Trending Topik

Analisa Kebocoran Tube Condenser yang Menggunakan Cooling Water Tipe Air Laut

Diposting oleh On Friday, September 28, 2018

I. PENDAHULUAN
Condenser merupakan salah satu peralatan heat exchanger di PLTU yang berfungsi meng-kondensasi-kan steam sebagai recycle siklus uap-air dengan media pendingin air laut. Steam kontak dengan air pendingin dan produk yang dihasilkan adalah condensate water. Sistem pendingin yang menggunakan air laut rentan terhadap korosi, masuknya biota laut di tube dan lumpur yang terikut di air pendingin sehingga membutuhkan treatment khusus di peralatan ini. Sistem penanganan terhadap permasalahan tersebut yaitu dengan memilih tube yang tahan korosi, injeksi kimia untuk menghambat pertumbuhan biota laut dan cleaning rutin menggunakan ball tapproge system.
Gambar 1. Condenser PLTU Sisi Front dan Back
Treatment seperti yang disebutkan diatas ditujukan untuk menghindarkan kejadian yang berakibat fatal dan yang paling sering terjadi adalah penumpukan kerang atau biota laut di tube dan kebocoran tube. Kajian ini ditujukan untuk menganalisa lebih mendalam penyebab kejadian sesuai permasalahan yang diangkat dan membuat rekomendasi penanganan agar permasalahan yang sama tidak terulang kembali.
Gambar 2. Inner Condenser PLTU
Tipe condenser PLTU pada umumnya adalah 2 lewatan artinya air pendingin masuk dari inlet berputar kembali di u-turn dan keluar di sisi outlet. Sisi inlet dan outlet terletak di bagian yang sama namun berpenyekat atas dan bawah. Sesuai Gambar 3, sisi inlet ada di bawah dan sisi outlet ada diatas.
Gambar 3. Condenser Tipe 2 Lewatan
II. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Permasalahan yang sering terjadi di tube condenser dengan cooling water air laut adalah penempelan kerang disepanjang tube.
Gambar 4. Penempean Kerang di Inner Condenser
Diperlukan analisa penyebab kebocoran tube condenser yang meliputi : sisi operasi, sisi kimia, sisi material dan sisi mekanis. Berikut detail analisa masing-masing kriteria.


2.1 Sisi Operasi
Kriteria ini berkaitan dengan sejauh mana frekuensi pemakaian tube condenser terhadap waktu pemeliharaan terdekat saat shutdown. Seiring dengan berjalannya waktu terdapat gejala vibrasi di condenser. Vibrasi yang terjadi dimungkinkan karena banyaknya kerang yang menyumbat di tube sehingga flow sedikit terhambat dan aliran menjadi acak di tubesheet sehingga memberikan sedikit goncangan ke dinding condenser.
Kriteria lain seperti temperatur dan tekanan operasi juga mempengaruhi umur tube karena dengan terhambatnya flow air pendingin maka steam yang melewati shell condenser tidak kontak lama dengan air pendingin sehingga tube mengalami overheat dan kemungkinan bisa menyebabkan penurunan kualitas properties material tube. Sedangkan pengaruh tekanan bisa berhubungan dengan aliran flow yang terlalu kencang yang diakibatkan penyempitan (reduction) area karena sumbatan kerang atau biota laut sehingga tube yang properties-nya sudah turun kualitasnya atau cangkang kerang yang terus-menerus mengikis material tube dan rentan terjadinya degradasi (bocor).
2.2 Sisi Kimia
Air pendingin yang berasal dari air laut sebelumnya sudah dilakukan treatment seperti injeksi chlorin untuk melemahkan perkembangbiakan biota laut. Selama ini injeksi chlorin menggunakan biocode dengan rekomendasi dari supplier 2x/minggu. Pada umumnya untuk menghambat perkembangbiakan biota laut digunakan chlorin yang dihasilkan oleh electrochlorination plant dan dilakukan injeksi yang terus-menerus di intake water sehingga kasus penyumbatan oleh kerang tidak cukup signifikan terjadi.
Secara standar, terdapat pengendalian parameter kimia untuk menganalisa kenormalan condenser seperti chloride (pengukuran di outlet CEP dan boiler water), conductivity (outlet CEP, boiler water dan superheated steam) dan pH (outlet CEP dan superheated steam). Parameter tersebut dilakukan perbandingan di hari yang sama untuk mengetahui apakah terdapat kebocoran tube condenser.
Parameter kualitas air yang harus terukur adalah pH, conductivity dan total hardness (TH). Jika didapatkan pH rendah, conductivity dan TH tinggi maka bisa dipastikan bahwa condensate water tercemar oleh air pendingin (air laut).
2.3 Sisi Material
Material tube condenser dirancang khusus agar tahan terhadap air laut dan temperatur operasi yang cukup tinggi mengingat fluida yang masuk adalah steam keluaran dari turbine. Pada umumnya bahan yang digunakan di tube condenser adalah logam dengan daya hantar yang baik, tidak mudah korosi terkena air laut dan tahan operasi temperatur tinggi. Contoh logam adalah titanium (Ti), tembaga (Cu), alumunium (Al), kuningan
2.4 Sisi Mekanis
Penyebab sisi mekanis yang dimaksudkan dalam kasus ini adalah kemungkinan tube mengalami kerusakan yang disebabkan akibat vibrasi atau impact dari material asing.
2.4.1 Vibrasi
Untuk vibrasi ada dua kemungkinan penyebabnya yaitu vibrasi turbine dan vibrasi akibat aliran di dalam condenser (flow induce vibration). Vibrasi turbin dapat menyebabkan patahnya tube condenser jika getaran pada turbin last stage merambat ke condenser. Sama halnya dengan vibrasi turbin, vibrasi yang timbul akibat aliran air pendingin dalam condenser juga dapat menyebabkan patahnya tube. Oleh karena itu perlu diamati data vibrasi pada turbin maupun condenser.
2.4.2 Erosi/Abrasi
Erosi/abrasi bisa disebabkan karena pengikisan oleh partikel yang terbawa oleh fluida seperti steam yang bisa disebabkan karena silica terlalu tinggi dan air laut bisa disebabkan karena partikel terlarut dari hardness, biota laut/kerang dan TSS. Partikel tersebut dengan didukung flow yang tinggi dan terus-menerus mengenai tube maka bisa berpotensi kebocoran tube.
2.4.3 Corrosion
Saat telah terbentuk lapisan pasif pada titanium, laju korosi rata-rata <0.04 mm/tahun. Pada kondisi lingkungan yang lain, lapisan film yang terbentuk dapat menebal & mengalami penambahan berat.  Korosi dapat terjadi pada reducing acid conditions, terutama pada temperatur yang lebih tinggi. Dengan kondisi asam dan temperatur tinggi, lapisan pasif dapat hilang dan logam titanium larut dalam larutan tersebut. Ketahanan korosi logam titanium diuraikan sebagai berikut :
2.4.3.1 Crevice Corrosion (Korosi Celah)
Titanium dapat mengalami korosi celah dengan mekanisme yang serupa dengan yang terjadi pada stainless steel, yaitu terjadi pada daerah bercelah dengan kadar oksigen minimum dan bersifat asam. Korosi ini dapat terjadi pada titanium pada temperatur >70°C dengan larutan yang mengandung chlorides, bromides, fluorides, iodides atau sulphates. Korosi ini umum terjadi pada metel to metal joint, las-lasan yang kurang baik, gasket atau permukaan dalam deposit.
2.4.3.2 Pitting Corrosion
Titanium alloy mempunyai resistensi yang tinggi terhadap pitting corrosion, dan umumnya jarang terjadi.
2.4.3.3 Hydrogen Damage/Embritlement
Embritlement adalah berkurangnya ke-elastisan dan ketangguhan dari logam. Hydrogen embrittlement pada titanium kemungkinan disebabkan dari pembentukan endapan titanium hydride, tetapi hal ini tidak mengurangi kekuatan logam inti secara signifikan. Hydrogen embrittlement dapat terjadi pada temperatur <80°C atau pada pH antara 3 sampai 12. Pada umumnya penyebab masalah ini adalah lepasnya hidrogen dari proteksi katodik impressed current atau galvanic couple dengan metal yang lebih aktif seperti seng (Zn), aluminium (Al) atau magnesium (Mg).
2.4.3.4 Galvanic Couple
Korosi tipe ini jarang terjadi pada logam titanium tetapi dapat terjadi pada logam lain di sekitarnya, atau lebih tepatnya logam titanium sebagai penyebab terjadinya korosi (umumnya pada terjadi pada proteksi katodik). Laju korosi tergantung pada media, temperatur dan cathode to anode surface area ratio.
2.4.3.5 Stress Corrosion Cracking
Titanium yang sering digunakan (grades 1, 2, 7, 11, 12) kebal terhadap SCC kecuali pada lingkungan tertentu seperti anhydroumethanol solutions yang mengandung halida, nitrogen tetroxide dan red fuming nitric acid.
2.4.3.6 Erosion Corrosion
Oksida titanum mempunyai nilai kekerasan yang tinggi dan tahan terhadap korosi erosi dibandingkan dengan logam jenis lain yang umum digunakan pada heat exchanger. Laju aliran hingga 30 m/s masih bisa diaplikasikan tanpa mengalami permasalahan akibat turbulensi atau kavitasi.
2.5 Impact Material Asing
Terdapat beberapa tube yang sudah di plug bisa menyebabkan tube tersebut bergoyang ketika dilewati steam karena berkurangnya gaya gravitasi akibat tidak terisi fluida air laut. Steam mengalir secara turbulensi ke segala arah dan dengan tekanan steam yang cukup tinggi disertai periodic kejadian yang terus-menerus di tempat yang sama menyebabkan tube kehilangan kekakuan-nya dan menyebabkan patah. Patahan tube diantara support yang terlewati turbulensi steam akan membentur ke segala arah dan menyebabkan tube lain berlubang seperti ditunjukkan di Gambar 5.
Gambar 5. Sampel Profil Kebocoran Tube Condenser
Berdasarkan Gambar 5 tersebut bisa dilihat untuk lubang yang berbentuk memanjang bisa disebabkan karena benda asing yang melewati dari dalam tube dengan flow yangcukup tinggi sedangkan lubang yang kecil melebar lebih dimungkinkan karena benturan benda asing dari luar tube.

Kutip Artikel ini sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2018). Analisa Kebocoran Tube Condenser yang Menggunakan Cooling Water Tipe Air Laut, Best Practice Experience in Power Plant. www.caesarvery.com. Surabaya

Referensi:
[1] Feriyanto, Y.E. (2018). Kajian Enjiniring RCFA Kebocoran Tube Condenser pada Pembangkit Listrik. Surabaya

Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi KLIK

Anti Biofouling Agent Oxidizing dan Non-Oxidizing

Diposting oleh On Sunday, September 23, 2018

Dikutip dari handbook US Army Corp of Engineer dengan judul “zebra mussel chemical control guide” hal 2 sebagai berikut:
Berdasarkan literatur diatas bisa diketahu bahwa kerang (mussel) adalah biota laut yang umum hidup di perairan. Kerang masuk dalam kelas Mollusca (hewan lunak) ordo bivalvia dan tidak bisa tumbuh dengan baik di lingkungan kadar garam (saline) tinggi tetapi mampu beradaptasi dengan baik pada temperatur air 12 to 32 oC, pH 6,5 to 8 dan kekeruhan yang cukup tinggi.
Anti biofouling agent adalah agent/substansi yang bisa mencegah kegagalan/kerusakan yang disebabkan oleh biota hidup. Secara umum kasus PLTU dihubungkan dengan adanya pertumbuhan biota air disepanjang perpipaan sehingga membutuhkan special treatment untuk menghambat pertumbuhan bahkan mematikan biota tersebut. Sistem yang digunakan bisa berupa mechanical,chemical atau biological namun fokus pembahasan ini terbatas pada chemical system yang sudah diterapkan PLTU.
Antibiofouling agent dibedakan menjadi 2 berdasarkan cara kerjanya sebagai berikut:
1.1 OXIDIZING AGENT
Oxidizing agent adalah substansi yang digunakan untuk anti biofouling yang memanfaatkan proses oksidasi  dalam proses kimianya. Dikutip dari handbook US Army Corp of Engineer dengan judul “zebra mussel chemical control guide” hal 4 sebagai berikut:
Dikutip dari handbook US Army Corp of Engineer dengan judul “zebra mussel chemical control guide” hal 17-26 sebagai berikut:
Berdasarkan hal tersebut bisa diketahui bahwa chemical yang bisa mengalami proses oksidasi dan umum digunakan untuk anti biofouling adalah:
  • Chlorine (dalam bentuk gas dengan tabung khusus, dalam bentuk cair adalah NaOCl dan bentuk padat adalah Ca(OCl)
  • Chlor dioxide (ClO2)

Berdasarkan literatur handbook of water treatment Kurita (1999) disebutkan bahwa senyawa chlorine ketika diinjeksikan dan bersentuhan dengan air maka akan membentuk HClO dan ClO- yang bersifat melemahkan perkembangbiakan biota air.

  • Chloramine (NH2Cl)
  • Ozon (O3)
  • Hydrogen piroxide (H2O2)
  • Bromine (Br2)
Berdasarkan literatur handbook of water treatment Kurita (1999) disebutkan bahwa NaBr akan membebaskan HBrO ketika bereaksi dengan chlorine cair dan bersifat sangat efektif dalam melemahkan perkembangbiakan biota air.
  • Potassium hypochlorite (KOCl)
Mengacu terhadap hal tersebut dan banyak unit menggunakan injeksi chlorine dan memang menurut jurnal tersebut chlorine bisa mematikan dan menghambat penempelan kerang di perpipaan dan kerang dewasa akan mati pada dosis 1 to 2 ppm selama 2 minggu. Chlorine yang digunakan untuk injeksi di PLTU pada umumnya yang berfungsi sebagai anti biofouling adalah oksidasi Cl. Fase senyawa Cl adalah gas namun karena handling sulit karena harus ditempatkan dalam tabung maka dicarikan alternatif yaitu bentuk cair (NaOCl) dan padatan Ca(OCl)2.
PLTU umumnya menggunakan fase cair untuk mendapatkan Cl karena handling yang mudah dan tidak mudah menguap sehingga aman untuk operator dan lingkungan secara langsung. NaOCl didapatkan dari proses elektrolisis dengan reaksi sebagai berikut :
Umpan adalah air laut yaitu NaCl + H2O
Disosiasi reaksi : 2 NaCl ----> 2 Na+ + 2 Cl-
Reaksi di chlropack (electrochlorination plant):
  • Katoda (-) : 2 H2O + 2e ---> H2 + 2 OH- (karena Na dalam fase liquid tidak tereduksi dan airnya saja yang mengalami reaksi)
  • Anoda (+) : 2 Cl- ---> Cl2 + 2e
Sehingga reaksi akhir : 2 NaCl + 2 H2O ---> 2 NaOCl + 2 H2
Produk NaOCl inilah yang digunakan sebagai istilah yang dinamakan injeksi chlorin dan saat diinjeksikan NaOCl maka terjadi disosiasi sesuai reaksi: [Sprecher and Getsinger, 2000]
NaOCl (injeksi) + H2O (air pendingin) ---> HOCl + NaOH
HOCl ---> OCl- + H+
OCl- + H2O + 2e ---> Cl- + 2 OH-
Senyawa Cl- tersebut yang bersifat oksidatif sehingga bisa menghambat pertumbuhan biota laut
Berdasarkan jurnal tersebut, injeksi chlorin yang mempengaruhi kerang karena efek produk chlorine dan free chlorine sehingga untuk mengetahui keefektifan antibiofouling yang berbasis chlorination maka 2 parameter tersebut yang harus terukur. Pernyataan ini juga diperkuat oleh jurnal Venketesan dan Murthy (2009) berikut kutipannya :
Dosis pemakaian chlorine adalah 0,5 to 1 ppm (expressed as Cl2) sehingga apapun jenis zat kimia injeksi chlorine maka kadar tersebut yang menjadikan tingkat keefektifan anti biofouling agent.
Berdasarkan jurnal tersebut, hal-hal yang mempengaruhi tingkat keefektifan injeksi chlorine adalah:
  • Konsentrasi chlorine
  • Lamanya waktu kontak
  • Kualitas air
  • Temperatur air
Dosis tinggi penggunaan chlorine membutuhkan operasi pada temperatur rendah <10 oC dan kontak waktu yang lama yang lebih diutamakan. Berdasarkan jurnal Venkatesan dan Murthy (2009) temperatur berefek pada keefektifan anti biofouling agent, berikut kutipannya :
Berdasarkan jurnal tersebut, 100% kematian kerang di cooling water system terjadi pada peningkatan temperatur dari 31,6 to 37,2 oC dan kontak selama 6 jam. Penggunaan injeksi chlorine dijaga residualnya pada 0,2 to 1 ppm dimana dosis tersebut efektif mematikan kerang pada 15 to 135 hari.
Berdasarkan jurnal tersebut didapatkan informasi untuk penanganan teknis NaOCl adalah:
  • Menjauhkan tangki/jerigen NaOCl jauh dari panas atau cahaya matahari langsung
  • Wadah NaOCl yang disarankan adalah polyethylene (PE) dilengkapi venting untuk mengeluarkan oksigen
  • Tidak boleh menggunakan wadah yang berbahan stainless steel (SS)
  • Jika membutuhkan pelarutan harus menggunakan air demin
  • Pompa yang disarankan adalah tipe diafragma
  • Fitting disarankan berbahan dari teflon
  • Pipa disarankan berbahan dari fiberglass
Berdasarkan jurnal diatas untuk menonaktifkan sisa chlorin agar tidak merusak membran RO digunakan beberapa hal sebagai berikut:
  • Activated carbon filter atau MMF
  • Sodium sulphite (Na2S2O5)
  • Sulphur dioxide (SO2)
  • Sodium bisulphite (NaHSO3)
  • Sodium sulphite (Na2SO3)
1.1 NON-OXIDIZING AGENT
Non-oxidizing agent adalah substansi yang digunakan untuk anti biofouling yang memanfaatkan sistem selain dengan proses oksidasi. Dikutip dari handbook US Army Corp of Engineer dengan judul “zebra mussel chemical control guide” hal 5-6 sebagai berikut:
Dikutip dari jurnal “Quaternary Ammonium Biocides : Efficacy in Application” sebagai berikut:
Berdasarkan jurnal tersebut diketahui bahwa quaternary ammonium compound (QAC) adalah agent non-oxidizing yang efektif dalam mengontrol fouling yang disebabkan Mollusca (contohnya kerang) untuk sistem peralatan pendingin satu kali lewatan (contohnya air pendingin condenser PLTU).
Panjang alkyl yang paling bagus dalam menghambat pertumbuhan mikroba adalah C12 to C16. Konsentrasi rendah (0,5 to 5 ppm) cocok untuk menghambat pertumbuhan alga, bakteri dan jamur sedangkan konsentrasi tinggi (10 to 50 ppm) bisa digunakan untuk menghambat jenis mikroba khusus.
Dikutip dari jurnal “QAC as antimicrobial agents protecting historical wood and brick” sebagai berikut:
Berdasarkan jurnal tersebut didapatkan informasi sebagai berikut:
  • Dodecyl dimethyl ammonium chloride (DDAC) dengan rumus kimia C22H48ClN berisi campuran asam karboksilat, alcohol dan fungicide sehingga umum disebut quartenary ammonium compound (QAC). Percobaan terhadap kayu dilakukan dengan perlakukan konsentrasi 10, 20 dan 30 %v/v
  • Keefektifan QAC ada di konsentrasi 30 %v/v dalam waktu 7 hari sedangkan sampai 28 hari sudah tidak ada efeknya
  • QAC mengandung senyawa alcohol yang berfungsi merusak membrane, denaturasi protein biota laut sehingga sel pecah (lisis). Konsentrasi alcohol yang rendah membuat kenyamanan dan meningkatkan aktifitas biocide lain sehingga kadar alcohol harus terkontrol
Berdasarkan Standard EPRI (2001) sebagai berikut:



Kutip Artikel ini sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2018). Anti Biofouling Agent Oxidizing dan Non-Oxidizing, Best Practice Experience in Power Plantwww.caesarvery.com. Surabaya

Referensi:
[1] Feriyanto, Y.E. (2018). Analisa Enjiniring Unit Pembangkitan dalam Evaluasi BiocideSurabaya
[2] Gerba, C. (2015). Qauternary Ammonium Biocodes : Efficacy in Application. Journal Applied and Environmental Microbiology, Vol. 81, pp. 2
[3] Rajkowska, K., Kozirog, A., Otlewska, A., Piotrowska, M., Krawczyk, N., Brycki, B., Styczynska, A dan Gutarowska, B. (2016). Quaternary Ammonium Biocides as Antimicrobial Agents Protecting Historical Wood and Brick, Vol. 63, pp. 153-159
[4] Specher, S., dan Getsinger, K. (2000). Zebra Mussel Chemical Control Guide. US Army Corps of Engineers. Engineer Research and Development Center
[5] Venkatesan, R dan Murthy, P. (2009). Macrofouling Control in Power Plant. www.reserachgate.net
[6] Kurita. (1999). Handbook of Water Treatment. Second Edition. Japan
[7] EPRI. (2001). Condenser Appication and Maintenance Guide

Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi KLIK

Tergantung adalah Jawaban untuk Semua Tipe Investasi

Diposting oleh On Thursday, September 20, 2018

Terdapat berbagai macam bentuk investasi mulai yang fisik (tangible) maupun non-fisik (intangible). Investasi fisik adalah bentuk simpanan aset yang berwujud benda seperti emas, properti, uang asing dll. Sedangkan investasi non-fisik adalah sekuritas (saham, reksadana, deposito, obligasi, forex dll).
Sumber Gambar : www.idntimes.com
Investasi fisik apakah menguntungkan ??
Jawabannya adalah "tergantung" dalam artian jika bentuknya emas dan uang asing maka sangat likuid namun jika properti seperti rumah, tanah, apartemen dll kurang likuid.

Apakah investasi fisik bentuk properti menguntungkan ??
Jawabannya adalah "tergantung" maksudnya tergantung letak, kekuatan ekonomi pembeli dan minat pasar. Diperlukan waktu yang cukup lama untuk memberikan profit margin dan belum lagi waktu yang dibutuhkan untuk bertemu pembeli, terdapatnya pajak jual-beli yang cukup tinggi. Investasi ini cocok untuk high return-low risk jangka panjang

Investasi non-fisik apakah menguntungkan ??
Jawabannya adalah "tergantung" karena didalam investasi non-fisik terdapat beberapa risk yang harus dihadapi dan return yang akan diterima atas investasinya.

Apakah investasi non-fisik bentuk sekuritas menguntungkan ??
Jawabannya adalah "tergantung" karena banyak sekuritas high risk - high return, sehingga jika investor bermodal nekad saja tanpa dibekali ilmu ekonomi yang cukup maka akan terjebak di risk yang tinggi dan tidak mendapatkan return sesuai harapan

Terus investasi apakah yang cocok untuk masa depan ??
Jawabannya adalah "tergantung" yang artinya anda termasuk tipe apa, apakah investor jangka panjang/jangka pendek, penyuka resiko/tidak, punya cukup banyak uang/tidak, punya waktu cukup/tidak, punya kejelian analisa keuangan perusahaan/tidak dll

Termasuk di kriteria mana saya ??
Jawabannya adalah "tergantung" jika anda adalah investor jangka panjang dan tidak penyuka resiko maka anda cocok di properti fisik, emas, reksadana pasar uang dan pendapatan tetap. Jika anda investor jangka panjang namun penyuka resiko maka anda cocok untuk online saham blue chip. Jika anda investor jangka pendek dan tidak penyuka resiko maka anda cocok di tabungan, deposito, reksadana pendapatan tetap dan campuran. Jika anda investor jangka pendek dan penyuka resiko maka anda cocok di online saham lapis 2 (second liner) untuk di-trading-kan cocok untuk anda. Jika anda punya cukup uang namun tidak punya kejelian analisa keuangan maka investasi di reksadana saham dan saham by broker cocok untuk anda. Jika anda punya cukup uang, penyuka resiko dan memiliki bekal kelilmuan analisa keuangan perusahaan maka saham online trading (OLT) cocok untuk anda

Kalau jawaban semuanya adalah "tergantung" maka apakah investasi itu sama dengan judi ??
Jawabannya adalah "tergantung" dengan artian seorang yang ingin investasi tanpa berbekal ilmu ekonomi yang cukup maka anda sedang berjudi namun jika anda berbekal ilmu yang cukup maka anda adalah seorang investor. Berdasarkan hal tersebut maka investasi dan judi sangat jauh berbeda dalam artian investasi memerlukan analisa keilmuan untuk memberikan modal suatu perusahaan sedangkan judi tidak terdapat analisa apapun dan murni mengadu nasib. Beberapa ulama terkenal seperti Abdul Somad dan Khalid Basalamah menyimpulkan investasi boleh dan dianjurkan Rosulullah dengan syarat transaksi jual-beli dengan keuntungan harus dalam bentuk barang tidak boleh uang (termasuk riba') dan di sekuritas "saham" menjadi barang yang diperdagangkan, barang yang diperdagangkan adalah halal, diproses dengan benar dan tidak memberikan mudhlorot (seperti perusahaan bir, bank, rokok diharamkan untuk di-investasikan menurut para ulama'), perusahaan tempat investasi memang benar-benar ada dan menjanjikan imbal hasil karena menurut beberapa ulama Rosululloh pun juga mengajarkan umat untuk investasi di sebuah usaha.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Teknik Standar Pengambilan Keputusan Multikriteria (Multicriteris Decision Making-MCDM)

Diposting oleh On Saturday, September 15, 2018

Ciptomulyono (2010) dalam “pidato prngukuhan untuk jabatan guru besar dalam bidang ilmu pengambilan keputusan multikriteria” memaparkan bahwa pengambilan keputusan bukan selalu memilih yang benar tetapi apa yang diperlukan adalah memastikan hasil keputusan dicapai melalui suatu proses yang transparan. Proses ini berupa serangkaian aktivitas yang menganalisis alternatif solusi keputusan, parameter, serta kendala yang ada dan kemudian memilih “terbaik”. Tidak ada pengambilan keputusan yang benar atau salah, karena waktulah yang akan menentukan kebenaran itu. Tetapi yang lebih penting adalah pilihan yang ditetapkan harus dapat memberikan kepuasan bagi pengambil keputusan sesuai dengan tingkat aspirasi yang diinginkan dan percaya pada hasil proses itu.
Tidak ada pemahaman yang definitif, tetapi dapat dikatakan secara singkat bahwa proses pengambilan keputusan adalah proses pemilihan alternatif tindakan yang dipilih dengan proses melalui mekanisme tertentu dalam suatu keterbatasan sumber daya dengan harapan memperoleh solusi keputusan yang terbaik.
Suatu pengambilan keputusan bisa rasional, non-rasional atau irrasional. Keputusan rasional bilamana dasar pengambilan keputusan tersebut didasari pendekatan dan dianalisis secara ilmiah. Dalam konteks pengambilan keputusan yang rasional, model keputusan dikonstruksikan sebagai suatu representasi hubungan-hubungan logis yang mendasari permasalahan keputusan itu kedalam suatu model matematika.
Pengambilan keputusan non-rasional didasarkan hanya pada intuisi, perasaan dan emosinya serta pengalaman pengambil keputusan saat melakukan proses keputusan, tanpa memanfaatkan hasil analisis ilmiah. Sehingga acap kali sulit menjelaskan mengapa mereka membuat keputusan seperti itu. Permasalahannya, pengambilan keputusan menjadi sesuatu yang formal dalam organisasi karena keputusan tersebut harus dipertanggung-jawabkan.
Bagi pengambil keputusan yang rasional, mereka menerapkan suatu prosedur sistematis dan scientific dalam mengambil keputusan (Turban et al., 2005). Prosedur itu mengikuti tahapan sebagai berikut: (i) melakukan identifikasi situasi keputusan yang terkait dengan masalah yang akan diselesaikan, (ii) membuat klarifikasi tujuan yang diinginkan oleh pengambil keputusan, (iii) membangkitkan berbagai alternatif untuk mencapai tujuan yang diinginkan, (iv) mendapatkan solusi yang tepat dari model dan melakukan evaluasi berdasarkan kriteria penilaian yang ditetapkan, (v) memilih dan merekomendasikan impelemntasi alternatif solusi keputusan kedalam problem nyata.
Penggambaran proses pengambilan keputusan rasional menurut model Simon (Turban et al., 2005) dalam alur pikir seperti ditampilkan dalam Gambar 1 yang terdiri dari tiga tahapan utama.
  • Fase Intelligence: pengambil keputusan melakukan proses identifikasi atas semua lingkup masalah yang harus diselesaikan. Tahap ini pengambilan keputusan harus memahami realitas dan mendefinisikan masalah dengan menguji data yang diperoleh.
  • Fase Design: melakukan pemodelan problem yang didefinisikan dengan terlebih dahulu menguraikan elemen keputusan, alternatif variabel keputusan, kriteria evaluasi yang dipilih. Perlu dipaparkan asumsi yang menyederhanakan realitas dan diformulasikan semua hubungan elemennya. Model kemudian divalidasi serta berdasarkan kriteria yang ditetapkan untuk melakukan evaluasi terhadap alternatif keputusan yang akan dipilihnya. Penentuan solusi merupakan proses mendesain dan mengembangkan alternatif keputusan, menentukan sejumlah tindakan yang akan diambil sekaligus penetapan konsekuensi atas pilihan dan tindakan yang diambil sesuai dengan problem yang sudah didefinisikan. Pada tahap ini juga menetapkan nilai dan bobot yang diberikan kepada setiap alternatif.
  • Fase Pemilihan: merupakan tahapan pemilihan terhadap solusi yang dihasilkan dari model. Bilamana solusi bisa diterima pada fase terakhir ini lalu implementasi solusi keputusan pada dunia nyata.
Gambar 1. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan Rasional (Model Simon), sumber : Turban et al. (2005)
Pengambilan keputusan sebagai domain bidang keilmuan memiliki aspek ontologi, epistomologi maupun axiologi memiliki kaidah pendekatan ilmiah tertentu yang sistematis, spesifik, teratur dan terarah. Dari ranah paradigma pengambilan keputusan, pendekatan yang banyak dikaji di masa sekarang adalah pengambilan keputusan rasional yaitu bentuk pengambilan keputusan yang diperhitungkan secara matematis atau statistik, ini bukan berarti pengambilan keputusan “non-rasional” tidak penting.
Menyadari bahwa dalam proses pengambilan keputusan informasi sebagai dasar pembuatan keputusan tidak sempurna, adanya kendala waktu, biaya serta keterbatasan pengambil keputusan yang rasional untuk mengerti dan memahami masalah, maka keputusan diarahkan pada konsep keputusan dengan rasional terbatas (bounded rationality). Rasionalitas terbatas ini berupa proses penyederhanaan model pengambil keputusan tanpa melibatkan seluruh masalah (Suryadi dan Ramdhani, 1998). Sehingga model keputusan yang dihasilkan dari pendekatan ini hanya berupa “satisficing model”. Salah satu representasi model dan teknik keputusan yang mendasarkan pada konsep rasional terbatas ini adalah metode pengambil keputusan multikriteria.
Metode MCDA adalah teknik yang digunakan untuk analisa sistem keputusan yang memiliki banyak kriteria/variabel. Ciptomulyono (2010) memaparkan bahwa metode MCDA adalah suatu metode proses pemilihan alternatif untuk mendapatkan solusi optimal dari beberapa alternatif keputusan dengan memperhitungkan kriteria atau objektif yang lebih dari satu yang berada dalam situasi yang bertentangan (conficting). Paradigma ini berbeda dengan cara pandang tradisional problem pencarian solusi optimal suatu keputusan. Problem keputusan yang kompleks dimodelkan hanya sebagai problem sederhana dari model optimasi keputusan berobjektif tunggal, sehingga terjadi simplikasi realitas problem yang berlebihan dan akhirnya solusi keputusan gagal mencari solusi permasalahan yang sebenarnya. Artinya pendekatan model optimasi pendekatan tunggal gagal mengakomodasikan “heterogenitas”, dinamika dan kondisi kriteria yang mengalami konflik tersebut.
Dalam situasi keputusan objektif tunggal proses evaluasi mendapatkan solusi optimal dari satu set alternatif solusi dapat dilakukan dengan relatif mudah, karena solusi keputusan adalah solusi yang unik ditinjau dari satu objektif saja, artinya keputusan tersebut tanpa menemui suatu situasi “trade off” dengan pencapaian objektif lain (Ciptomulyono, 2010). Menurut Hwang dan Yoon (1981) didalam pidato pengukuhan untuk jabatan guru besar Ciptomulyono (2010) taksonomi keilmuan pengambilan keputusan multikriteria terbagi menjadi 2 pendekatan yang berbeda yaitu multiple objective decision making (MODM) dan multiple attribute decision making (MADM). Masing-masing memiliki karakter, atribut dan sifat serta aplikasi penyelesaian ragam persoalan keputusan yang berbeda seperti berikut.
Gambar 2. Perbandingan 2 Tipe MCDM
Pendekatan MODM berkenaan dengan penyelesaian model optimasi yang memiliki objektif majemuk dan objektifnya bersifat saling mengalami konflik. Keberadaan adanya solusi optimal untuk objektif yang majemuk ini akan menjadi pembeda dengan pendekatan optimasi klasik objektif tunggal semacam linear programming. Proses penyelesaian model multiobjektif ini secara teknis memerlukan informasi mengenai preferensi subjektif dari pengambil keputusan (dalam bentuk pembobotan) sehingga persoalan pembobotan dan preferensi-nya menjadi peranan kunci dalam pengembangan dan riset penyelesaian. Contoh metode pendekatan MODM adalah global criteria method, compromise programming, goal programming dan masih banyak lainnya (Ciptomulyono, 2010).
Pendekatan MADM adalah teknik penyelesaian multikriteria untuk persoalan pemilihan atau seleksi, tidak diperlukan pendekatan program matematik klasik. Variabel keputusan dipertimbangkan sebagai variabel diskrit yang terbatas. Pendekatan ini hanya ditujukan sebagai alat bantu keputusan supaya bisa mempelajari dan memahami problem yang dihadapi, menentukan prioritas, values, objektif melalui eksplorasi komponen keputusan itu sehingga mempermudah bagi pengambil keputusan nantinya untuk mengidentifikasi mana pilihan terbaik yang disukai. Karena mendasarkan pada faktor preferensi pengambil keputusan, maka subjektifitas selalu terkait khususnya dalam pemilihan serta pemberian bobot kriteria yang dipergunakan dalam proses keputusan, juga judgment subjektif dalam menurunkan kriteria yang dipertimbangkan dalam proses keputusan yang jelas. Contoh metode pendekatan MADM adalah AHP, ANP, ELECTREE, PROMTHEE, TOPSIS dan masih banyak lagi lainnya (Ciptomulyono, 2010). Berikut dipaparkan beberapa metode MADM yang umum digunakan oleh peneliti dalam pengambilan keputusan.

Silakan Downloading International Proceeding Journal Open Acces di https://doi.org/10.1088/1757-899X/1096/1/012102

Kutip Artikel ini Sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2018). Teknik Standar Pengambilan Keputusan Multikriteria (Multicriteris Decision Making-MCDM). www.caesarvery. Surabaya

Referensi

Bagaimana Memulai Investasi Saham

Diposting oleh On Tuesday, September 11, 2018

Saham adalah jenis investasi di pasar modal yang diperdagangkan melalui sekuritas yang diawasi oleh OJK dan terdaftar di BEI. Investasi saham merupakan jenis investasi high risk-high return sehingga membutuhkan persiapan lebih untuk menanamkan modal disini mulai keilmuan ekonomi fundamental, teknikal, kemampuan membaca trending pergerakan saham dan kondisi pasar yang terjadi.

Langkah awal memulai investasi saham adalah anda harus datang ke perusahaan sekuritas yang terdaftar di BEI, daftar perusahaan sekuritas. Pendaftaran bisa lewat online atau datang langsung ke tempat perusahaan sekuritas tersebut dan anda akan diminta mengisi sejumlah formulir disertai fotokopi KTP, NPWP dan buku tabungan. Kalau anda lewat online, maka anda nanti akan ditelepon oleh pihak terkait untuk segera melengkapi form berkas tersebut dan mengirimkan ke alamat kantor perusahaan sekuritas yang sudah dilengkapi dengan tanda tangan bermaterai.

Setelah berkas diterima oleh perusahaan sekuritas dan pada rentang waktu yang telah ditetapkan maka anda akan mendapatkan akses masuk ke aplikasi jual-beli saham by email atau copy-an cetak. Setelah mendapatkan akses tersebut, silakan anda transfer ke rekening saham anda dan uang yang anda transfer tersebut akan masuk ke rekening sekuritas anda. Kemudian anda bisa melakukan perdagangan saham dengan membeli via online di jam perdagangan aktif pukul 09.00 s/d 16.00 dengan menggunakan uang anda yang terdapat di akun sekuritas.

Pembelian saham dilakukan dengan sistem "lot", dimana 1 lot = 100 lembar. Harga saham yang diperdagangkan mulai dari Rp50 s/d fluktuatif (sampai saat artikel ini ditulis max Rp80.000 per lot). Saham yang ada di bursa saham bervariasi mulai dari perusahaan besar sampai kecil. Harga saham ini terjadi karena adanya faktor bid (permintaan beli) dan offer (penawaran jual) oleh para investor. Anda harus cermat dalam memilih saham tempat investasi karena banyak trending harga jebakan disana, apa artinya yaitu sekilas terlihat perusahaan besar, sering dibicarakan, produknya sering kita temui sehari-hari dan trending saham selama ini cenderung naik, tapi ternyata saat sudah dibeli maka harga saham terus turun dan tidak bisa bangkit kembali (rebound). Hal ini sangatlah wajar di pasar saham karena penentu semuanya adalah pasar, tidak bisa ditebak dan hanya bisa disiasati.

Banyak investor yang tersangkut di harga atas ketika memulai saham karena kurangnya pengetahuan lebih tentang analisis pasar modal. Dalam berinvestasi terdapat 2 hal penting yaitu trading (jual-beli) atau investasi (menabung). Trading saham berarti membeli saat harga murah dan menjual seketika saat harga naik, sesuatu yang diharapkan adalah selisih harga jual dengan harga beli dan inilah yang disebut capital gain. Jika sistem investasi maka anda bisa mendapatkan keduanya baik dividen dan capital gain. Fluktuasi di pasar modal Indonesia terbentuk karena faktor bid dan offer untuk saham yang beredar dan terdaftar di BEI saja. Beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah kondisi keuangan perusahaan, kinerja perusahaan, situasi politik, keuangan dan keamanan negara dll.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Analisa Dissolved Gas Analysis (DGA) di Minyak Trafo

Diposting oleh On Wednesday, September 05, 2018

Dissolved Gas Analysis (DGA) adalah analisa kandungan gas terlarut (dissolved gas) pada oli transformator (trafo), winding atau kabel yang terisolasi oli (oil-insulated cable). Gas terlarut ini berakibat merugikan di oil trafo sehingga disebut "fault gas" dan penamaaan di beberapa analisa menyebut sebagai "key gas". Oli memerlukan pengecekan rutin untuk membaca gangguan yang mungkin terjadi di sistem peralatan agar tidak mengakibatkan kegagalan yang lebih parah.

Tujuan uji DGA pada minyak trafo adalah: [Junid et al, 2008]
  • Menarik kesimpulan kondisi operasi trafo
  • Mengestimasi lifetime trafo masih aman untuk bisa digunakan
  • Mengestimasi kemungkinan terjadi kegagalan trafo
Jenis gas terlarut yang bisa digunakan sebagai indikator kegagalan trafo (fault gases) adalah: hydrogen (H2), metana (CH4), etana (C2H6), etilen/etena (C2H4), acetilene/etuna (C2H2), carbon monoksida (CO), carbon dioksida (CO2), oksigen (O2) dan nitrogen (N2).
Gambar 1. Proses Pembentukan Fault Gas di Trafo [Jakob, 2008]

Gambar 2. Proses Pembentukan Fault Gas di Trafo [Jakob et al, 2003]

BACA JUGA: Proses Pembentukan Gas Terlarut di Minyak Trafo

Berdasarkan Gambar 1 dan Gambar 2 bisa disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
  • Akibat pemanasan (heating) membentuk gas etilen (C2H4), metana (CH4) dan etana (C2H6) ---> senyawa C2H6 terbentuk pada temperatur rata-rata 250 oC sedangkan C2H4 pada temperatur rata-rata 350 oC
  • Akibat percikan api/busur listrik (arching) membentuk gas acetilen (C2H2) ---> senyawa  C2Hterbentuk pada temperatur rata-rata 500-700 oC
  • Akibat muatan listrik melecut namun tidak sampai menimbulkan percikan listrik (corona), menimbulkan percikan listrik (partial discharge/arching) membentuk hidrogen (H2) dan metana (CH4) ---> senyawa H2 dan CH4 terbentuk pada temperatur rata-rata 150 oC 
  • Akibat degradasi selulosa membentuk carbon monoksida (CO) dan carbon dioksida (CO2)
Gambar 3. Degradasi Selulosa
Berdasarkan Gambar 3 didapatkan data bahwa dengan melihat perbandingan komponen gas terlarut bisa digunakan untuk melihat penyebab degradasi selulosa, berikut pernyataannya:
CO2/CO > 10 ---> disebabkan oleh overheating pada paper/selulosa
CO2/CO < 3 ---> disebabkan oleh electrical fault yang menyebabkan degradasi selulosa

Partial Discharge adalah fenomena percikan muatan listrik melewati sistem isolasi sehingga bisa menimbulkan panas berlebih dan merusak sistem isolasi/selulosa.
Gambar 4. Ratio Kandungan Gas yang Disebabkan Kegagalan di Trafo [Blackburn, 2008]
Pyrolisis adalah terbentuknya zat kimia fase gas (produk) karena substrat (oli) bereaksi tanpa/sedikit oksigen atau zat kimia sehingga terjadi pemecahan molekul
Gambar 5. Energi yang Diperlukan untuk Pelepasan Ikatan Hidrokarbon
Berdasarkan Gambar 5 didapatkan informasi bahwa untuk melepaskan energi ikatan alkuna (rantai ganda) membutuhkan energi yang terbesar. Sehingga urutan yang terbentuk pada fault gas berdasarkan temperatur adalah hydrogenalkana (ex : metana & etana) - alkena (ex : etena/etilen) - alkuna (ex : etuna/asetilene)
Gambar 6. Hubungan antara Fraksi Komponen vs Temperatur untuk Membentuk Fault Gas [Blackburn, 2008]
Gambar 7. Hubungan Antara Tingkat Kelarutan vs Temperatur di Fault Gas [Blackburn, 2008]
Berdasarkan Gambar 6 dan Gambar 7 ditunjukkan hubungan parameter terhadap terbentuknya fault gas dimana pengaruh temperatur adalah paling penting sehingga dalam analisa keberadaan gas terlarut di minyak trafo, temperatur mengindikasikan kebocoran sistem isolasi baik isolasi padat (kertas selulosa) atau cair (oil). Kebocoran bisa dikarenakan karena life time isolasi, akumulasi gas terlarut yang sudah banyak atau kekurangan oli.

BACA JUGA: Analisa Furan Test di Minyak Trafo

Terdapat beberapa analisa yang digunakan untuk membaca gas-gas terlarut, sebagai berikut: 
  • Roger's Ratio Method
Gambar 8. Diagnosis Pendekatan Metode Roger's Ratio [Blackburn, 2008]

  • IEC 60599 Method
Gambar 9. Diagnosis Pendekatan Metode IEC 60599
  • IEEE-C-57-104-1991 Method
Gambar 10. Metode IEEE-1991
Terdapat alarm yang digunakan untuk menandakan apakah keberadaan gas terlarut di minyak trafo dalam keadaan normal atau bahaya. Alarm tersebut digunakan untuk menentukan apakah oli akan di purifikasi atau uji BDV atau uji furan. Berikut standar alarm yang digunakan:

Gambar 11. Standar Alarm Gas Terlarut
  • Dornenburg Ratio Method
Gambar 12. Dornenburg Ratio [Jakob, 2008]

  • Duval Triangle Method
Gambar 13. Duval Triangle Method [Blackburn, 2008]
Gambar 14. Keterangan pada Duval Triangle Method

Kutip Artikel ini sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2018). Analisa Dissolved Gas Analysis (DGA) di Minyak Trafo, Best Practice Experience in Power Plantwww.caesarvery.com. Surabaya

Referensi
[1] Feriyanto, Y.E. (2018). Best Practice Experience in Power Plant. Surabaya

Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi KLIK