Trending Topik

Pengalaman Jual-Beli Online di Marketplace Tokopedia

Diposting oleh On Wednesday, October 21, 2020

Sudah dipaparkan detail cerita penulis memulai terjun di dunia marketplace, baca di artikel sebelumnya "Pengalaman Jual-beli di Marketplace Bukalapak" sehingga di artikel ini akan langsung diceritakan pengalaman penulis selama menjadi buyer dan seller di Tokopedia. Tahun 2015-2017, penulis senang belanja di Bukalapak namun Tahun 2018 keatas penulis lebih senang belanja di Tokopedia dengan beberapa alasan yaitu Tokopedia lebih dahulu beralih ke sistem uang digital menggandeng platform OVO dan banyak memberikan cashback berupa OVO points, sedangkan Bukalapak telat dalam hal ini yang nantinya menggandeng platform DANA.

Tahun 2018 keatas, Tokopedia gencar iklan di media sosial, banner di jalanan dan TV sehingga masyarakat mulai mengenalnya. Tokopedia juga memberikan fitur yang membuat nyaman konsumen yaitu lewat pecahkan telur setiap berapa jam sekali dan penulis juga sangat senang memecahkan telur tersebut untuk mendapatkan kupon undian walaupun dirasakan sangat konyol dan kurang berguna (entah karena penulis tidka tahu pengumuman atau memang Tokopedia tidak memberikan akses luas informasi), namun dengan metode tersebut, Tokopedia telah berhasil memikat banyak hati konsumen untuk mampir melihat platform-nya. Penulis pada tahun tersebut telah meninggalkan pembelian di Bukalapak dan beralih nyaman di Tokopedia. Pada itu juga muncul penantang baru yaitu Shopee, namun penulis merasakan platform Shopee kurang easy bagi user pemula yang browsing produk sehingga masih ditinggalkan dan tetap memilih Tokopedia

BACA JUGA: Jangan Diam Tokopedia, Tahtamu Sudah Diambil Lho!!

Pengalaman penulis sebagai seller dimulai Tahun 2017 dengan instalasi beberapa platform yang sudah dijelaskan di artikel sebelumnya. Awal mulai jualan di Tokopedia kurang diminati oleh buyer, bahkan teknik bakar uang dengan iklan yang telah dijalankan penulis di Tokopedia tidak membuahkan hasil apapun karena teknik Tokopedia yang cukup jelek yaitu menyebarkan produk ke semua media sosial, baik di klik ataupun tidak oleh pengunjung maka pengiklan tetap harus membayar sehingga indikator keberhasilan dan tepat sasaran tidak bisa terukur. Hal ini berbeda dengan teknik yang dimiliki Bukalapak yaitu berbayar ketika di klik pengunjung dan terbukti efektif mendatangkan buyer.

Seiiring berjalannya waktu, Tokopedia melakukan pembenahan sistem iklan seperti Bukalapak dan kali  ini terbukti cukup efektif mendatangkan pengunjung walaupun tidak seimbang antara pengeluaran dan penghasilan. Teknik iklan kemudian ditinggalkan penulis dan beralih ke teknik otomasi judul dan dari teknik ini Tokopedia memberikan feedback sangat bagus dibandingkan Bukalapak, terbukti penjualan meningkat drastis mengalahkan Bukalapak dan status toko menjadi 2 bintang perak dalam waktu singkat. 

Pada Tahun 2019 ke 2020 adalah masa keemasan Tokopedia dan menjadi raja marketplace di Indonesia. Pamor Bukalapak turun dan menjadi tumbal yang siap mati terbukti dengan PHK massal dan pergantian tongkat kepemimpinan. Tokopedia pada Tahun tersebut banyak mendapatkan award untuk kategori marketplace dan dari segi pelayanan komplain Tokopedia memberikan pelayanan yang sangat bagus dibadingkan Bukalapak dengan hadirnya No. Telp CS yang bisa dihubungi kapanpun, chatting CS yang fast response by FB dan chatting CS by aplikasi, dimana hal ini tidak dimiliki oleh Bukalapak.

Memasuki awal Tahun 2020, Tokopedia terlena dengan mahkota-nya dan tidak menyadari akan hadirnya kompetitor yang  lebih inovatif yaitu Shopee. Platform orange itu, gencar iklan secara masif di semua media dan promo gila-gilaan sehingga masyarakat mulai tertarik untuk install dan menjajaki platform Shopee sampai akhirnya tumbanglah dominansi Tokopedia di Tahun 2020 ini. Lebih detail baca "Pengalaman Jual-beli di Marketplace Shopee"

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Shopee Pay Pendatang Baru Tanpa Saingan

Diposting oleh On Wednesday, October 14, 2020

Sebagian besar orang akan bingung dengan judul yang penulis buat karena penyelinapan si adik yaitu Shopee Pay untuk merebut tahta sang kakak yaitu OVO sangat halus tanpa iklan dan di waktu yang tepat. Dia datang seperti adik yang cerdik dimana kakaknya sudah kelelahan dalam hal berlari terus semakin tinggi dan tinggi. Penulis sendiri sesudah adanya kelonggaran aktivitas karena pandemi COVID-19 mencoba jalan-jalan ke outlet franchise dan betapa terkejutnya terdapat tempelan yang menerima pembayaran dengan Shopee Pay terlebih terdapat tulisan diskon gilan-gilaan.

Rasa penasaran penulis muncul, kemudian mencoba mencari tahu dan browsing di internet ternyata semester 2 Tahun 2020, Shopee Pay telah melebarkan sayap dominansinya ke sistem pembayaran digital di Indonesia. Tidak berselang lama, penulis mencoba jalan-jalan ke mall dan betapa terkejutnya bahwa Shopee Pay juga sudah masuk ke outlet-outlet tanpa ada saingan dari platform lain. Murni beruntungkah atau strategi Shopee Pay yang tepat untuk masuk karena waktu ini 2 raksasa yaitu Go-pay dan OVO sudah tidur pulas??.

BACA JUGA: Apakah Kejayaan GoPay dan OVO Sudah Berakhir

Penulis yang notabene sudah sangat suka pembelian online lewat Shopee dan pengisian saldo Shopee Pay yang cukup banyak maka ketika di outlet dan toko franchise bisa pakai Shopee Pay mencoba melakukan pembayaran digital dengan itu dan betapa terkejutnya yaitu cashback yang diberikan dalam bentuk Points sangat besar melebihi Go-Pay, OVO dan DANA pada masa kejayaannya. Apakah teknik bakar-bakar uang Shopee Pay ini akan terus berlangsung atau ada penantang baru yang muncul atau malah kakaknya yang sedang tidur akan bangun lagi untuk merebut tahta kembali, akan kita lihat dan analisa lagi kedepan.

Berdasarkan pengalaman penulis menggunakan Shopee Pay di platform Shopee, memang diskon yang diberikan sangat-sangat gila meliputi hampir semua penjualan jenis produk yang ada di marketplace lain dan tidak tertandingi sampai waktu tulisan ini dibuat (semester 2 Tahun 2020). Hadirnya persaingan yang sehat ini, menguntungkan konsumen namun kita semua tidak tahu visi dan misi mereka selanjutnya dan akan kami bahas detail di artikel "Mengapa Platform Digital Bakar-Bakar Uang??".

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Pertarungan Bisnis Marketplace dan Shopee Pemenangnya

Diposting oleh On Saturday, October 03, 2020

Tahun 2020 ini menjadi cerita yang baru dalam dunia marketplace Indonesia. Dimana penulis sendiri dulu hanya kenal dengan Bukalapak dan Tokopedia sekarang berbeda, memaksa penulis kenal dengan Shopee. Iklan, diskon dan program gratis ongkir Shopee di Tahun 2020 sangat masif, baik di media sosial, youtube dan TV. Penulis sendiri dulu kolot bahwa Bukalapak dan Tokopedia lah yang tetap menjadi idola ketika ingin beli produk secara online karena lebih terpercaya dengan diskon yang cukup melimpah.

Tahun 2015-2017 penulis lebih suka belanja di Bukalapak, karena platform yang dirasa lebih eye catching ada diskon tiap lapak dan subsidi gratis ongkir. Beranjak Tahun 2017-2019, Tokopedia hadir dengan iklan secara masif dan memberikan banyak subsidi dan kejutan-kejuatan lewat pecahkan telurnya. Saat itu juga Shopee hadir, namun ketika penulis membuka platform serasa asing dan sulit mencari produk yang diinginkan. Masa itu adalah jaman keemasan Tokopedia karena iklan dimana-mana dan transaksi No. 1 di marketplace Indonesia dan mendapatkan banyak award atas prestasinya. Kelebihan Tokopedia juga dalam hal layanan komplain, dimana Bukalapak masih mengandalkan robot chatting menjadikan itu idola para buyer.

BACA JUGA: Dengarlah Shopee Agar Bisa Bertahan Lama dengan Mahkotamu

Tahun 2019 menginjak ke 2020, pendatang baru semakin bertaji dan menunjukkan banyak inovasi. Dengan platform khas orange-nya gencar iklan secara masif, gratis ongkir tak terbatas, program flash deal, Rp 1 dan kejutan-kejutan lain lewat aplikasi yang membuat para konsumen betah ada di platform-nya. Tahun 2020 ini menjadikan Bukalapak dan Tokopedia harus tunduk menyerah, ditandai dengan PHK massal Bukalapak yang tidak mampu lagi mampu membiayai fix cost. DIRUT-nya pun diakui telah telat mengambil keputusan akan adanya kehadiran marketplace baru yang lebih inovatif dan penggantian DIRUT tidak juga membuat banyak berubah walaupun sampai sekarang banyak diskon dan gratis ongkir yang diberikan namun tetap saja konsumen sudah berpindah nyaman di platform lain.

Shopee menjadi pemenang marketplace di Tahun 2020 dengan program diskon gila-gilaan dan gratis ongkir yang tak terbatas, walaupun juga memiliki kelemahan dalam hal potongan biaya yang cukup besar bagi penjual dibandingkan marketplace yang lain namun ini tidak menjadikan masalah bagi penjual karena program iklan di Shopee tidak ada sehingga antara penjual fair tidak seperti marketpalce lain yang harus mengeluarkan biaya iklan cukup besar agar tampil teratas di pencarian produk.  Penulis merupakan pelaku jual-beli online di 3 marketplace tersebut dan sekarang yang tetap tenang tanpa memberikan perubahan yang berarti adalah Tokopedia dan apakah dia juga akan siap terlempar dari nominasi marketplace Indonesia, kita lihat saja ke depan jika Tim Tokopedia tidak memberikan inovasi yang berarti sedangkan Bukalapak sudah cukup berbenah maka Tokopedia akan menjadi tumbal berikutnya. Penjelasan detail penulis selama jual-beli di marketplace di tulis di "Pengalaman Jual-Beli di Bukalapak Sampai Tahun 2020".

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Dengarlah Bukalapak, Kamu Masih Bisa Bangkit Kembali !!!

Diposting oleh On Thursday, September 24, 2020

Penulis kali ini akan menceritakan pengalaman jual-beli online yang telah dilakukan sejak Tahun 2015 dan cukup banyak mengetahui perkembangan sistem marketplace di Indonesia. Berdasarkan pengalaman langsung dan analisis terdapat beberapa kelebihan dan kelamahan masing-masing platform maka disini penulis akan memberikan masukan kepada Bukalapak agar tahta yang sudah hilang di Tahun 2020 ini bisa kembali didapatkan.

Penulis disini bertindak sebagai penggemar Bukalapak dan sempat judge bahwa Bukalapak adalah marketplace yang mudah dipahami semua orang, memberikan produk yang lengkap dan menu fitur yang bisa digunakan untuk apa saja sehingga penulis sebagai buyer sangat betah di platform ini. Namun, melangkah kesini tepatnya ketika Bukalapak diguncang dengan PHK massal karyawan dan pergantian pimpinan, sungguh terasa Bukalapak memang dalam kondisi mati suri. Berikut saran penulis agar Bukalapak bisa bertaring kembali.

Bukalapak dalam hal memberikan diskon + gratis ongkir sangat nanggung dan saran penulis sebaiknya meniru Shopee. Di Bukalapak, diskon yang diberikan dulu awal-awalnya cuma Rp100-Rp1000, nominal segini untuk apa dan lebih baik dibuang karena malah mengecewakan buyer karena notabene uang segitu bagi semua orang adalah receh dan jika jatuh di jalanan pun tidak diambil. Seiring waktu berjalan kearah sini, Bukalapak berbenah diri dengan memberikan diskon Rp5000-Rp20.000 kali ini cukup menggiurkan buyer belum lagi program gratis ongkir yang terus-menerus diberikan. Terdapat kelemahan Bukalapak disini dan ini seharusnya menjadikan mereka berbenah yaitu limit waktu yang dibuat sangat pendek dan cenderung program tersebut dikategorikan untuk pembelian barang khusus (pengalaman penulis sebagai buyer, diskon baru muncul hanya bisa digunakan untuk membeli jenis produk dimana ketika kita barusan membeli jenis produk tersebut). Betapa diskon ini hanya untuk isi-isi saja tanpa bisa maksimal digunakan buyer karena tentunya buyer akan membeli jenis produk lain dalam waktu dekat. Analisis penulis, ini hanya sebuah akal-akalan memberikan diskon + gratis ongkir yang targetnya memang jangan digunakan.

Tahukah Bukalapak di Tahun 2019 keatas, produk di platform anda sangat minim. Penulis sebagai buyer sering kecewa melakukan pencarian di Bukalapak karena marketplace lain yaitu di Shopee dan Tokopedia bisa menampilkan banyak, di Bukalapak sama sekali tidak ada dan jika adapun pada lapak yang sudah mati berbulan-bulan.  Hal ini menurut analisis penulis adalah karena strategi kebijakan Bukalapak yang salah yaitu barang yang tidak laku dalam sekian bulan akan dinonaktifkan secara paksa. Penulis memprediksi banyak seller lari ketika terdapat kebijakan down system tersebut, padahal seharusnya Bukalapak memandang semua yang ada di platform adalah asset bukan sebagai rintangan atau jika memang dipilah jangan main kasar sembrono gitu tanpa seleksi akal manusia. 

BACA JUGA: Bukalapak & Tokopedia, Siapkah Mengembalikan Kejayaan Masa Lalu??

Untuk masalah gratis ongkir yang tidak bisa dinikmati oleh dropshipper  adalah keputusan yang salah besar, coba Bukalapak lihat Shopee dimana penjual tipe apa saja bisa merasakan semua program sehingga banyak dropshipper akan memutar transaksi di sana dan menjadi bergeraklah barang dari penjual di Shopee. Di Bukalapak, karena tidak ada prgram yang dinikmati dropshipper, maka ketika ada orderan dari marketplace lain akan mengambil dari Tokopedia, karena Tokopedia cukup baik dari sisi cashback Ovo Points walaupun untuk program gratis ongkir juga sama saja dengan Bukalapak. Lagi-lagi kelemahan Bukalapak + Tokopedia dimanfaatkan oleh Shopee, dimana Tahun 2020 menjadi pemegang tahta marketplace di Indonesia.

Sistem nyeleneh lain yang dilakukan Bukalapak adala sistem perhitungan saldo yang dilepas ke seller salah dan pengetatan reseller yang dilakukan Bukalapak sampai sekarang. Seperti apa itu?? penulis merasakan sekali server Bukalapak sangat berat dan sulit loading dibandingkan platform lain. Dalam hal IT, Bukalapak sangat parah belum juga berbenah. Bukalapak menerapkan banyak akses yang merugikan reseller walaupun pada akhirnya sedikit dibuka kembali (ingatkah Bukalapak pihak yang mem-balance transaksi antar marketplace adalah para reseller sehingga platform menjadi lebih hidup dengan banyak variasi produk).

Disisi lain, penulis sejauh ini sudah 2x di email untuk mengembalikan uang lewat transfer ke rekening Bukalapak karena kesalahan sistem dalam menghitung saldo yang dilepas ke seller. Hai Bukalapak, ini kesalahan seller atau sistem anda?? sebaiknya jangan berbuat demikian karena akan menambah citra buruk anda di mata publik dan sebaiknya berbenah internal agar citra baik terus meningkat. Dari sini semakin menambah keyakinan bahwa sistem IT dan Artificial Intelligence (AI) Bukalapak sangat buruk dan harus berbenah agar bisa bangkit kembali.

Penulis sebagai seller, sering kali menggunakan sistem iklan di Bukalapak dan terus boncos sampai akhirnya Bukalapak hampir tiap hari terus-menerus mengirimi chat otomatis untuk isi saldo iklan. Untuk masalah ini, Bukalapak sebaiknya meniru Tokopedia, terbukti penulis mendapatkan buyer potensial terhadap iklan yang digunakan. Penulis menganalisis bahwa Bukalapak sedang 'cari-cari uang" untuk menutup operasional lewat jualan saldo iklan, sampai seller risih melihat chat otomatis yang tiap hari muncul. Saran penulis, jadilah platform yang macho berwibawa tanpa menjual diri, tunjukkan sistemmu sudah baik dan berguna bagi seller maka mereka semua akan mengapresiasi sistem anda.

Penulis membuat kritik san saran seperti itu karena ingin Bukalapak yang merupakan platform asli Indonesia jangan sampai kalah dengan platform asing lain. Penulis berbuat demikian karena ingin Bukalapak jaya lagi seperti dahulu. Teruslah berbenah Bukalapak, kamu masih bisa merebut tahta kembali di Tahun 2020 ini.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Dengarkanlah Shopee agar Bisa Bertahan Lama dengan Mahkotamu !!!

Diposting oleh On Friday, September 18, 2020

Penulis ingin mengupas saran-saran berdasarkan analisis terjun langsung melakukan transaksi jual-beli dari Tahun 2015 sampai sekarang di beberapa marketplace seperti Bukalapak, Lazada, Tokopedia dan Shopee. Penulis telah berkali-kali merasakan layanan dan sistem di aplikasi tersebut sehingga bisa bercerita sejarah naik-turunnya rating aplikasi di kalangan konsumen. Penulis mengalami masa kejayaan Bukalapak dan Tokopedia oleh beberapa sebab, sehingga kali ini ingin memberikan masukan ke Shopee agar tetap bisa menjadi raja marketplace dalam waktu yang cukup lama. Mengapa demikian?? karena kedepan penulis yakin masih terdapat banyak start-up yang lahir atau bahkan marketplace lama akan bangkit kembali.

Shopee dalam akhir-akhir ini memberikan kebijakan yang dinilai oleh penulis bisa menjadi bumerang dan kebijakannya justru memberikan celah untuk marketplace lama bangkit kembali. Pasalnya, kebijakan yang paling baru seperti pembayaran ongkos kirim yang hanya otomatis by cashless tanpa ada celah manual atau ada menu untuk mengubah ke sistem manual menjadikan aplikasi Shopee adalah kurang flexible dan tidak pro kepada para reseller. Shopee dalam hal ini hanya memandang bahwa ekpedisi pilihan buyer harus dituruti dan tidak bisa diganggu gugat, padahal praktek di lapangan tidak seperti itu dan memungkinkan pilihan ekspedisi untuk diubah karena beberapa alasan operasional.

Penulis menanggapi hal tersebut sebagai langkah yang kurang tepat dilakukan Shopee karena sistem dibuat sangat kaku, apalagi reseller dalam hal ini akan banyak lari dari Shopee padahal merekalah yang meramaikan transaksi dan membuat produk yang diperjual-belikan bersaing seimbang antar marketplace. Sebaiknya dalam hal ini, Shopee meniru Bukalapak, dimana sudah menerapkan sistem pembayaran otomatis namun masih menyisakan sistem manual yaitu JNE atau jika pakai ekspedisi otomatis lain dan ingin diubah ke sistem manual masih ada menu untuk menggantinya walaupun terdapat beberapa konsekuensi yang harus ditanggung seller.

BACA JUGA: Shopee Sedang Naik Tahta Akankah Terlena dengan Kebijakan Baru yang Dinilai Kurang Tepat

Saran lain yang diberikan penulis ke Shopee agar bisa bertahan lama sebagai raja marketplace adalah dengan mengevaluasi besaran potongan biaya penjualan. Hal ini sangat dirasakan oleh penulis sebagai seller, walaupun ujung-ujungnya penulis berasumsi uang hasil potongan tadi akan digelontorkan kembali ke pengguna Shopee dalam bentuk diskon + gratis ongkir. Biaya potongan yang bagus dimiliki oleh Tokopedia, dimana dirasakan oleh penulis ketika menjadi seller di platform tersebut.

Dalam hal sistem iklan, Shopee kurang bervariasi teknik yang digunakan misalnya setiap seller hanya dapat 5 jatah push dan bisa digunakan kembali jatah tersebut setelah 4 jam pemakaian. Saran penulis sebaiknya menambah jatah push atau push berbayar dalam nominal yang kecil agar bisa terjangkau. Sistem ikan Shopee tersebut sebenarnya bagus dalam hal pemerataan iklan bagi seller dan tidak ada sistem yang kuat uang yang dominan tampil, namun sebagai seller baru untuk bersaing di papan teratas pencarian sangat sulit sehingga dirasa sistem iklan Shopee kurang bagus di aplikasikan di semua kalangan seller.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Bukalapak dan Tokopedia Siapkah Mengembalikan Kejayaan Masa Lalu

Diposting oleh On Wednesday, September 16, 2020

Artikel kali ini membahas berdasarkan pengalaman penulis menjadi seller di 3 marketplace berbeda dengan membandingkan sistem masing-masing platform dan menyoba menarik benang merah sebagai analisis celah untuk mengembalikan kejayaan tahta marketplace yang sekarang masih diambil oleh Shopee. Mengapa harus mengembalikan kejayaan?? karena artikel sebelumnya sudah dibahas, Shopee telah mengeluarkan kebijakan yang dinilai kurang tepat sehingga Bukalapak dan Tokopedia memiliki celah untuk bangkit menjadi raksasa kembali.

Sistem di Bukalapak yang dinilai masih bisa digunakan untuk bertaring adalah masih pro-nya terhadap reseller walaupun dengan biaya seperti perpindahan resi dari otomatis ke manual. Bukalapak masih berasumsi bahwa reseller adalah salah satu jurus marketing yang menghidupkan transaksi di platform-nya dan memang benar menurut penulis rasakan bahwa ketika ada reseller maka transaksi juga meningkat. Sistem keamanan identitas pembeli yang disembunyikan menambah Bukalapak diatas dari keamanan semua marketplace. Dari segi diskon + gratis ongkir Bukalapak kali ini bisa bersaing dengan Shopee, terlebih fitur menu yang ditawarkan adalah yang the best dari semua marketplace di Indonesia sebagai contoh fitur investasi, keuangan, pembayaran digital, donasi, zakat, travel, hiburan dan masih banyak lagi pastinya tidak terdapat di marketplace lain.

Namun penulis sebagai seller akan memberikan tips agar Bukalapak bisa berjaya kembali yaitu dengan mengevaluasi fitur Promoted Push dan Keyword Push yang dinilai kurang memberikan hasil dibanding pengeluaran seller (banyak boncos-nya dibandingkan pendapatan) dan seperti ajang Bukalapak cari uang lewat operasional program tersebut. Penulis memberikan saran untuk mengefektifkan mesin pencarian gratis (push) seperti Shopee atau jika tetap berbayar maka search engine harus benar-benar diarahkan ke buyer potensial. Bukalapak perlu belajar dai Shopee yang sangat efektif metode iklannya yaitu memotong biaya dari transaksi seller dan seller dapat keuntungan dari iklan yang menempel di produk langsung sehingga subsidi dan program bisa dirasakan langsung oleh buyer dan mereka tertarik untuk membeli.

BACA JUGA: Jangan Diam Tokopedia, Tahtamu Sudah Diambil Lho!!

Sistem di Tokopedia adalah yang the best bagi para reseller karena Tokopedia melihat semuanya sebagai asset yang saling menguntungkan sehingga sistem dibuat mudah. Penulis sebagai seller, merasakan apresiasi Tokopedia adalah yang ter the best seperti penilaian power merchant yang sangat gampang dimana ini sangat diperlukan para seller untuk meningkatkan kepercayaan buyer. Sistem pembayaran ekspedisi yang masih bisa manual dan kemudahan pergantian ekspedisi dinilai adalah langkah tepat dan dari sinilah point mengapa Tokopedia diprediksi akan bangkit kembali. Sistem yang dipertahankan Tokopedia tersebut tidak merugikan sama sekali, bahkan akan menghidupkan terus transaksi.

Penulis sebagai seller akan memberikan tips agar Tokopedia bisa berjaya seperti jaman keemasan yaitu meningkatkan fitur seperti yang dimiliki Bukalapak karena di Tokopedia masih sangat minim, meningkatkan program gratis ongkir + diskon seperti platform Bukalapak dan Shopee karena Tokopedia masih sangat jauh tertinggal dalam hal ini serta memperbaiki sistem iklan atau bahkan meniru Shopee yang terbukti lebih efektif yaitu menempelkan iklan pada produk display dan manfaat bisa langsung dirasakan oleh buyer sehingga secara tidak langsung seller juga diuntungkan dengan minatnya para seller membeli produk.

Kesimpulan penulis adalah Bukalapak dan Tokopedia masih bisa berjaya asalkan benar dalam memilih strategi dalam kelengahan Shopee yang belum sepenuhnya mengakomodir masukan para seller. Penulis sebagai seller dan buyer, ingin semua platform tetap imbang dalam hal pelayanan agar tidak terjadi monopoli sistem dan tetap sehat dalam perdagangan.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Shopee Sedang Naik Tahta Akankah Terlena dengan Kebijakan Baru yang Dinilai Kurang Tepat

Diposting oleh On Thursday, September 10, 2020

Artikel ini ditulis berdasarkan pengalaman penulis menjadi seller dan buyer di 3 marketplace yaitu Bukalapak, Tokopedia dan Shopee. Penulis dalam segi ini akan mengkritisi beberapa sistem kebijakan atau aturan di platform mereka, karena sebagai pengguna 3 marketplace berbeda maka user lebih tahu kelebihan dan kelemahan dari masing-masing platform.

Sebagai seller di Shopee, penulis akan mengkritisi kelemahan sistem bukan kelebihan karena yang kelebihan sudah ada di artikel lain. Di Shopee, seller merasakan terdapat potongan biaya yang tinggi dibandingkan platform lain dengan kebijakan pindah ekspedisi yang tidak bisa dilakukan semudah sistem yang dimiliki Bukalapak dan Tokopedia. Perpindahan ekspedisi ini bisa saja terjadi pada sistem jual-beli online dan yang paling diuntungkan adalah reseller karena ketika penjual sedang terkendala dengan ekspedisi pilihan pembeli maka reseller tidak kebingungan untuk update resi yang baru.

BACA JUGA: Big Sale Jual-Beli Online di Kuartal IV Akhir Tahun

Akhir Agustus 2020, Shopee menerapkan sistem all cashless untuk semua transaksi di ekspedisi dan menghapus sistem manual. Reseller yang masih bergantung sistem manual akan sangat berfikir panjang berjualan di Shopee padahal sejatinya reseller-lah yang menghidupkan transaksi di berbagai platform dengan saling lempar barang yang kompetitif. Kali ini penulis akan memprediksi Bukalapak dan Tokopedia akan bangkit kembali dengan sistem yang masih ada pro sedikit terhadap reseller karena dengan adanya reseller transaksi akan menjadi lebih hidup dan fast response tanggapan chat.

Penulis dari segi ini bukan seorang reseller namun mengikuti juga arah perkembangan sistem marketplace karena tidak bisa dipungkiri suatu saat juga akan mengelola produk yang ketika di-stock lama mengalami perputaran modal yang lama sehingga bergantung ke seller besar untuk menjadi reseller. Harapan seller agar Shopee tetap bisa mempertahankan tahta adalah dengan memberikan sedikit celah agar perpindahan resi dari otomatis ke manual masih bisa dilakukan walaupun dengan biaya/pinalti sehingga reseller masih bisa hadir untuk menggairahkan transaksi.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com