkan pelarut berupa air untuk mengambil minyak di dalam daun dan batang serai wangi serta dilakukan pengambilan distilat tiap 20 menit. Kondisi operasi untuk metode ini adalah pada massa 200 gram dan tekanan atmosferik. Dari hasil penelitian didapatkan % rendemen minyak serai wangi yang tinggi pada variabel daun adalah pada daun layu cacah pada suhu 110 dengan % rendemen sebesar 1,52 % dan untuk batang adalah pada batang layu cacah pada suhu operasi 110 dengan % rendemen sebesar 1,03 %. Kandungan Citronella yang tinggi pada daun adalah saat kondisi daun segar sebesar 67,36 % dan pada batang saat kondisi batang layu sebesar 85,73 %. Densitas minyak serai wangi untuk daun pada range 0,872 – 0,882  gram/cm3 dan untuk batang pada range 0,862 – 0,877 gram/cm3. Nilai indeks bias untuk daun pada range 1,415 – 1,472 dan pada batang pada range 1,415 – 1,438. Nilai bilangan asam untuk daun pada range 2,805 – 3,366 dan pada batang pada range 3,086 – 3,647.

Kata Kunci : Serai wangi, Cymbopogon winterianus, Citronella, distilasi uap dan air, microwave.



                                                                        BAB I
                                                               PENDAHULUAN

Kebutuhan minyak atsiri dunia semakin tahun semakin meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangan industri modern seperti industri parfum, kosmetik, makanan, aroma terapi dan obat-obatan. Minyak atsiri saat ini sudah dikembangkan dan menjadi komoditas ekspor Indonesia yang meliputi minyak atsiri dari nilam, akar wangi, pala, cengkeh, serai wangi, kenanga, kayu putih, cendana, lada, dan kayu manis. Menurut Richards (1944), minyak atsiri bisa didapatkan dari bahan-bahan diatas yang meliputi pada bagian daun, bunga, batang dan akar [1]. Dari sekian bahan atsiri diatas yang selama ini mulai tidak dikembangkan adalah minyak atsiri dari serai wangi, karena untuk mendapatkan minyak atsiri tersebut menggunakan hydro distillation dan steam distillation membutuhkan waktu yang relatif lama yaitu sekitar 4 – 7 jam [2]. Tanaman serai dibagi menjadi tiga jenis yaitu serai wangi (Cymbopogon winterianus), serai dapur (Cymbopogon flexuosus) dan rumput palmarosa (Cymbopogon martini). Pada penelitian ini digunakan serai wangi karena sudah umum digunakan oleh peneliti – peneliti terdahulu.
Serai wangi selama ini masih mendominasi dan lebih umum diambil minyaknya dibanding golongan serai lainnya. Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan minyak atsiri dari bahan diatas dengan peningkatan teknologi yang sebelumnya umum digunakan, sehingga waktu pengambilan menjadi lebih singkat dan rendemen yang dihasilkan lebih bagus dan meningkat. Dalam hal ini perlu ditemukan metode baru untuk mencapai target tersebut sehingga digunakan microwave, dimana microwave efektif dalam distribusi panas dan efisien karena waktu yang diperlukan relatif lebih singkat untuk mendapatkan rendemen yang sama untuk cara seperti metode hydro distillation dan steam distillation. Berdasarkan hal itu maka diperlukan penelitian mengenai distilasi dari daun dan batang serai wangi dengan metode modifikasi dari penelitian terdahulu yaitu steam and hydro distillation dengan bantuan microwavedan penelitian bertujuan mempelajari pengaruhnya terhadap kualitas minyak serai wangi yang dihasilkan untuk setiap kondisi yang telah ditentukan. 

                                                                          BAB II
                                                         METODOLOGI PENELITIAN
2.1 Bahan yang Digunakan Adalah 

Bahan yang digunakan adalah daun dan batang  serai wangi dengan kondisi bahan (segar dan layu) dengan ketentuan segar (mulai panen sampai dua jam sesudah panen) dan layu (mulai dua jam sesudah panen sampai  empat hari sesudah panen) sedangkan perlakuan bahan (utuh dan dicacah ± 2 cm) dan diperoleh dari Dusun Tukum, Desa Wonosalam, Kabupaten Jombang.

2.2 Deskripsi Peralatan Penelitian
Seperangkat peralatan yang diperlukan untuk pengambilan minyak atsiri serai wangi dengan metode distilasi uap dan air dengan pemanasan microwave adalah sebagai berikut :
  1. Satu unit microwave yang digunakan sebagai pemanas. dengan dimensi panjang 50 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm serta daya output yang dihasilkan sebesar 400 W dengan frekuensi 2500 MHz.
  2. Distiller yang digunakan berupa labu leher tiga yang terbuat dari kaca dengan volume 1000 ml dan sebuah connector yang terbuat dari kaca yang berfungsi untuk menghu-bungkan distiller dengan kondensor.
  3. Pembangkit steam yang terdiri dari labu leher dua yang terbuat dari kaca dengan volume 1000 ml dan sebuah heating mantle yang digunakan untuk memanaskan air dalam labu serta sebuah connector berupa selang karet berlapis plastik berfungsi untuk menghubungkan pembangkit steam dengan distiller.
  4. Kondensor yang digunakan adalah kondensor Liebig yang berfungsi mendinginkan uap yang terbentuk menjadi liquid.
  5. Corong pemisah yang digunakan untuk memisahkan minyak serai wangi dengan air. 
  6. Alat pengukur suhu (thermometer) yang digunakan untuk mengukur suhu pada microwave. 
Rangkaian alat pada metode distilasi uap dan air dengan pemanasan microwave dengan disajikan secara lengkap pada Gambar 1.   

Gambar 1. Skema Peralatan Distilasi Uap dan Air dengan Pemanasan Microwave
2.3 Prosedur
Untuk metode distilasi uap dan air dengan pemanasan microwave prosedurnya adalah sebagai berikut, mula-mula menimbang daun / batang serai wangi sebanyak 200 gram. Memasukkan daun / batang  yang telah ditimbang tersebut pada labu distilasi leher tiga dengan penambahan air sebagai pelarut. Kemudian memanaskan air pada labu leher dua untuk digunakan sebagai pembangkit steam, proses pemanasan menggunakan heating mantle. Menyalakan pemanas microwave dan mengatur daya microwave sesuai dengan variabel suhu dan bersamaan dengan itu diatur putaran timernya. Menghitung waktu distilasi mulai tetes pertama keluar dari condensor. Mengambil minyak tiap 20 menit dengan mengatur putaran timer microwave. Lalu menghentikan proses setelah 120 menit. Menampung distilat dalam corong pemisah dan memisahkan minyak dari air, kemudian menampung minyak tersebut pada tabung reaksi dan di simpan dalam freezer untuk mendapatkan minyak yang bebas dari air. Kemudian mengambil minyak yang bebas dari kandungan air tersebut lalu melakukan analisa terhadap minyak yang dihasilkan.

2.4 Kondisi Operasi dan Variabel 
  1. Tekanan                         : atmosferik.
  2. Massa bahan                  : 200 gram.
  3. Kondisi bahan                : segar dan layu
  4. Perlakuan bahan            : utuh dan dicacah ± 2 cm
  5. Bagian bahan                 : daun dan bahan 
  6. Temperatur distilasi       : 100 , 105 ℃, dan 110  
  7. Waktu pengamatan        : tiap 20 menit dari distilat  pertama  keluar sampai 120 menit   
2.5 Analisa Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS)

Analisa yang dilakukan untuk mengetahui komponen minyak dalam penelitian ini adalah analisa GC - MS (Gas Chromatography - Mass Spectrometry). Kandungan masing-masing senyawa dalam sampel mempunyai retention time dan luas peak area yang berbeda-beda pada kromatogram sesuai dengan jenis senyawa yang dianalisa. Pengukuran dilakukan pada kondisi sebagai berikut :

  1.  Jenis kolom HP-5MS ( Crosslinked 5% Phenyl-methyl silicone)
  2. Suhu Injektor : 250 oC
  3. Suhu MS : 290 oC
  4. Suhu Kolom Awal : 100 oC
  5. Suhu Kolom Akhir : 290 oC 
  6. Waktu Awal : 5 menit 
  7. Waktu Akhir : 30 menit 
  8. Laju Kenaikan Suhu : 10 °C / menit 
  9. Solvent Delay : 0,5 menit, Gas Carrier : Helium dan Pelarut : Chloroform
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh Efek Kondisi dan Perlakuan Bahan Terhadap % Rendemen Minyak Serai Wangi



Gambar 2. Grafik hubungan waktu terhadap % rendemen untuk suhu 110 pada daun dengan berbagai variabel

Gambar 3. Grafik hubungan waktu terhadap % rendemen untuk suhu 110 pada batang dengan berbagai variabel
Berdasarkan Gambar 2 dan 3 terlihat bahwa terdapa kecenderungan kenaikan % rendemen minyak serai wangi seiring kenaikan waktu distilasi dan mengenai pengaruh kondisi dan perlakuan bahan baku yaitu pada daun dan batang serai wangi, kondisi bahan yang menghasilkan % rendemen besar adalah saat kondisi bahan layu dibandingkan kondisi bahan segar sedangkan untuk perlakuan bahan pada daun dan batang % rendemen besar adalah saat perlakuan bahan dicacah dibanding perlakuan bahan utuh. Jadi kondisi dan perlakuan bahan tersebut bisa meningkatkan % rendemen minyak atsiri sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa proses pelayuan bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam kelenjar bahan, sehingga proses ekstraksi lebih mudah dilakukan dan pencacahan merupakan usaha untuk memperluas area penguapan dan kontak dengan air sehingga atsiri lebih mudah terekstraksi [3]. Dari segi metode, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini menghasilkan % rendemen yang besar dengan nilai 1,52 % sedangkan untuk penelitian terdahulu yaitu hydro distillation dan steam distillation dengan nilai masing – masing 1,14 % dan 0,942 %. Metode ini menggunakan pemanasan microwave sehingga distribusi dari panas lebih merata ke semua bagian dari labu dibandingkan dengan heater yang distribusi panasnya hanya mengenai bagian terluar dari labu, sehingga lebih efektif dalam pemanfaatan panas untuk ekstraksi minyak atsiri. Waktu yang dibutuhkan untuk penelitian ini ± 2 jam untuk menghasilkan % rendemen yang tinggi dan ini adalah waktu yang efisien bila dibandingkan metode terdahulu yaitu hydro distillation dan steam distillation yang masing-masing waktunya adalah ± 6 - 7 jam dan ± 4 - 7 jam [4], [5], [6].

3.2 Pengaruh Efek Bagian Terhadap % Rendemen Minyak Serai Wangi

Gambar 4. Diagram pengaruh bagian serai wangi terhadap % rendemen minyak serai wangi pada berbagai suhu
Dari Gambar 4 diatas dapat dilihat bahwa efek bagian yang menghasilkan % rendemen besar pada berbagai suhu yaitu pada bagian daun dibanding pada bagian batang. Data % rendemen pada berbagai suhu untuk efek bagian seperti berikut yaitu pada daun untuk suhu 100 (0,53%), 105 (0,74%) dan 110 (1,05%) sedangkan pada batang untuk suhu 100 (0,42%), 105 (0,57%) dan 110 (0,75%). Hal ini sesuai literatur bahwa rendemen atsiri pada serai terbanyak ada pada daun dibanding batang [7].

3.3 Pengaruh Efek Suhu Terhadap % Rendemen Minyak Serai Wangi

Gambar 5. Grafik pengaruh suhu terhadap % rendemen minyak serai wangi pada daun segar cacah

Gambar 6. Grafik pengaruh suhu terhadap % rendemen minyak serai wangi pada batang segar cacah
Dari Gambar 5 dan 6 terlihat bahwa % rendemen kumulatif yang besar pada bagian daun dan batang pada berbagai variabel seperti daun segar utuh, daun segar cacah, daun layu utuh, daun layu cacah, batang segar utuh, batang segar cacah, batang layu utuh dan batang layu cacah adalah saat kondisi suhu operasi 110 °C, kemudian diikuti 105 °C dan 100 °C. % Rendemen meningkat seiring kenaikan suhu operasi distilasi dan hal ini karena semakin tinggi suhu maka pergerakan air lebih besar karena energi kinetik antar molekul meningkat dan kenaikan suhu dalam ketel penyuling dapat mempercepat proses difusi, sehingga dalam keadaan seperti itu seluruh minyak atsiri yang terdapat dalam jaringan tanaman akan terekstrak dalam jumlah yang lebih besar lagi [3].  
  
3.4 Perbandingan Kualitas Minyak Serai Wangi
Hasil analisa kualitas minyak serai wangi dengan pengaruh berbagai variabel terhadap standar mutu (SNI) disajikan dalam Tabel 1. Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar parameter yang ada mulai warna, indeks bias, dan densitas menunjukkan angka yang sesuai dari standar mutu (SNI) yang ada. 

Tabel 1. Hasil Analisa Minyak Serai Wangi
3.5 Kandungan dan Komposisi Minyak Serai Wangi
Minyak serai wangi mengandung banyak komponen kimia dan tiga besar komponennya yaitu Citronellal, Citronellol dan Geraniol. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 yang menyajikan data kandungan Citronella Oil  dalam minyak serai wangi dengan menggunakan Gas Chromatography – Mass Spectrometry (GC – MS).

Tabel 2. Hasil Analisa Gas Chromatography – Mass Spectrometry (GC – MS)
 

Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa komponen terbesar yang terdapat pada minyak serai wangi dari identifikasi melalui Gas Chromatography – Mass Spectrometry (GC - MS) terdapat 3 komponen yang memiliki % area terbesar adalah Citronellal, Citronellol dan Geraniol. Dari semua komponen tersebut yang menjadi standar kualitas minyak serai wangi adalah Citronellal dan % Citronellal untuk daun segar sebesar 67,36 %, daun layu sebesar 44,92 %, batang segar sebesar 75,16 % dan batang layu sebesar 85,73 %. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa untuk variabel daun yang mempunyai kualitas bagus adalah saat kondisi daun segar, hal ini disebabkan karena kadar air yang menutupi permukaan jaringan tidak begitu mempengaruhi dalam proses ekstraksi karena kecilnya ketebalan jaringan sedangkan untuk kondisi daun layu mempunyai kualitas yang rendah karena pada daun ketebalan jaringan sangat kecil sehingga saat terjadi proses pelayuan akan mengurangi lagi ketebalan jaringan dan atsiri banyak yang ikut teruapkan seiring waktu pelayuan. Pada batang kualitas bagus adalah saat kondisi batang layu, hal ini disebabkan karena ketebalan jaringan pada batang adalah besar sehingga saat proses pelayuan sangat membantu mengurangi ketebalan dan mengurangi kadar air yang terdapat pada kelenjar bahan sehingga saat proses ekstraksi dilakukan banyak atsiri yang terekstrak. 
Tabel 3. Perbandingan Hasil Penelitian dengan Penelitian Terdahulu
 

Hasil pembacaan GC – MS pada penelitian ini menghasilkan % area Citronella yang tinggi yaitu 44,92 sampai 85,73 %  , hasil ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan metode terdahulu yaitu hydro distillation dan steam distillation dengan masing – masing memiliki % area Citronella sebesar 30,58 % [4] dan 35,90 % [6]. Dari kedua bagian serai wangi tersebut, % Citronella terbesar adalah pada bagian batang dibandingkan daun. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah penggunaan metode steam and hydro distillation dengan pemanasan microwave lebih bagus dari sisi kuantitas (% rendemen lebih banyak) dan sisi kualitas (% Citronella lebih tinggi).

BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil penelitian proses pengambilan minyak atsiri dari daun dan batang serai wangi dengan metode distilasi uap dan air menggunakan pemanasan microwave adalah sebagai berikut :
  1. Pada pengambilan minyak atsiri dari daun dan batang serai wangi (Cymbopogon winterianus) menggunakan metode distilasi uap dan air dengan pemanasan microwave dihasilkan % rendemen sebesar 1,52 %  dan lebih tinggi bila dibanding penelitian terdahulu yaitu hydro distillation dan steam distillation  dengan masing-masing % rendemen sebesar 1, 14 % dan 0,942 %. 
  2. Pengaruh kondisi bahan dari daun dan batang serai wangi yang menghasilkan % rendemen yang tinggi adalah saat kondisi bahan layu dibandingkan segar dan kualitas tinggi pada daun adalah saat kondisi daun segar. 
  3. Pengaruh perlakuan bahan dari daun dan batang serai wangi yang menghasilkan % rendemen yang tinggi adalah saat kondisi bahan dicacah (± 2cm) dibandingkan utuh. 
  4. Pengaruh bagian dari serai wangi yang menghasilkan % rendemen yang tinggi adalah pada bagian daun sedangkan kualitas Citronella oil yang tinggi adalah pada bagian batang. % Citronella serai wangi pada daun segar sebesar 67,36 %, daun layu sebesar 44,92 %, batang segar 75,16 % dan batang layu 85,73 % .   
  5. Kenaikan suhu operasi distilasi akan menyebabkan kenaikan % rendemen yang didapatkan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Richards, W. F.. Perfumer's Hand Book and Catalog Fritzsche Brother Inc: New York (1944).

[2] Anonimous. Serai Wangi Menunggu Investor : Majalah Trubus No. 219(1988).

[3] Guenther, Ernest. Minyak Atsiri Jilid I. Penerjemah Ketaren S. Jakarta : Universitas Indonesia Press (1987).

[4] Arswendiyumna, R. Minyak Atsiri dari Daun dan Batang Tanaman Dua Spesies Genus Cymbopogon, Famili Gramineae Sebagai Insektisida Alami dan Antibakteri. Surabaya : Jurusan Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (2010).

[5] Ghifary, Hilman. Analisa Proses Penyulingan Minyak Atsiri Daun Serai Wangi (Citronella)   Menggunakan Metode Uap Langsung. Malang : Laboratorium Teknik Prosesing Hasil Pertanian Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (2007).

[6] Cassel E and Vargas R . Experiments and Modelling of the Cymbopogon Winterianus Essential Oil Extraction By Steam Distillation, vol. 50 no. 003. Mexico : Journal of the Mexican Chemical Society (2006).

[7] Ferry. Essential Oil Corner. Subang : CV. Pvettia Kurnia Atsiri (2006).

ARTIKEL TERKAIT : 
1. Macam - Macam Proses Pemisahan (Separation Process) 
2. Macam - Macam Pengukuran pada Ekstraksi Minyak Atsiri 
3. Fakta Tentang Minyak Atsiri (Essential Oil)