Berikut Investasi yang Wajib Dijauhi Selama Pandemi COVID-19
On Friday, October 02, 2020
Referensi:
[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkait. www.caesarvery.com
-->
Menggabungkan keilmuan sains teknologi dengan update perkembangan digitalisasi menuju kemandirian ekonomi mikro bisnis industri 5.0
Referensi:
[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkait. www.caesarvery.com
Industri 5.0 merupakan kelanjutan industri 4.0 (basis digital IT), sedangkan 5.0 adalah Artificial Intelligence (AI) dengan pemanfaatan Big Database, untuk lebih jelas baca "Pentingnya Big Data". Tidak bisa dipungkiri bahwa garis batas perubahan jaman itu adalah Tahun 2020 dikala ada pandemi COVID-19, dimana semua orang dipaksa untuk melek teknologi dalam membantu keseharian & pekerjaan mereka. Internet menjadi kendaraan utama untuk menjelajahi seluruh isi dunia sehingga banyak orang cukup tinggal dirumah namun bisa komunikasi global & menghasilkan sesuatu untuk penghidupannya.
Mari kita lihat, Cukup menjanjikan-kah profesi seorang youtuber, blogger, selebgram dan pengguna media sosial lain dalam hal endorse iklan??. Tentunya kita semua tahu, berapa adsense atau endorse yang mereka dapatkan ketika upload produk di platform-nya masing-masing, Sungguh menggiurkan bukan??. Semua itu adalah pekerjaan"Influencer", yaitu orang yang memberikan pengaruh kepada khalayak banyak untuk sesuatu yang mereka iklankan. Semua orang bisa menjadi influencer dan dengan polesan kreatifitas yang mengalahkan kecerdasan maka bisnis yang cocok di era industri 5.0 adalah yang berbasis digital IT/internet (influencer dan jual-beli online).
Kreatifitas dan kerjasama menjadikan ciri khas di era ini, dimana yang dahulu seorang yang pintar akan sukses tanpa orang lain maka untuk era sekarang telah berubah dimana kerjasama, saling berbagi dan kreatifitas menjadi tumpuan bisnis di era industri 5.0. Big data seperti arah pasar kemana, produk yang disukai apa, kemampuan finansial seperti apa, golongan peminat siapa saja dan corak produk yang disukai seperti apa dll, itu akan menjadi bagian dari senjata menghadapi bisnis di era industri 5.0. Semua itu tidak terlepas dari peran big data.
Akhir-akhir ini di Bulan Agustus 2020, kita tahu ada salah satu stasiun TV swasta menggugat perihal undang-undang penyiaran publik. Dimana, dulu yang memiliki wewenang penyiaran adalah TV namun sekarang setiap orang bisa melakukan siaran live dari tempatnya masing-masing. Banyak TV swasta harus kehilangan pendapatan mereka dari iklan karena adanya media sponsor yang menyerupai TV dan tentunya dengan biaya yang sangat murah serta lebih tepat sasaran. Tidak bisa dipungkiri banyak perusahaan lebih memilih iklan di platform terkini yang banyak diminati kaum milineal yaitu media sosial dan youtube untuk mengenalkan produk mereka karena rata-rata penonton TV dengan media sosial tertimpang jauh.
Era industri 5.0 ini memaksa semua orang beradaptasi, tidak kolot dan mengharuskan mengikuti perkembangan jaman, sehingga dibutuhkan kreatifitas untuk menangkap ide bisnis yang tepat. Penulis memberikan saran mulai menjajaki bisnis jual-beli online dan sudah diterapkan sendiri memang sangat pesat perkembangan transaksi di era ini. Semua bisa diiklankan dan dijual dengan harga yang transparan bisa dibandingkan antar produk satu dengan yang lain serta antar pedagang satu dengan yang lain. Dengan sistem tersebut secara otomatis para penjual berlomba-lomba untuk menggaet para konsumen lewat kreatifitas dan mutu produk yang ditawarkan. Penjelasan detail tentang prospek jual beli online di bahas di "Pertarungan Marketplace dan Shopee Pemenangnya"
Referensi:
[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkait. www.caesarvery.com
Sangat nikmat oleh kita selama bertahun-tahun antara Tahun 2017-2020 ini diskon besar-besaran yang dilakukan para platform digital. Para raksasa milyuner terus-menerus melakukan subsidi harga tanpa membebankan ke penjual sedikitpun dan inilah yang disebut "Bakar-Bakar Uang". Ini adalah sebuah strategi yang cepat menggaet konsumen dan penulis sendiri juga telah merasakan manfaat yang cukup besar dari subsidi platform ini dengan urutan jaman kejayaan sebagai berikut: Bukalapak, Go-pay, Tokopedia, OVO, Shopee (Shopee pay).
Apa sih tujuan sebenarnya platform tersebut melakukan teknik bakar-bakar uang?? tidak lain adalah dominansi dengan ujung-ujungnya monopoli dan tidak kalah penting adalah database pengguna. Database disini meliputi pola hidup, kecenderungan belanja, kesukaan produk, kemampuan finansial dll sehingga hal tersebut menjadi asset "Big Data". Seiring perkembangan jaman menuju industri 5.0 maka dengan sistem Artificial Intelligence (AI) akan diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat sebagai media dan analisa marketing. Mengapa harus bakar-bakar uang?? karena dengan teknik bakar-bakar uang maka konsumen akan cepat tertarik untuk download dan install platform di smartphone mereka kemudian secara otomatis akan mempelajari isi platform. Setelah mengenal isinya maka diharapkan pengguna akan menggunakan platform tersebut untuk menjadikan gerbang semua pembayaran digital.
Kalau semua platform ingin menunjukkan dominansi maka seperti apa nanti sistem dominansinya?? dari sini nanti antar platform akan menunjukkan siapa yang amunisinya terkuat dialah yang akan memimpin dan platform lain akan mati suri. Seperti kasus Bukalapak vs Tokopedia vs Shopee yang akan dibahas di artikel selanjutnya, juga antara Go-Pay vs OVO vs Shopee Pay. Sekarang di semester 2 Tahun 2020 yang berjaya adalah Shopee Pay dengan platform Shopee karena terlihat bertaring ketika amunisi kompetitor sudah mulai habis.
BACA JUGA: Tujuan Perusahaan berebut Konsumen e-Money adalah Crowd Funding
Ketika sudah menjadi dominansi, langkah apa yang mereka ambil?? inilah yang harus kita pecahkan dan masih kita tebak-tebak. Berdasarkan hasil pencarian fakta penulis didapatkan data bahwa setelah menjadi dominansi maka mereka yang akan mengendalikan harga, sistem pembayaran dan arah pasar karena Big Data sudah didapatkan, pengguna yang banyak dan menu kebutuhan yang sudah terintegrasi antara AI + Big Data akan mengolah semua kebutuhan pengguna hanya pada satu platform sehingga membuat pengguna ter-hipnotis oleh kekuatan power full dari platform tersebut dan kecanduan.
Referensi:
[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkait. www.caesarvery.com
Adanya pandemi COVID-19 membuat portfolio investasi berantakan dan ini terjadi di seluruh belahan dunia. Bukti yang menguatkan ini adalah kenaikan harga emas logam mulia (LM) yang sangat drastis (dimana Tahun 2018 per gram harga Rp650.000-700.000 dan Tahun 2020 per gram menjadi Rp950.000-1.000.000). Hal tersebut membuktikan banyak para investor mengalihkan asset mereka ke instrument yang lebih aman. Mengapa mereka memilih EMAS??, silakan baca detail di: Wajib Menabung Emas Logam Mulia.
Penulis sendiri juga sudah mengamankan portfolio saham BEI setelah adanya kelesuan transaksi di bursa efek dan sementara mengalihkan ke instrument investasi reksadana tipe pendapatan tetap yang dinilai cukup aman. Baca detail "Jenis-Jenis Reksadana". Kondisi keterpurukan ekonomi ini terjadi secara global, terlebih perang dagang dan dominansi antara China vs Amerika Serikat juga belum reda. September 2020 ini, para investor juga akan memilih aman terlebih dahulu karena di belahan bumi Barat (AS) sedang ada Pemilu Presiden. Ketika Donald Trump diputuskan terpilih kembali atau tidak maka para investor akan menentukan penempatan asset-asset mereka.
Penulis sendiri tidak memilih investasi dalam bentuk emas LM di masa pandemi ini karena harganya yang dinilai tidak wajar dan diprediksi akan mengalami penurunan ketika ekonomi global sudah pulih. Penulis lebih memilih investasi likuid sampai benar-benar COVID-19 bisa mereda. Prediksi kedepan berdasarkan berita dan data yang didapatkan menunjukkan adanya pandemi ini memaksa semua penduduk dunia untuk menghindari "kontak fisik dan efisiensi", dalam artian sistem eokonomi khususnya pembayaran digital akan meningkat pesat bahkan akan tergantikan secara keseluruhan. Sedangkan efisiensi adalah yang dahulu setiap meeting, training atau pertemuan bisnis yang pasti dilakukan secara kontak fisik maka di Tahun 2020 keatas akan dilaksanakan dari jarak jauh selama bisa dilaksanakan menggunakan sistem video conference. Penulis sendiri yang merupakan pekerja kantoran sangat merasakan adanya perubahan efisiensi yang drastis dan seperti dikenalkan pada dunia baru bahwa teknologi bisa digunakan untuk meningkatkan efisiensi.
Masa pandemi ini membuat dunia internet seperti media utama untuk berkomunikasi dengan semua orang, bahkan jual-beli online juga sangat meningkat pesat. Selain itu, kalau kita perhatikan sama-sama yaitu platform pembayaran digital yang beredar di sekitar kita sungguh banyak sekali dan para perusahaan bersaing untyk merebut status dominansi dalam mengambil pasar dan hati para konsumen. Pemain marketplace baru-baru ini seperti Shopee mengeluarkan Shopee Pay juga gencar menjadikan pembayaran digital di market offline/outlet/toko dan online. Diskon yang diberikan pun tidak main-main dimana OVO, Go Pay dan DANA mulai terpuruk. Melihat kondisi perubahan jaman ini, kita tidak bisa memungkiri dan akan terus bergeser ke industri 5.0 yaitu Artificial Intelligence (AI), dimana big database menjadi bagian terpenting dari suatu bisnis. Penjelasan detail potensi bisnis yang cocok menyambut industri 5.0 akan dibahas di artikel "Bisnis Menyambut Industri 5.0"
Referensi:
[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkait. www.caesarvery.com
Referensi:
[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkait. www.caesarvery.com
Sumber Gambar : www.bolasalju.com |
Sumber Gambar : www.wikipedia.org |
Referensi:
[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkait. www.caesarvery.com
Sumber Gambar : www.youtube.com |
Referensi:
[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkait. www.caesarvery.com