Trending Topik

Parameter Kondisi dan Kinerja Pembangkit Listrik

Diposting oleh On Monday, November 09, 2015

 Istilah yang sering digunakan di unit pembangkitan adalah :
  • Unit : keseluruhan sistem pembangkit dari persiapan bahan baku sampai menjadi listrik, namun hanya dalam 1 kompleks bangunan saja, misalnya PLTU 2 x 100 MW maka unit pembangkit (UP) di PLTU ada 2 dengan kapasitas masing - masing 100 MW (biasanya penyebutan umum di industri kimia adalah plant, line dan site)
  • Outage : UP dalam keadaan tidak beroperasi (mati karena ada kerusakan, gangguan dari luar atau memang disengaja untuk maintenance). Ada beberapa macam outage yaitu :

"The terminology that often used at power plant are :
  • Unit : overall power plant system from raw material preparation to produce elctricity, but only in 1 building system example PLTU 2 x 100 MW so Unit Pembangkit (UP) in PLTU there are 2 buildings with each capacity 100 MW (usually common name at chemical industries are plant, line and site)
  • Outage : UP in condition not operate (due to failure, disturbe from outside or planned maintenance). There are several kinds of Outage such as :"
1.  Planned Outage (PO) : UP tidak beroperasi yang sudah direncanakan / terjadwal (umumnya di UP yang terjadwal tahunan disebut overhaul)
2. Maintenance Outage (MO) : kondisi perbaikan saat UP tidak beroperasi (preventif, korektif, pengujian, perbaikan atau penggantian spare part)
3. Forced Outage (FO) : UP tidak beroperasi karena dipaksa untuk perbaikan oleh tim pemeliharaan (emergensi / tidak diantisipasi). Umumnya istilah di UP adalah trip dan di industri kimia adalah shutdown


"1. PO : UP not operate that be planned / scheduled (commonly annual scheduled maintenance is Overhaul)
2. MO : reparation condition while UP not operate (preventive, corrective, testing, reparation or replace spare part)
3. FO : UP not operate because forced to repair by maintenance team (emergency / not anticipated). Commonly name at UP is Trip and at the chemical industries is Shutdown)"
  • Daya Mampu Netto (DMN) : kapasitas yang mampu dihasilkan oleh UP yang bisa dijual ke PLN (PLN adalah pembeli/distributor tunggal listrik, sedangkan PJB, IP (indonesia power) dan Swata/IPP (independent power producer) adalah produsen listrik)
  • Derating : keadaan UP yang beroperasi dibawah DMN (misalnya daya terpasang PLTU 100 MW dan DMN nya 90 MW sedangkan UP hanya mampu beroperasi 75 MW maka derating-nya adalah 15 MW). Ada 2 Derating yaitu :
  • "DMN : capacity can be produced by UP that could be sold to PLN (PLN is sole buyer / distributor of electricity and PJB, IP, IPP is producer of electricity)
  • Derating : condition UP that operate under DMN (eg installed power PLTU 100 MW and DMN 90 MW whereas UP only able operates 75 MW so that derating number is 15 MW). There are 2 derating namely :"
1. Planned Derating (PD)
2. Maintenance Derating (MD)
  • Blackout : keadaan seluruh UP trip (padahal seharusnya jika 1 UP trip maka UP lain running) sehingga daerah yang dialiri listrik UP tersebut tidak mendapat pasokan listrik sama sekali (jika ada 2 unit pembangkit dan kesemuanya trip semua) 
  • "Blackout : condition which all UP trip (should if 1 UP trip so another UP must running) so that electric charged regions not getting power supply (if there are 2 units power plant and both trip)"
DURASI :
  • Period Hours (PH) : jumlah jam operasi UP pada periode tertentu
  • Service Hours (SH) : jumlah jam operasi UP tersambung ke jaringan baik dalam keadaan normal maupun derating (jam operasi total)
  • Reserve Shutdown Hours (RSH) : jumlah jam UP tidak beroperasi karena tidak dibutuhkan oleh sistem / tidak di sinkron-kan (jam tidak beroperasi yang disengaja) karena beban rendah
  • Available Hours (AH) : jumlah jam UP siap dioperasikan (SH + RSH)
  • Planned Outage Hours (POH) : jumlah jam yang hilang karena outage terencana
  • Maintenance Outage Hours (MOH) : jumlah jam yang hilang karena maintenance terencana

"Duration :
  • PH : the operating hours UP at specific period
  • SH : the operation hours UP connected to the network both in normal and derating (total operating hours)
  • RSH : the hours UP not operate because not requires by system / unsyncronize (not operating planned hours) due to low load
  • AH : the hours UP ready to be operated (SH + RSH)
  • POH : the lost hours  due to planned outage
  • MOH : the lost hours due to planned maintenance"
Dibawah ini parameter yang sering digunakan di pembangkit listrik seperti :
1. Availability Factor (AF) : prosentase kesiapan UP untuk beroperasi pada periode waktu tertentu

2. Equivalent Availability Factor (EAF) : prosentase kesiapan UP untuk beroperasi yang memperhitungkan dampak akibat derating (baik dipaksa, terencana atau karena gangguan luar)

3. Scheduled Outage Factor (SOF) : rasio antara jam yang terbuang karena terencana (POH + MOH) pada periode tertentu
 

4. Forced Outage Rate (FOR)

5. Equivalent Forced Outage Rate (EFOR) : FOR yang memperhitungkan dampak Derating

6. Suddent Outage Frequency (SdOF) : rata - rata jumlah gangguan mendadak UP dalam periode tertentu

7. Net Capacity Factor (NCF)

8. Plant Factor (PF)
9. Efficiency (Eff) : dihitung dengan istilah nett plant heat rate (NPHR) yaitu jumlah energi yang digunakan untuk menghasilkan 1 kWh daya listrik. Energi berasal dari batu bara, air, angin, fossil fuel 


Referensi :
[1] Protap PT.PLN Maret  2012 
[2] http://www.powermag.com
[3] http://www.eia.gov
[4] http://www.npc.org
[5] https://www.iea.org
[6] http://hstrial-klogan3.homestead.com

ARTIKEL TERKAIT :
1. Macam - Macam Desalination Plant 
2. Proses Pengolahan Demineralized Water (DI Water) 
3. Water Treatment Plant PLTU

Kisah - Kisah Sedihku

Diposting oleh On Tuesday, November 03, 2015

Suatu ketika kami hidup bertiga (aku dan kedua adikku) karena ibuku lagi bekerja sebagai PRT di Kalimantan. Uang bulanan yang dikirimkan ibu kala itu sudah habis (300 ribu untuk biaya hidup 1 bulan kami bertiga) dan kala itu kami belum punya HP (karena kami bisa beli HP saat kiriman ibu bulan ke - 6). Di depan rumah, tepatnya depan Pak Lurah ada tontonan elekton syukuran Pak Lurah yang terpilih untuk kedua kalinya. Efek dari tontonan ini adalah banyak penjual jajanan berderet di jalan dan tak luput di depan rumah kami juga ada penjual jajanan. Adikku yang terakhir (si yatim) minta ke aku untuk di belikan es tong - tong (harga 500 rupiah) karena teman sebaya nya semua beli itu. Akupun terdiam dan bilang ke adikku bentar ya tak carikan uang dan kebetulan di rumahku ada temanku MI yaitu Im*m, dia tak hutangi 10 ribu katanya tidak punya uang dan aku memaklumi (mungkin dia takut tidak aku bayar hutangnya karena kondisi ekonomi kami sangat terpuruk) dan renggang menit kemudian Pakpoh Marsam main ke rumah dan tiba - tiba langsung berkata "Untuk malam ini aku tidak bisa ngasih uang karena senapan angin belum laku", dan aku menjawab "Tidak apa - apa Pakpoh". Pakpoh Marsam bilang begitu soalnya tiap ada tontonan pasti ngasih uang jajan ke adikku kecil namun untuk malam itu pas Pakpoh juga tidak pegang uang. Karena usahaku untuk pinjam uang tidak berhasil, aku dan adikku kedua mencoba untuk menghibur si yatim dengan melarang bermain di luar dan kami bertiga pun dikamar. Kami menangis bersama di kamar, menangisi ibu yang jauh disana bahwa kami disini lagi kekurangan dan aku sebagai sosok laki - laki merasa dendam sangat mendalam dalam diri ini "Aku yakin bisa merubah kehidupan ini dan aku akan membalas semua saudara - saudara ku yang tidak memperhatikanku saat aku terpuruk ini". Aku hidup di lingkungan keluarga bapak (dari sebelah timur rumah ada Pakpoh M*rlin (pedagang kelapa) yang hidup bersama anak - anaknya yaitu Kang Ip*t, Kang Ir*l, Mbak Khusn*l, Kang D*ri dan Kang Sh*diq selanjutnya ke barat ada Pakpoh Marji (petani dan peternak kambing), Pakpoh Marsam (pengrajin senapan angin), Budhe Rumi dan Mbak P*ni (suaminya kepala lantas P*lres Blit*r). Agak jauh dari rumahku yaitu di Srengat ada saudara bapak juga yaitu Mbak Y*li (PNS Pertanian dan suaminya kepala p*jak Blit*r), Mas Y*yut dan Mas D*dik (bengkel mobil), Pakpoh M*rbi (pedagang sayur), Mbak Yah (suaminya k*pala P*lres), Mbak Am*n (PNS dan juga suaminya Kepala Sekolah SD). Kalau keluarga ibu tempatnya sekitar 30 km dari rumah dan kebanyakan miskin karena usahanya tukang becak semua dan serabutan. Aku sangat dendam ke mereka - mereka karena sewaktu aku terpuruk aku tidak pernah dijenguk apalagi diberi dan yang memberi aku murni yayasan M*hammadiyah dan NU serta dari keluargaku adalah Pakpoh Marsam saja. Hingga akhirnya sekarang keadaan sangat berubah, Alhamdulillah keluarga kami sekarang berkecukupan dan banyak yang menghormati ibuku sekarang. Ibuku sering didatangi keluarga sekarang (Mbak Y*li, Pakpoh K*tmadi, Mbak P*ni yang kesemuanya ini dulu tak pernah satu kalipun menengok apalagi membantuku), entah sekadar main atau tanya agar anaknya di carikan pekerjaan seperti aku karena melihat kesuksesanku sekarang.
Mainan kesukaanku adalah layang - layang, suatu ketika aku main layang - layang di rumah N*ko (anak Mbak P*ni) sama saudaraku belakang rumah Mas Ripin karena rumah N*ko sangat besar untuk bermain layang - layang, N*ko tidak suka main layang - layang sehingga sering banget pas tak ajak main dia selalu tidak mau. Pas suatu ketika, N*ko ingin layang - layang namun Mas Ripin tidak mau membuatkan sehingga N*ko lapor ke bapaknya yang polisi dan di kemudian hari layang - layangku jatuh di rumah N*ko didepan sangkar burungnya dan membuat burungnya kaget, seketika itu pula aku mendatangi layang - layangku dan bapaknya N*ko benci banget dengan aku dan bilang "Goblok, cepat pergi dari sini". Aku pulang sambil menangis dan dalam hati merintih ingat bapak, aku yang tidak punya apa - apa seolah - olah sampah yang diperlakukan semena - mena karena perkataan itu sangat menyakitkan padahal aku saudara dan teman sebaya anaknya. Aku dendam dengan bilang dalam hati "Aku harus sukses untuk membuktikan ke bapaknya N*ko bahwa aku tidak boleh diperlakukan semena - mena". Sampai akhirnya, rentang 2 tahun bapakku meninggal, bapaknya N*ko meninggal sepulang dari dinas malam (padahal jam 21.00 sambil lihat wayang di TV dengan aku namun bapaknya tidak pakai baju karena kepanasan) dan jam 00.00 bapaknya meninggal karena masuk angin. Keadaan ini membuat N*ko sedih mendalam, N*ko yang di jagokan bapaknya untuk menjadi polisi akhirnya harus berjuang sendiri dengan ibunya. Dengan uang tabungan yang pas - pasan mereka mencoba berkali - kali daftar polisi dan gagal. Ibunya menjual seluruh aset tanah peninggalan bapaknya yang kemudian keseluruhan uang itu digunakan untuk kuliah N*ko di UT jurusan PGSD (karena iri melihat aku kuliah dan untuk menyamai agar nasibnya sama, ibunya selalu menyamakan apa yang aku lakukan. Aku dulu menyarankan dia untuk mengambil Pendidikan Olahraga, karena aku tahu kemampuan dia bukan di otak namun fisiknya yang gagah dan tinggi. Namun karena bujuk rayu temannya sehingga dia langsung pilih PGSD tanpa konsultasi ke aku). Setelah N*ko lulus, dia bingung cari pekerjaan karena dalam hati aku berfikir maaf kemampuannya bukan disana, sehingga cari pekerjaan susah dan saat dia mengeluh aku malah menyalahkan dia karena pilih jurusan itu dan tidak menganggap rekomendasiku. Sekarang dia menjadi pedagang mainan keliling dari sekolah ke sekolah dan aku menyemangatinya dengan mengatakan semua proses pengalaman akan membawa kita ke jalan kesuksesan, seperti aku dulu yang ngarit dengan semangat berubah juga akan berubah. Jadi pekerjaanmu sekarang harus kamu jadikan batu lompatan untuk membuka pikiranmu menemukan jalan terbaik hidupmu). Mbak P*ni (ibunya N*ko) yang dulu pas lewat depan rumah tidak pernah mampir, sekarang pasti mampir dan mengatakan untuk mencarikan pekerjaan N*ko, aku bilang bidangku teknik dan N*ko pendidikan jadi sangat sulit mencarikan pekerjaan di bidangku. Aku tetap menyemangati dia untuk tanya ke Mbak Am*n (Buleknya N*ko) karena PNS guru SD, jadi dia lah yang lebih tahu lowongan pekerjaan yang sesuai untuk N*ko tapi ternyata malah saudara dekatnya saja tidak membantu (memang aneh di desaku karena sesama saudara saja persaingan dan tidak ingin kalah sukses, jadi jegal menjegal sudah biasa, Naudzubillahimindzalik).

Semenjak ditinggal bapak, kehidupan kami (aku, kedua adikku dan ibu) terjepit. Karena ibu harus berada di lingkungan keluarga bapak yang rakus harta warisan. Untung bapakku adalah anak yang tersukses diantara 8 saudara lainnya, sehingga sewaktu muda beliau selalu membeli tanah milik orang tuanya bahkan milik saudaranya (bapak berprinsip supaya dapat sertifikat dan tidak rame di kemudian hari jika beliau sudah meninggal). Pakpoh Marji sebelah baratku memindah batas tanah berupa patok semen selebar 1 m lebar x 100 m panjang, sehingga dapur dan tanaman kelapa yang dulu milikku menjadi bergeser ke tanahnya dia dan juga timurku Pakpoh M*rlin rakus dengan tanah, sering mnegukur tanah dan menggeser - geser. Ibuku hanya bisa diam, karena perempuan dan takut sedangkan aku masih kelas 2 MTsN belum berani mengambil tindakan tegas ke mereka. Dan sampai akhirnya aku menginjak kuliah tahun ke - 2, aku sedikit punya tabungan dan nyaliku berani. Aku menantang Pakpohku yang sama - sama berhadapan dengan sabit, aku menggugat untuk mengukur tanah karena aku punya bukti kuat sertifikat sedangkan mereka - mereka hanya sebatas warisan. Akhirnya karena dia yakin batas - batas itu benar, mereka berani menerima tantanganku (dengan membawa sabit yang diacung - acungkan dan aku juga berani membawa sabit juga) diundanglah pamong desa (Pak Lurah, Pak Jogoboyo dkk) untuk mengukur tanah sesuai sertifikat, akhirnya Pakpoh Marji terdiam saja dan tanahku kembali. Dia mengotot untuk memberi tanaman jarak supaya adikku tidak melewati sana namun aku bilang tidak usah dipagari, besok aku langsung pamggilkan tukang untuk buat pagar (dengan gaya, dia menantang untuk membuat tembok karena mikirnya aku punya uang dari mana karena pikirnya aku masih miskin). Tepat besoknya, ada 4 tukang dengan semangat datang ke rumah dan langsung membuat pagar (mereka kasihan dengan aku karena dimusuhi saudara sehingga saat tak kasih kerjaan dia langsung mengerjakan dan meninggalkan sebentar pekerjaannya membangun rumah di tempat lain). Akhirnya sebelah baratku sudah aku tembok sampai panjang 100 m kebelakang. Sampai sekarang Pakpoh Marji tidak berani melawan aku, aku babat pohonnya yang menyentuh tanahku tidak marah, jalan tembusan aku tutup diam saja dan akhirnya akulah pemenang dari semua ini. Sekarang dia hidup sakit - sakitan dan hanya seorang diri (tidak menikah dan hanya ditemani kucing serta kambing), aku mendoakan agar dia segera diberi adzab karena dia itu perebut tanah (tidak hanya aku bahkan banyak orang yang hampir duel dengan dia masalah tanah, dia hampir mati digorok oleh orang karena kerakusannya namun untung ada yang memisah).

Waktu itu aku sedang mencuci motor, aku hidup bertiga dan ibuku di Kalimantan. Adikku yatim sering main dengan lewat halaman Pakpoh Marji, setelah lewat halamannya adikku dilempari dengan banyak kerikil dan aku menyaksikan sendiri pelemparan itu. Dengan nada tinggi, aku langsung misuh "Dancok, kelakuanmu koyo asu memperlakukan adikku seperti itu", dia keluar langsung bawa sabit dan menantang aku "Ayo panggil semua teman - temanmu tak bacok semua, tak tantang di lapangan sekarang". Aku terdiam, karena posisiku saat itu masih SMA kelas 1 dan belum ada nyali yang gede. Dalam hatiku "Awas aku akan membalas semua perlakuanmu, aku akan bawa ini sampai matimu". Sampai akhirnya sekarang aku beli Airg*n (5 juta) dengan ijin P*rbakin untuk melawan Pakpohku yang gila itu, setiap pulang aku mencoba menebang pohonnya yang menyentuh tanahku dan dia diam saja padahal dulu selalu marah - marah. Sangat sering dulu Pakpohku bertengkar dengan ibu masalah sepele yaitu ayamku dilempar kayu atau tamuku yang melewati halamannya, jalan yang telah dilewatinya langsung dilubangi, Pakpohku selalu bawa sabit sambil keluar rumah dan mengatakan "Pelacur tidak pantas hidup disin, pergi saja dari tempat sini". Aku yang posisi di Surabaya karena kuliah, panas banget mendengar perkataan itu dan rasanya ingin membunuh orang gila itu. Pakpohku itu berani jika tidak ada aku, jika ada aku dia tidak berani berkata dan berbuat apapaun. Sekarang kalau dia menyentuh tanahku dan keluargaku, akan aku tembak sampai mati (ini dendamku yang sampai sekarang tetap aku simpan) karena apakah dia tidak ingat walau ibuku bukan asli situ ada anaknya yang menggantikan dan mewarisi peninggalan bapak.

Sesudah sekitar 1 tahun kami ditinggal bapak, aku langsung menggantikan posisi sebagai kepala keluarga yaitu dengan bekerja sebagai buruh serabutan jika hari libur dan mengarit memelihara kambing sekitar 15 ekor lebih. Ibu yang kala itu hanya mengandalkan bantuan yayasan untuk adikku yatim, dengan daya upaya meminimalkan pengeluaran. Ibu selalu masak sayur sop bening tanpa santan dan sambal korek, aku yang ngarit karena cuma makan sayur bening terasa di badan tidak ada tenaga karena kalau orang kerja berat harus makan kuah santan agar stamina tetap kuat. Aku sering mengamuk ke ibu dengan bilang "Bu, buatkan sayur santan ta!" dan ibu menjawab "Pakai uang mana lagi to Fer, harga kelapa 2 ribu lho 1 buah" kemudian aku berkata lagi "Ya ibu sebagai orang tua gimana kuk hidup sampai kekurangan begini, punya anak banyak tidak punya tabungan". Ibuku langsung menangis tak perlakukan kasar seperti ini, melihat masa laluku ini aku menjadi salah banget namun kondisi saat itu memang aku lagi berotak panas, tiap pulang sekolah aku harus cepat - cepat makan, sholat dan langsung ngarit. Makan yang ada cuma sayur bening, jadi tidak bertenaga dan di sawah aku loyo banget karena dengan sumber energi seperti itu aku harus mengelurarkan tenaga dari jam 14.00 - 18.00. Maafkan aku ibu, kamu dulu orangtua yang sangat hebat, dengan kondisi pas - pasan bisa mengatur keuangan dan anak - anakmu tetap bisa makan. Ibu selalu punya cara untuk memenuhi keinginanku sayur santan yaitu memakai kemiri yang harganya murah namun rasanya ya tetap jauh berbeda dengan santan kelapa dan itupun juga dilakukan jarang - jarang karena pengeluaran akan bengkak sehingga sayur yang tetap adalah sayur bening dengan daun - daun memetik sendiri dari kebun belakang.

Sebelum meninggal, bapak pernah berpesan ke aku untuk menanami kebun belakang dengan pisang dan ketela supaya bisa dimakan oleh keluargaku jika diperlukan. Akupun melakukan wasiat bapak itu, sambil menanam ketela aku menangis teringat bapak namun aku harus semangat menjadi kakak teladan buat adik - adikku dan aku tidak boleh membuat dia sengsara mencari uang untuk kebutuhan, biarlah aku yang memikirkan semuanya (sejak kelas 2 MTsN aku sudah diajak ibuku berfikir mengatur uang dan mencari uang untuk kebutuhan makan sehingga membuatku keliatan tua sebelum waktunya serta menjadikan aku pribadi yang diam tertutup dari lingkungan). Setiap pulang ngarit, kebetulan ada kebun pisang yang anak pisangnya sering dibabat karena terlalu banyak dan dibuang, kemudian olehku tak bawa pulang terus tak tanam di kebun belakang dan sampai sekarang pisang itu masih ada dan jika berbuah rimbun bisa untuk makan adik - adikku. Aku sangat senang sekali menanam, aku dulu sering mencari buah timun yang sudah tua karena dibuang oleh pemiliknya kemudian aku menanamnya dan tumbuh sangat baik timunku. Aku juga sering menanam terong untuk kebutuhan makanku dimana bibitnya aku dapat dari tanaman liar di sawah yang aku cabut kemudian aku tanam di kebun belakang rumah. Semua pengalamanku ini sekarang tak tularkan ke adikku sehingga dia nanti juga bisa mandiri seperti aku dulu.

Aku selalu ngarit untuk kambingku diatas 15 ekor sendirian, aku tidak mau ibuku dan adik - adikku sengsara ataupun capek. Aku beli sepeda onthel reot titip Pak Sholihin untuk dibelikan, sepeda itu yang aku pakai selama 5 tahun untuk mengangkut karung rumput. Kalau ban sepeda hamil tanda sudah aus, aku hanya bisa memberikan tali karet pada velg nya (karena tidak punya cukup uang untuk beli ban bekas). Namun karena aku sering melewati rumah Mbak Har (tetanggaku), aku melihat ada ban bekas diatas tumpukan kayunya dan akupun ijin ke Mbaknya untuk meminta itu dan karena kasihan dikasihkan ban bekas tersebut kemudian oleh aku dengan dikerjakan sendiri tak ganti ban sepedaku tersebut (aku dulu tidak pernah ke bengkel untuk servis sepeda ataupun motor, aku belajar tambal ban sendiri, servis sepeda sendiri, servis karburator motor sendiri yang aku dapatkan ilmunya langsung dari Pak Poh Marsam walau bapakku sendiri sebenarnya ahli di bidang tersebut namun aku belum sempat belajar dan ditinggal bapak waktu masih kecil). Kala itu waktu musim hujan, mencari rumput sangat susah di sawah (semua ditanami padi, jadi rumput hanya ada di "galengan" (jalan sempit antara tanaman). Kalau musim hujan aku pasti sangat lama dalam mencari rumput karena saking sulitnya namun aku tidak mengeluh, sedikit demi sedikit rumput aku dapat, berpindah - pindah terus karena mencari area rumput bahkan tidak terasa aku sudah ada di perbatasan sawah desa sebelah (berjalan terus mencari rumput sampai ke sawah desa sebelah). Kalau pulang sekolah hujan, aku pasti diingatkan sama Budhe Pingah dan Mbak Yul tetangga agar hati - hati di sawah karena petir dan benar saja saat hujan pasti ada petir dan aku dengan merunduk kehujanan tetap mencari rumput diantara pepohonan (mencari tempat perlindungan dari petir). Aku hanya berani ngarit di sawah paling pinggir atau dekat parit kalau ada petir dan Alhamdulillah sampai aku bisa menuliskan ini tidak pernah terjadi apa - apa. Di waktu siang di sawah, antara jam 12.00 - 14.00 ular sawah berkeliaran dimana - mana, pas jalan ngarit pasti  bersimpangan dengan ular dan rasanya bagiku sangat giris merinding dengan ular. Saat ngarit ditemani ular sudah biasa, saat ngarit tanpa sengaja membacok ular berbisa hitam yang sedang ganti kulit dan pernah juga menyenggol ular kobra sampai ularnya berdiri tegak melawan. Aku mencoba mencari buku doa - doa untuk dijauhkan dari malapetaka ular dan aku menemukan yaitu "salamun 'alanuhin fil 'alamin (selamat atas bangsa nuh di alam semesta), jadi sebelum masuk area persawahan aku pasti membaca itu dan Alhamdulilah aku tidak pernah digigit ular. Tangan penuh luka bacok sabit sudah biasa (saking ngarit keras, pasti dalam 1 minggu pernah kena bacok), telinga berdenging (tanda mengangkat rumput yang terlalu berlebihan) sudah biasa dan leher kram tidak bisa digerakkan juga hal yang sudah biasa. Tanganku penuh kapalanm lubang - lubang kecil dan berwarna hitam kekuningan pertanda terkena rumput dan tanah (pernah sewaktu kelas 2 MTsN aku ditanya sama Al* Mash*r teman sebangkuku kenapa tanganku seperti ini dan aku menjawab aku sering voli, aku berbohong karena aku tidak mau teman - temanku iba ke aku karena aku tidak pernah jajan di waktu istirahat).

Kelas 2 MTsN aku terbilang sangat pemalu, jadi aku cenderung diam dan malah digodain sama cewek (namun aku menjawab secukupnya saja). Aku buka sekarang alasanku mengapa aku diam itu, yaitu karena aku menjadi pemikir sejak ditinggal Bapak, ibu sering mengajak aku memikirkan masalah keluarga, pengeluaran uang dan masa depan adik - adikku (aku yang masih duduk sekolah saat itu harus berfikir keras menemani masalah bersama Ibuku). Aku merenung terus memikirkan bagaimana bertahan hidup dengan aku yang masih sekolah belum bisa bekerja, ibu tidak bekerja, bapak tidak meninggalkan harta benda dan adik - adikku masih kecil. Di kepala ku seperti mendapat bisikan untuk keluar sekolah dan bekerja serabutan agar bisa membahagiakan adik - adik namun disisi lain pikiranku juga masih jernih menatap masa depan kalau aku bisa sekolah tinggi. Tiap hari aku merenung dan saat itu raut mukaku menunjukkan lebih tua dari teman sebayaku dan itu sampai sekarang (aku keliatan lebih tua dari umurku, terbawa dari masaku dulu). Ibu tidak bisa memberi uang saku aku, jadi selama kelas 2 MTsN aku selalu pegang uang 5 ribu yang tak akan aku jajakan melainkan hanya untuk jaga - jaga kalau ban sepeda bocor (sepedaku adalah hadiah dari bapakku sewaktu beliau masih hidup yaitu jengki warna biru. Teman - temanku sangat ceria di kelas dan aku tidak pernah tertawa satu kalipun kala itu, di waktu istirahat mereka yang laik - laki berbondong - bondong keluar kelas dan beli jajan sedangkan yang perempuan beli jajan kemudian balik lagi ke kelas untuk makan di kelas. Di kelas yang laki - laki hanya aku yang sambil mengerjakan buku LKS sambil belajar pelajan IPA - IPS dan aku sering di godain sama cewek - cewek sambil mereka makan (aku sangat malu sebenarnya, namun kalau aku keluar aku lebih malu lagi karena teman - temanku makan semua dan aku tidak enak kalau hanya diam melihat mereka makan). Teman - temanku tidak tahu kalau aku tidak punya bapak (memang tak rahasiakan karena aku tidak mau dikasihani). Ibuku dirumah tak minta konsentrasi memberi uang saku adikku no 2 saja yang cewek yaitu Hevi yang kalan itu kelas 6 MI, biar dia tidak minder dan tetap semangat sekolah (Hevi dan adikku no 3 yang amsih kecil tidak pernah tahu masalah keuangan keluarga, memang aku dan ibuku yang cukup tahu dan merahasiakan itu semua). Bel berbunyi tanda pulang, aku dengan segera berjalan cepat, mengambil sepeda dan mengayuh sepeda dengan kencang segera pulang ke rumah dan sampai dirumah makan seadanya dengan cepat, wudhu kemudian sholat dhuhur - ganti baju ngarit - mengasah sabit - mencari karung - menggenjot sepeda ke sawah - dapat 1 karung besar pulang - dikasihkan kambing - sholat ashar - ke sawah lagi sampai maghrib (kebiasanku seperti ini terbawa sampai sekarang berjalan cepat, makan cepat, berbicara cepat, mengerjakan sesuatu cepat dan intinya semua tergesa - gesa karena bagiku waktu sangat berharga dan tak boleh hilang, santai belakangan kalau pekerjaan sudah selesai). Pantang berhenti kalau pekerjaan belum selesai dan aku terus kepikiran kalau tanggung jawab belum diselesaikan dan ini prinsipku.

Aku kelas 3 MTsN dan adikku no 2 kelas 1 MTsN, adikku selalu dikasih uang 500 rupiah dan aku tidak, aku selalu ingin membahagiakan adikku no 2 agar selalu berkecukupan seperti teman - teman nya. Adikku memiliki banyak teman dan kebanyakan anak orang mampu jadi pas istirahat selalu jajan banyak. Sewaktu ketika, ada teman nya yang memang hidupnya pas - pasan pinjam uang ke adikku, adikku dengan sopan menjawab tidak punya uang dan uangnya ya hanya cukup untuk jajan 1 hari ini saja namun teman tersebut tetap tidak percaya dan menganggap adikku anak orang mampu (dari penampilan aku dan adikku dulu itu tidak menunjukkan muka anak miskin, karena adikku tinggi, mancung, bersih dan manis). Setipa ngarit aku selalu pakai penutup muka rapat dan lengan panjang sehingga muka dan tanganku tetap kuning (teman - temanku tidak ada yang tahu aku ngarit karena kulit tanganku ku juga bersih kala itu, cuma telapak tangan kapalan dan lubang - lubang kecil). Setaip minggu, libur besar atau libur sekolah aku diajak untuk "manjing" (bekerja serabutan di sawah) untuk menambah uang keluarga dan jika mendesak tidak punya apa - apa maka kambingku jantan dijual untuk kebutuhan hidup.

Sesudah aku lulus kelas 3 SMA, aku dan ibuku sering main ke rumah mbah di Lodoyo Blitar untuk silaturahmi dengan Pak Poh K*tmadi dan Budhe, aku bercerita ingin sekali kuliah namun biaya tidak ada dan Pakpoh, Budhe dan Sepupu menganjurkan aku untuk bekerja sebagai Satpam saja karena wajahku cocok (garang) kata mereka. Dalam hatiku seperti penghinaan ini namun aku juga sadar diri, orang desa hampir 80 % tidak berpendidikan tinggi dan berpikiran bahwa bekerja adalah jalan untuk sukses sedangkan sekolah / pendidikan adalah percuma dan hanya menghabiskan biaya. Dengan tegas aku berkata ke mereka, kalau aku ingin bekerja pakai otak tidak pakai fisik dan mereka mentertawakan tanda mengejek. Aku semakin semangat lagi untuk membuktikan cita - citaku ini dan di kemudian hari pas cap sidik 3 jari hasil UAN aku diberi nasehat sama Bu W*ismaninggalih agar aku untuk daftar beasiwa dan harus meneruskan sekolah. Sampai akhirnya Alhamdulillah aku mendapatkan semua itu dan mengantarkan aku di Surabaya.

Saat kuliah, aku tinggal di asrama beasiswa dan di awal - awal aku harus irit pengeluaran karena untuk berbagai keperluan dan tabungan kalau ingin pulang ke Blitar. Aku makan tiap hari 2x yaitu beli nasi + tempe 1 biji harga 2500 di Keputih Gang 3 Surabaya dan kadang kalau uang seret aku beli mie kiloan yang hanya tak masak dengan irisan cabe, bawang merah dan bawang putih. Bagiku rasanya sudah enak banget (saking anak mahasiswa hidup pas - pasan, pukuk perut kenyang) dan pernah juga teman - temanku merasakan masakanku yang ala kadarnya namun mereka juga bilang enak. Jadi kalau akhir pekan (Sabtu & Minggu) kami se asrama pasti masak - masak dan yang jadi juru masak aku sama mas David. Karena berbulan - bulan makan mie yang tidak bergizi, rambutku jadi rapuh & rontok, kering kepirang - pirangan dan sama teman - teman asrama aku disuruh berhenti makan mie. Di bulan Ramadhan, selama 1 bulan penuh aku bisa save uangku karena tiap buka puasa, aku & teman - temanku berburu ta'jil ke masjid - masjid di sekitar Keputih dan sepulang sholat maghrib pasti masih banyak sisa ta'jil sehingga aku mengambilnya lagi untuk sahur (walau nanti rasanya sudah agak basi namun aku tetap makan). Namun yang paling sering adalah aku tidak sahur, karena buka itu juga tak niati untuk puasa esok harinya.

Pertengahan tahun 2014, Pakpoh Marsam sakit tenggorokan yaitu suaranya hilang dan sering sesak nafas sehingga beliau harus sering di periksakan ke RSUD Mardi Waluyo dan divonis kanker pita suara akibat kebanyakan rokok. Pakpoh Marsam adalah pengganti bapakku, Pakpoh terbaik di hidupku, Pakpoh yang selalu membela aku jika dimusuhi Pakpoh - Pakpohku yang lain, Pakpoh yang semasa aku kecil sangat dermawan mengasih uang ke aku, Pakpoh yang selalu mengajari aku otak - atik mesin motor, Pakpoh yang selalu benerin kerusakan motorku dan membuatkan variasi motorku tanpa dibayar, Pakpoh yang selalu memberi saran ke keluargaku, beliaulah yang membesarkan adikku yatim dan juga beliaulah yang selalu benerin semua kelistrikan dan barang rusak di rumah. Pakpoh adalah orang tercerdas di daerahku bahkan bapakku saja kalah, dia sangat ahli di semua bidang mulai bubut & las, membuat senapan angin, membuat meubel (kursi, pintu & meja), mesin (motor & diesel), tukang bangunan, kelistrikan dan semua keahlian teknik lainnya. Beliau punya bengkel, sehingga saat bengkelnya buka pasti banyak orang yang datang untuk benerin sesuatu disana saking Pakpoh pintarnya menangani semua kerusakan. Jadi sehari, Pakpoh bisa mendapatkan ratusan ribu dari jasa bengkelnya dan sangat dermawan ke semua keponakannya (saat aku kecil selalu dikasih uang bahkan adikku yatim dulu dibesarkan oleh Pakpoh karena Pakpoh orangnya baik). Pakpoh ditinggal istrinya ke Malaysia dan tidak kembali sehingga menjadi single parent dengan anaknya laki - laki yang penganggur yaitu Mas W*dodo (ditinggal ibunya saat masih SD dan sekarang dia berumur 36 tahun). Saat Pakpoh sakit, anaknya tidak mau mengurusi dengan alasan menyalahkan masa lalu Pakpoh yang membuat ibunya tidak kembali ke Indonesia. Akhirnya Pakpoh dirawat oleh keponakanya yaitu Mas Andri, Mbak Sul dan aku. Pakpoh dirujuk ke RS Dr. Soetomo untuk dilakukan tracheotomy (trakea di bor untuk membuat jalan nafas), masalah timbul yaitu Pakpoh tidak punya uang untuk berobat dan aku mengambil alih posisi itu yaitu dengan membiayai pengobatan Pakpoh sebagai balas budiku dulu dan Mbak Sul serta Mas Andri yang merawat di RS (anaknya tidak mau sama sekali merawat).  Biaya operasi pertama sekitar 8 juta aku tanggung sehingga Pakpoh dioperasi dan berlubanglah sekarang lehernya. Pakpoh juga tak daftarkan BPJS 10 bulan 590 ribu sehingga berada di kamar kelas 1 untuk perawatan pasca operasi. Pakpoh sering tak bawa dari Surabaya - Blitar dengan mobilku untuk kontrol dan terkadang juga mencharter mobil tetangga (1 hari = 600 ribu) dan dari semua perjalanan untuk berobat kontrol itu aku yang menanggung yaitu total selam beliau sakit sekitar 5 juta. Untuk biaya berikutnya, Pakpoh harus di Rontgen untuk mengetahui organ dalamnya normal apa tidak sebelum dilakukan operasi pengangkatan sel kanker dan biaya sekitar 7 juta aku juga yang menanggung. Di tengah perjalanan pengobatan Pakpoh ini, anaknya di Blitar telepon bahwa aku tidak boleh menghabiskan uang untuk berobat melebihi bagian tanahnya Pakpoh karena tanah Pakpoh dirumah kata anaknya masih gono - gini. Anaknya menuntut bagian ibunya (gini) sehingga total tanah (25 RU, dimana 1 RU = 14 M2) dipecah dengan rincian anaknya mendapat 10 RU dan Pakpoh 15 RU + bangunan rumah (Naudzubilahimindzalik ada anak seperti itu, dimana ayahnya masih sakit perlu dana dan sudah dirawat keponakannya tanpa dibayar, dia tidak mau mengurus dan malah meminta bagian tanah). Semoga Alloh membalas sesuai apa yang dilakukannya kelak di kemudian hari. Aku juga memberi Pakpoh uang saku agar saat butuh tissue, kapas dan makanan kecil beliau bisa beli yaitu sekitar 3 juta. Aku sangat ikhlas membantu Pakpoh karena jasa - jasanya dahulu namun aku tidak ikhlas jika orang yang seharusnya tanggung jawab (anaknya) mengurus masa tua ayahnya di kemudian hari dialah yang malah memegang warisan (aku sangat membenci dia sampai sekarang). Karena pengobatan itu harus menunggu lama, Pakpoh terkadang tidur di kosku saat aku masih kerja di Gresik, numpang tidur di rumahnya Sh*nta (pacarku) di daerah Masjid Agung dan juga kadang tidur di gubuk mungil ayahnya Mbak Sul di daerah Juanda (beralaskan tikar untuk tidur dan sungguh kasihan hidupnya). Setiap hari keluar lendir kental di slang lehernya dan bahkan pernah berdarah, perjuangan Mbak Sul dan Mas Andri yang terbesar yaitu hampir hari - harinya untuk mencuci slang berisi lendirnya Pakpoh dan aku juga membersihkan saat aku menjaga Pakpoh di RS dan saat beliau tidur di rumah Sh*nta. Saat sakit itu pula aku menghibur Pakpoh dengan mengajak jalan - jalan melihat pemandangan kota dan menyeberangi Jembatan Suramadu bersama Sh*nta dan Pakpoh sangat senang (setidaknya aku pernah membahagiakan beliau sebelum meninggal). Dengan kondisi organ dalamnya yang kurang baik, Pakpoh harus menjalani istirahat dulu dirumah dan dirumah beliau masih sering bermain bersama adikku. Kondisi Pakpoh semakin parah dan waktu itu kebetulan aku mau balik dari Blitar ke Surabaya dan Mbak Sul yang merawatnya dulu juga pulang dari penampungan TKW untuk menjenguk Pakpoh dan benar saja sesudah pamitan dengan aku, Pakpoh meninggal di pangkuan Mbak Sul dan Pakpoh benar - benar tidak mau dirawat anaknya karena saking bencinya. Innalillahi wa inna ilaihi roji'un, semoga Pakpoh mendapat tempat terbaik disisiNya.
============================== TRUE STORY===============================
=====================DEDICTED TO : ANAK & ISTRIKU========================

Kisah Pendidikanku

Diposting oleh On Monday, November 02, 2015

Aku dibesarkan dalam kehangatan keluarga, aku sekolah dasar di MIRN Purwokerto Srengat dan banyak prestasi naik turun yang aku dapatkan dan akhirnya pada puncaknya di 2 tahun terakhir aku menjadi juara 1, UNAS nomor 1 dan menjadi juara 2 olimpiade IPA se Kecamatan Srengat (maklum saja yang rangking 1 kala itu, ibu dan Bu Lek nya mengajar disana dan banyak guru - guru lain rumahnya dekat dengan dia, maklum di desa sistem sungkan masih tinggi) dan sesudah itu aku dibina dengan dikumpulkan bersama 3 para juara untuk mewakili tingkat kabupaten dan kami bertiga berkompetisi lagi dan aku menjadi juara 1. Prestasi lain yang pernah aku alami adalah aku selalu menjadi ketua kelas, ketua upacara, ketua baris 17 Agustusan dan ketua baris obor tingkat kecamatan. Bapakku yang kala itu masih hidup, terus menyemangati aku untuk terus belajar dan berkata akan membiayai sekolah ku sampai tingkat manapun. Aku selalu tercukupi kebutuhan materi seperti buku materi dan buku soal - soal selalu ada untukku karena bapakku selalu menomor satukan pendidikan (jadi sering banget aku ke toko buku untuk melengkapi kebutuhanku). Menginjak ke SMP, bapak dan aku berunding memilih sekolah dimana apakah SMP atau MTsN dan akhirnya bapak memutuskan agar aku sekolah di MTsN dengan harapan besok aku menjadi ahli agama yang bisa mendoakan orang tuanya kelak.
Aku memilih MTsN Kunir untuk sekolahku dan Alhamdulilah 3 tahun berturut - turut aku selau di kelas favorit (tanda kalau kelas favorit di MTsN adalah antara laki - laki dan perempuan satu kelas, karena kelas lain adalah laki - laki saja dan perempuan saja). Aku menunjukkan prestasiku disana dengan rangking 1 sejak kelas 1 sampai kelas 3 dan aku juga menorehkan prestasi disana dengan juara 1 olimpiade MIPA. Aku ditunjuk menjadi anggota tim 11 cerdas (dimana anggotanya adalah 11 siswa pilihan 3 cowok, 8 cewek) yang nantinya tim ini yang akan di ikutkan perlombaan olimpiade disetiap ajangnya. Aku mendapat materi khusus tambahan yaitu jam 06.00 - 07.00 aku diberi materi oleh tutor khusus olimpiade, sehingga jam 5 aku harus sudah berangkat sekolah dan naik sepeda sendirian. Materi yang diajarkan adalah tingkatan lebih tinggi dari kedudukan kelasku saat itu. Pengalamanku saat kelas 1 yaitu aku pernah disuruh maju oleh guru fisikaku Bu Ifa namun aku tidak mau karena aku pemalu dan sering dipanggil Pak Kumis (karena aku masih kelas 1 namun sudah berkumis halus) dan Bu Ifa bilang kamu pintar tapi kuk pemalu (Bu Ifa tanya ke wali kelasku Pak Eko dan Pak Eko meminta Bu Ifa untuk selalu menunjuk aku karena biar aku tidak pemalu lagi), Bu Ifa bilang "Ayo maju mengerjakan soal ini !" dan akupun maju dengan paksakan Bu Ifa dan teman - teman dan aku bisa menyelesaikan itu namun dengan malu - malu. Setiap hari aku hanya dibekali uang saku 500 rupiah dan uang ini tidak pernah aku jajakan karena untuk jaga - jaga kalau ada ban bocor. Sewaktu jam istirahat semua temanku selalu beli makanan dan minuman, akupun selalu diajak namun aku bilang tidak lapar (padahal aku tidak punya uang dan hanya punya uang cadangan 500 rupiah dan itu yang aku simpan untuk jaga - jaga kalau banku bocor) dan aku selalu dikelas sama cewek - cewek yang sedang makan sedangkan teman cowok semua keluar makan diluar dan aku konsentrasi mengerjakan latihan soal IPS dan IPA, jadi aku selalu menghabiskan waktuku untuk membaca dan mengerjakan soal latihan sampai waktu istirahat selesai (jadi kalau ada Buku LKS = buku latihan soal - soal, dalam waktu 3 hari sudah tak kerjakan semua karena itulah kesibukanku saat waktu istirahat). Karena saking seringnya buku tak baca, maka hampir seluruh bukuku lusuh pertanda sering dibuka dan memang benar nilai IPS dan IPA ku selalu tertinggi dikelas. Masalah muncul saat aku sudah lulus dari MTsN dan ingin melanjutkan ke SMA. Rasaku sangat ingin sekolah namun aku kasihan sama ibuku karena tidak punya uang sama sekali (aku tidak mau membebani orang tua karena untuk makan saja susah dan ibu juga tidak bekerja), keinginanku untuk melanjutkan sekolah terdengar guruku Bu Kristina (guru kesenian saat itu) sehingga aku dipanggil menghadap ke beliau dan dikasih nasehat harus meneruskan karena eman - eman ilmunya tidak digunakan, namun aku bilang keluarga saya sangat pas - pasan dan tidak ada lagi biaya hidup, Bu Kristina tetap menyemangati aku agar tetap melanjutkan sekolah dan memberi aku uang 200 ribu untuk membeli formulir pendaftaran SMA dan beliau juga bilang kalau aku bersungguh - sungguh sekolah dan berprestasi nanti di SMA banyak beasiswa. Akhirnya aku membeli formulir dan mendaftar SMA.

Aku diterima di SMAN 1 Srengat dan disana aku minder sekali karena aku tukang ngarit, anak orang tidak punya, dari MTsN (karena mayoritas anak SMP) dan tidak punya uang untuk jajan. Aku ke sekolah SMA (sekitar 8 km) naik motor dengan bergantian sama sepupuku Desi. Setelah bel pulang, aku selalu memacu motorku cepat - cepat pulang karena aku harus ngarit. Kelas 1 SMA waktu itu semester 1, aku punya ambisi besar untuk mengalahkan anak - anak dari SMP (aku ingin buktikan bahwa anak MTsN tidak kalah) dan aku menduduki rangking 2 karena penilaian waktu itu adalah kurikulum KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi dimana guru tidak mengajari tapi cuma memonitor, guru hanya mendengar murid presentasi dan murid yang mencari dan mengolah bahan kemudian di presentasikan), dari sistem KBK ini yang dinilai adalah Kognitif (kecerdasan), Psikomotorik (komunikatif menyampaikan) dan Afektif (sikap dan nilai tata tertib di sekolah). Siswa yang berani tampil dan percaya diri dipastikan memiliki nilai tertinggi di kelas dan karena aku pemalu aku hanya tinggi di Kognitif namun sanagt rendah di Psikomotorik. Aku pernah dibilang sama temanku cewek namanya Hyank*su Ad*ca P*ndiambika F*tista S*ta Ningtyas (itu nama 1 orang lho dari bahasa campuran Sanskerta) "Kamu tidak akan pernah bisa mengalahakan April (juara 1 semester 1) karena dia dulu di SMP dapat rangking paralel" dan aku menjawab "Aku pasti bisa mengalahkannya" dan kata - kata ini selalu tak ceritakan ke temanku Desi dan Rika. Aku sangat rajin belajar dan abgiku belajar menyenangkan karena tahu berbagai ilmu, jadi selesai ngarit biasanya jam 17.00 aku nongkrong di depan rumahku sambil melihat jalan dan belajar (dan ini caraku belajar harus ada pemandangan yang dilihat atau ditemani musik keras contohnya waktu itu lagunya Dewa 19, pernah juga aku belajar sambil menunggu layang - layangku serta pernah juga belajar sambil menggembala kambingku di kebun belakang) dan sesudah Sholat Maghrib aku tidur walau dirumahku banyak temanku yang ingin ngobrol dengan adik cewekku (dia cantik makanya banyak cowok datang kerumahku sambil main gitar, main kartu atau cuma nongkrong - nongkrong saja). Walau dirumahku ramai, terkadang kalau aku tidak tidur aku tetap bisa belajar karena aku bisa belajar kalau ada suara - suara namun jika aku capek maka aku langsung pamitan tidur ke teman - teman. Aku selalu terbangun otomatis setiap jam 02.00 dan aku selalu Sholat Isya', membaca Al - Qur'an, Sholat Tahajjud kemudian belajar. Belajar di pagi itu sangat masuk di pikiranku karena selesai tidur pikiran tenang dan capekku dari ngarit sudah hilang. Ini aku lakukan sejak kelas 1 SMA - 3 SMA. Kalau aku tidak tidur sesudah Maghrib, banyak teman datang kerumahku seperti Desi, Rika, Joko dan Bayu. Mereka minta diajari cara mudah memahami dan mengerjakan soal di sekolah, mereka menyiapkan buku lengkap dan ini sangat menguntungkan aku karena aku yang tidak kuat beli buku telah dipinjami dan disiapkan oleh mereka.

Semester 2 aku membuktikan bahwa aku yakin juara 1 akan bisa aku raih, aku berusaha keras dan pengalamnaku yang terinagt sampai sekarang adalah saat pelajaran Bahasa Indonesia yang diajar oleh Bu Binti, Bu Binti sangat kagum dengan aku karena aku punya banyak pengetahuan tentang biografi tokoh - tokoh dan sampai kemudian hari aku diminta Bu Binti untuk cerita biografi penemu mesin fotokopi (karena semua teman - temanku tidak ada yang bisa menjelaskan tokoh biografi karena saat itu tema pelajaran adalah tokoh biografi dan hanya aku yang tahu sehingga Bu Binti menunjuk langsung ke saya). Saat aku menjelaskan ke semua teman - temanku, semua terdiam mendengarkan dan salut dengan penjelasanku. Bu Binti tanya ke aku ingin jadi apa dan aku menjawab ingin jadi Dokter namun Bu Binti bilang kamu akan jadi Insinyur dan sekolah di Surabaya (ternyata perkataannya benar dan sekarang aku menjadi seperti apa yang dikatakan Bu Binti itu). Nilai psikomotorikku Bahasa Indonesia menjadi naik dan aku sekarang menjadi pemimpin nilai sementara di setengah mata pelajaran saat itu. Saat pelajaran Biologi, selesai ujian pasti diperingkat seluruh siswa kelas 1 SMA dan akupun menjadi nomor 1 untuk nilai ini begitu juga IPS aku selalu menjadi yang nomor 1 (karena pelajaran hafalan aku selalu menjadi yang nomor satu).  Saat presentasi Biologi, saat itu aku berkelompok dengan Hyank*su dan saat sesi tanya jawab karena dia sangat percaya diri, dia yang menajdi juru bicara dan aku menjadi penemu jawaban dan ide. Waktu itu, timku Biologi mendapatkan snack coklat terbanyak karena bisa menyelesaikan soal paling banyak (jadi antar tim diadu, dikasih soal dan diminta untuk menyelesaikan) karena timku lengkap untuk bertanding. Trik yang aku coba saat itu adalah untuk Biologi aku selalu mencatat materi dari merangkum 3 buku (Erlangga. Yudistira, Sunda Kelapa) dari Perpustakaan karena aku tidak punya uang untuk beli, jadi kalau tidak fotokopi diperkecil bolak - balik, aku meminjam di Perpustakaan dan menulisnya di buku tulis sebagai kitab ampuh (rangkumanku sampai sekarang masih ada dan terbukti sangat berguna saat aku ikut olimpiade dan les privat saat kuliah). Pengalaman lain yaitu aku pernah dijegal oleh Hyank*su (dia termasuk dalam 5 besar sehingga persaingan nilai sangat ketat) saat akan ujian Sejarah, 2 hari sebelum ujian dia pinjam catatan Sejarahku dan aku meminjaminya karena dia berjanji akan mengembalikan besok, namun setelah tak tanya - tanya katanya bukunya selalu tertingal di rumah sehingga akupun marah karena deadline belajar sudah mepet. Aku mencari cara lain yaitu memfotokopi materi dan belajar lewat itu dan terbukti Alhamdulillah aku tetap menjadi yang terbaik. Waktu pelajaran kimia lewat penjelasan bu guru Kimia Bu Nur aku memang tidak bisa, karena aku tipe visual yaitu aku paham jika aku membaca dan menghayati sendiri bukan auditori yang dijelaskan langsung paham (karena hampir semua mata pelajaran aku selalu mempunyai metode sendiri untuk belajar yaitu dengan mereview ulang di rumah dengan caraku sendiri). Suatu ketika pelajaran Kimia, aku selalu mendapat nilai diatas 90 dan sering 100. Bu Nur tidak yakin dengan nilaiku (paling melihat dari wajahku yang tidak meyakinkan dan sering banget saat dijelaskan olehnya aku juga tidak bisa menjawab), akhirnya setiap selesai nilai ujian dibagikan, aku selalu di tes lisan ke depan untuk mengerjakan dan Alhamdulillah aku bisa mengerjakan namun anehnya mengapa yang lain dapat nilai bagus tidak dicurigai???. Waktu itu pelajaran Kimia tentang peleburan zat, aku ditanya dan tidak bisa menjawab akhirnya aku dihukum berdiri di depan kelas sampai aku bisa menjawab dan setelah lama berdiri ada teman membantu menjawabkan dan aku boleh duduk namun saat aku ujian tentang bab tersebut aku mendapat nilai 100 (Bu Nur tambah bingung lagi, dulu awal - awal ditanya tidak bisa menjawab sama sekali tapi ujian nilai 100 dan di kertas buram hitungan lengkap ada data perhitungan dan tidak terbukti mencontek). Metode yang aku terapkan adalah aku belajar sendiri sesudah materi diterangkan guru, jadi aku tidak belajar mendahului guru atau materi yang akan dipelajari (karena aku capek ngarit dan banyak waktu terpotong sehingga lambat untuk mengejar materi yang akan dibahas walau instruksi Bu Guru harus belajar supaya saat dijelaskan Guru langsung nyambung), namun setelah penjelasan Guru itu, aku mencoba dengan caraku sendiri belajar bagaimana metode lebih ringkas untuk menyelesaikan soal itu makanya saat di awal aku pasti tidak bisa namun di akhir aku bisa mengerjakan. Bu Nur pasrah dengan keanehanku dan di puncaknya diberi PR menghafal Tabel Periodik dan disuruh maju satu per satu siswa dan akupun lengkap mendapat nilai 100, sesudah itu aku tidak lagi dicurigai sebagai orang yang bodoh dan Bu Nur menjadi kenal betul dengan aku sampai kelas 3. Aku lemah di hitung - hitungan, namun aku tidak menyerah aku selalu meningkatkan kemampuan belajar Matematika dan Fisika walau saat ujian untuk kedua mata pelajaran ini aku tidak menjadi nomor satu namun aku tetap dapat nilai yang baik. Akumulasi dari semua ujian akhirnya membawa aku menjadi rangking 1 di kelas itu dan mematahkan perkataan temanku itu (Hyank*su) dan membuktikan bahwa siswa MTsN tidak kalah dengan siswa SMP. Sewaktu pengambilan rapot, wali kelasku Bu Yayuk memanggil ibuku maju untuk mengambil rapot (pengambilan rapot dimulai dari yang rangking bawah ke rangking atas), ibuku dipanggil paling akhir yang menandakan aku rangking puncak di kelas itu dan ibu mendapat hadiah buku dan dapat pesan untuk menjaga agar aku terus meningkatkan belajar. Ibuku bangga bisa berdiri di depan orang banyak padahal wali murid yang datang waktu itu kebanyakan adalah orang berseragam PNS dan orang berada namun ibuku dengan keadaan pas - pasan dan orang miskin bisa bahagia dengan keadaan saat itu. Kejadian lain di pertengahan semester 2 adalah waktu itu hari Sabtu adalah hari latihan upacara Senin untuk giliran kelasku, namun semua cowok di kelasku diprovokatori oleh Chandra untuk tidak boleh latihan dan pulang saja dan aku ikut - ikutan pulang. Hari Senin, akhirnya petugas upacara tetap untuk kelas sebelumku (Kelas F) karena kelasku (Kelas G) tidak latihan. Waktu aku sedang ada kelas di Laboratorium Komputer, tiba - tiba namaku dan Bayu dipanggil untuk manghadap ke WaKaSek Pak Soetomo (bagian kedisplinan), dengan semangat aku bilang ke Bayu bahwa kita akan diikutkan Olimpiade Biologi (dapat rumor bahwa olimpiade akan dilaksanakan sebentar lagi) karena kebetulan kita berdua mempunyai nilai bagus terus di pelajaran itu. Setelah kami menghadap Pak Soetomo, suasana tegang kami hadapi dan Pak Soetomo langsung menunjuk aku dan ini percakapannya :
      Pak Soetomo : kemarin kamu ajak kemana teman - temanmu sampai semua tidak latihan upacara?
      Aku : saya tidak tahu Pak dan saya pulang karena membantu orang tua di sawah sambil ngarit
      Pak Soetomo : aku tidak percaya, wajah seperti kamu ini mau ke sawah, coba liat tanganmu!
     Aku : (aku tunjukkan tanganku yang penuh dengan lubang - lubang kecil pertanda sering terkena tanah kotor dan tanganku kotor akibat sering ngarit serta banyak kapalan)
     Pak Soetomo : (terdiam dan memandang aku penuh amarah) kamu ini pasti pemabuk dan perokok
    Aku : (sambil cengengesan karena aku tidak mau tegang) saya tidak pernah mabuk dan merokok pak
Tiba - tiba aku disepak keras di kakiku karena aku cengengesan dan aku disuruh kembali. Dalam hatiku aku ingin balas dendam dengan membuktikan bahwa aku tidak sebodoh dan se - nakal seperti apa yang dia katakan dan benar saja waktu itu di sekolahku sewaktu habis upacara ada kegiatan rutin membagikan hadiah ke juara kelas didepan umum dan kebetulan aku waktu itu juara 1 dan yang menyalami dan membagikan hadiah adalah Pak Soetomo (dia menatap aku dengan serius dan aku mikir paling dia tidak percaya bahwa aku tidak seperti yang dia kira). Akhirnya aku menang bisa membuktikan ke orang yang telah menilai aku dari fisik saja tanpa melihat aku lebih dalam, Alhamdulillah berkat pertolongan Alloh dan usaha kerasku membuahkan hasil seperti ini. Kecewaku kelas 1 SMA adalah aku tidak terpilih menjadi kandidat perwakilan olimpiade namun yang mewakili adalah H*ris (beda kelas dengan aku, dia di SMP pintar dan dapat rangking paralel terus dan anak mantan guru Bahasa Indonesia di SMA ku), jadi mungkin Para Guru memilih H*ris dengan pertimbangan dia pintar sekaligus guru - guru sungkan ke Bapaknya dan aku tidak menonjol sama sekali karena pendiam dan pemalu namun aku membuktikan dengan hasil yaitu selalu nomor 1 peringkat Biologi se siswa kelas 1 SMA. 

Menginjak kelas 2 SMA aku diterima di jurusan IPA, aku berkumpul dengan para juara kelas dari masing - masing kelas 1. Disini kompetisi dimulai, semua teman - temanku sangat percaya diri sehingga kebanyakan nilai pendongkraknya adalah aspek Psikomotorik dan akupun tetap bagus di Kognitif dan selalu jatuh di Psikomotorik. Bahasa Inggris aku diajar sama Pak Hamdani dan kebetulan aku dari MTsN (diutamakan Bahasa Arab dan meminimalisir Bahasa Inggris) aku mulai belajar dari nol dimana teman - temanku yang dari SMP sudah bisa bicara Bahasa Inggris aku masih belajar tata bahasa dan tenses. Aku sering ditertawakan oleh Pak Hamdani dan teman - temanku karena programnya yang sering adalah maju ke depan kelas untuk bicara Bahasa Inggris dan aku pernah dihukum berdiri didepan lama karena aku tidak bisa bicara Inggris sama sekali. Kejadian lain yaitu pernah sewaktu ujian tulis Bahasa Inggris aku mendapat nilai 85 (cukup bagus untuk aku karena aku sering mendapat nilai dibawah 70), kebetulan anak pintar Bahasa Inggris itu satu bangku dengan aku dan namanya sama dengan aku (dia selalu mendapat niali sempurna diatas 90). Pak Hamdani menyindir dengan Bahasa Inggris dengan inti apakah ini benar - benar jawaban dari Feri (karena teman sebangkuku adalah yang paling bagus, dia mikir aku mencontoh kerjaannya) padahal aku mengerjakan sendiri dan tidak pernah mencontoh untuk semua mata pelajaran (mencotoh bagiku adalah kalah dan mengakui kecerdasan teman, bagiku itu tidak boleh terjadi). Rasa dendamku muncul dan aku ingin menunjukkan bahwa aku tidak sebodoh yang dia pikirkan dan aku berdoa dan berusaha agar Pak Hamdani melihat prestasiku di bidang lain di lain waktu. Kompetisi Olimpiode Sains tingkat Kabupaten akan diadakan lagi, dulu pas aku kelas 1 tidak dicalonkan dan sekarang aku mulai diikutkan ke ajang bergengsi itu untuk menunjukkan kemampuan di bidang nya masing - masing dan kandidat Biologi adalah H*ris (kelas 1 SMA dia juara 2 se kabupaten Blitar), aku dan P*pit. Program pembelajaran untuk kandidat Olimpiade ditambah yaitu jam 06.00 aku sudah harus di sekolah untuk menerima materi Biologi persiapan lomba yang diajar khusus oleh tutor, aku sosok pendiam dan hanya mendengarkan penjelasan tutor tanpa ada reaksi apapun sedangkan Haris karena tahun lalu dia juara dia sering ditanyai sama tutornya begitu juga Pipit dia aktif juga bertanya dan merespon apa yang dikatakan tutor namun tidak untuk aku (jadi aku seperti tidak dianggap karena tidak pernah ditanyai satu kalipun). Dalam diriku malah tambah semangat lagi untuk membuktikan bahwa aku ingin menjadi terbaik diantara yang terbaik. Kami semua dari perwakilan semua bidang Olimpiade dikirim ke SMAN 1 Garum, disana kami lomba dan kurang lebih 1 bulan hasil babak penyisihan terlihat dan Alhamdulillah aku menjadi juara 1 Olimpiade Biologi se - Kabupaten Blitar mengalahkan juara tahun lalu H*ris yang sekarang dia juara 2 dibawahku dan pipit juara 3 (jadi SMA ku memborong seluruh Juara biologi Kabupaten). Alhamdulillah aku bisa membuktikan ke tutorku bahwa aku bisa menjadi yang terbaik. Sewaktu pelajaran Bahasa Inggris, ada kertas datang dari Guru BP / BK dan diserahkan ke Pak Hamdani dan dia membacakan namaku keras dan aku berdiri namun Pak Hamdani tidak percaya karena nama anak emasnya yang pintar Bahasa Inggris sama dengan aku, namun teman - temanku menunjuk aku yang namanya tadi dibacakan (Pak Hamdani tetap mengulang - ngulang namanya dan tidak percaya aku yang dimaksud itu). Seketika Pak Hamdani terkejut dan memberi selamat ke aku bahwa aku Juara 1 Biologi se - Kabupaten Blitar dan harus menghadap ke BP / BK (sampai akhirnya Pak Hamdani tidak memandang aku sebelah mata lagi untuk menerima penghargaan. Akupun terbukti bisa membalas dendam untuk menunjukkan prestasiku dan Alloh memang selalu disampingku, menemani setiap perjuangan kerasku. Minggu berikutnya waktu itu pelajaran BP / BK dan sewaktu guru menjelaskan aku sering menunduk karena badanku panas dan terlihat oleh guru tersebut dan aku dipanggil ke depan dan dibentak "Kamu ini niat sekolah apa tidak, wajahmu ini tidak mencerminkan serius belajar" dan aku menjawab "Saya lagi sakit panas bu, maaf jadi berat banget membawa kepala ini". Kemudian aku disuruh menghadap ke kantor dan diberi pinalti sangsi poin. Aku diceramahi macam - macam disana dan tidak percaya aku sakit (dia melihat tampangku, memang wajahku seperti preman namun aku yakin bisa menunjukkan prestasi diluar tampang wajahku). Para juara Olimpiade Sains dipanggil untuk menghadap ke BP / BK untuk mendapat hadiah dari Dinas Kabupaten Blitar, satu per satu dari kita tanda tangan untuk menerima hadiah itu dan betapa kagetnya Bu Guru BP yang mengejek aku kala itu sekarang menyaksikan aku bisa meraih Juara 1 Biologi (dia memandang aku dengan penuh ketidakpercayaan dan keliatan sok karena aku kan yang dihukum kemarin karena dia kira aku tidak niat sekolah). Para Juara 1 dari semua bidang keilmuan yang manjadi wakil Kabupaten Blitar bersaing ke tingkat Olimpiade Provinsi diberangkatkan ke Asrama Haji Sukolilo untuk dipertemukan dengan para juara 1 se - Jawa Timur, disana aku dibina selama 5 hari oleh tutor dari UNAIR, ITS dan tim Olimpiade. Kala itu aku mendapat uang banyak dari Dinas Kabupaten mendapat 750 ribu, sekolah SMA 400 ribu, Dinas Jawa Timur 1 juta dan Dinas Kota 500 ribu (betapa bahagianya aku yang tidak punya uang mendapat sebegitu banyak uang untuk biaya sekolahku). Setelah 5 hari di asrama, maka Juara 2 sampai 4 di tingkat Kabupaten didatangkan ke Surabaya dan disana kami semua bertarung untuk lolos ke tingkat Nasional. Kejadian serupa adalah saat pelajaran itu adalah di Laboratorium Bahasa Inggris, materi rutin adalah dialog Inggris dan aku pasti yang paling tidak bisa diantara teman - temanku dan menjadi terkenal karena kebodohanku oleh tutor Bu Binti Masruhatin, namun kadang kala Bu Binti tidak memberi materi dialog namun kuis dan masa itu ada kuis terkenal namanya Who Wants to be a Millionaire dan game yang dimainkan oleh Bu Binti adalah setiap deret harus diwakili oleh 1 siswa dan ada 5 deret sehingga ada 5 siswa yang dianggap paling pintar yang ditunjuk oleh teman - temannya untuk menyelesaikan kuis. Di game itu, Bu Binti betapa terkejutnya bahwa aku bisa mencapai level aman kedua dari game itu yaitu 32 juta rupiah (aku terpilih oleh teman - teman karena nilai pengetahuan umumku bagus) sedangkan teman - temanku yang lain hanya berhenti di 8 juta saja (aku bisa menjawab karena aku dari dulu suka IPS dan IPA, jadi sangat senang membaca sejarah sehingga saat soal keluar sejarah walau dalam Bahasa Inggris Alhamdulillah aku bisa menjawab dengan tepat) dan sesudah itu timku mendapat hadiah roti dari Bu Guru. Game ini juga diaplikasikan ke 10 kelas lainnya dan sama Bu Binti namaku selalu disebut - sebut yang paling tinggi mencapai level kuis dan akhirnya saat materi Inggris berjalan lagi, Bu Binti sangat mengenal aku betul dan aku sekarang tidak ditertawakan dan tidak dianggap enteng lagi (karena orang itu bisa lemah di satu sisi namun ingat dia punya potensi besar di bidang lain). Akhirnya seluruh dendam - dendamku sudah terbalas semua dan berkat usaha keras serta bantuan Alloh aku bisa menunjukkan ke mereka - mereka bahwa liatlah orang secara keseluruhan jangan sepintas semata.

Kelas 3 SMA aku masuk ke kelas favorit lagi dan kebanyakan temanku juga tetap karena memang di kelas 2 itu juga kelas favorit. Di kelas ini aku tidak punya banyak cerita karena aku alami dengan standard saja namun hampir semua guru mulai Matematika, Kimia, Biologi, Fisika mengenal aku semua karena lewat prestasiku di kelas 2 waktu itu. Diakhir masaku di SMA, aku memutuskan untuk mendaftar beasiswa yaitu Beast*di Et*s dengan syarat semua berkasku dikirim ke Surabaya via pos meliputi riwayat hidup, raport, piagam penghargaan dan surat rekomendasi dari ta'mir masjid yang menyatakan aku anak rajin beribadah. Akhirnya berkas pendaftaran sudah diterima (kebetulan ada senior Mas Khoirul yang sudah keterima di sana dengan jurusan T*knik K*mia ITS, jadi kami dihubunginya via telepon) sesudah berkas diterima oleh beasiswa maka diseleksilah dan aku bersama teman - temanku melenjutkan ke tahap berikutnya yaitu wawancara yang mengharuskan aku pergi ke Surabaya menghadap tim panitia. Kami berlima naik kereta ke Surabaya dan di Surabaya kami sudah dijemput sama Mas Khoirul, kami menginap di Asrama Beasiswa dan esoknya kami tes interview yang bertujuan untuk menggali potensi yang ada pada diri pendaftar beasiswa dan juga untuk mencari niat serta semangat meneruskan pendidikan. Sesudah interview tim panitia mengadakan Home Visit untuk mengetahui langsung kondisi rumah dan ekonomi peserta, mereka memfoto seluruh ruangan dan menginterview orangtuaku. Hasil akhir dari Interview dan Home Visit ini sekitar 2 - 3 bulan dan Alhamdulillah dari kelima temanku, yang lolos cuma 3 orang saja dan dari keputusan ini pihak beasiswa mensyaratkan 1 tahap lagi agar kami bisa mendapat beasiswa yaitu ikut tes SNMPTN dengan kampus dan jurusan yang direkomendasikan. Beasiswa ini mengambil kandidat se - Indonesia mulai dari Padang (Univ. Andalas), JaBar (UI, ITB, IPB, UNPAD), JaTeng (UGM, UNDIP), JaTim (UNAIR, ITS, UB), SulSel (UNHAS) dan untuk jurusan yang dibolehkan pun harus jurusan yang direkomendasikan oleh beasiswa dimana grade dan persaingan untuk masuk sangat tinggi yaitu A. Tes SNMPTN masih lama dan Guru BP menganjurkan untuk ikut PMDK dulu yaitu aku ikut PMDK  jurusan Ilmu Gizi di UB (karena aku ingin di bidang kesehatan karena aku suka Biologi dan Kimia) dan akhirnya aku tidak diterima. Aku sering banget ikut Try Out di bimbel ternama seperti SSC, Primagama dan GO untuk mengetes standar nilaiku sebelum ujian masuk SNMPTN. Waktu itu ada kabar bahwa Primagama akan mengadakan pendaftaran bersama SNMPTN ke Malang dan karena aku tidak tahu Malang maka aku ikut rombongan itu dengan membayar 15 ribu saja dan kamipun bareng - bareng naik bus k Malang. Di tempat pengembalian formulir aku bingung mau memilih jurusan apa karena aku ingin Pendidikan Dokter, namun kata Guru BP sangat tinggi gradenya dan biaya sangat mahal, Aku ingin pilih Teknik Mesin tapi dalam hati ingin belajar proses industri sehingga dalam benakku Teknik Industri yang cocok (padahal ternyata yang mempelajari proses industri bukan Teknik Industri melainkan Teknik Kimia dan Teknik Indutri belajar tentang manajemen di sebuah perindustrian). Sesudah berhadapan dengan panitia SNMPTN pikiranku langsung berubah pilihan 1 yaitu Pendidikan Dokter dan Pilihan 2 Teknik Kimia (tidak tahu dari mana tiba - tiba pilih itu dan hanya mengandalkan insting saja bahwa Teknik Kimia pasti masih berhubungan dengan obat dan kesehatan) namun ternyata di pilihanku yang salah itu yaitu Teknik Kimia malah mengantarkan aku seperti yang aku cita - citakan yaitu ingin  belajar proses industri (sunggh Alloh telah memberikan petunjuk kepadaku).

Sesudah sekitar 1 bulan, aku berangkat ke Malang untuk tes SNMPTN naik Kereta Ekonomi Penataran dengan biaya 5 ribu rupiah dan di tasku hanya dibekali air mineral kecil dan Mie Sedap Goreng 7 buah serta aku cuma membawa buku catatanku yang dulu aku rangkum (metodeku belajar persiapan SNMPTN adalah aku membeli di loak kumpulan soal - soal SNMPTN mulai tahun 1997 - 2007 yang ada pembahasannya yang mana itu aku jadikan kunci setelah aku mengerjakan). Sesuatu yang tak rasa sebagai hal baru dan aku tidak bisa mengerjakan tak tulis sehingga di akhir waktu aku memiliki buku yang mana berisi soal - soal yang sulit saja serta buku materi lain yang sudah aku rangkum mulai kelas 1 - 3 SMA dengan mengacu ke 3 sumber penerbit Erlangga, Yudistira dan Sunda Kelapa karena ketiganya saling melengkapi). Aku turun di Stasiun Malang Kota Baru dan berjalan naik Lyn menuju ke tempat tes yaitu Kampus UIN Malang. Di pertigaan yang agak jauh dari kampus aku diturunkan karena Lyn tidak melewati sana dan aku berjalan saja sekitar 2 km karena untuk irit biaya (aku cuma berbekal 12 ribu saja untuk 2 hari tes SNMPTN). Setiba di UIN aku mencari lokasi tes dan setelah mencari agak lama karena besarnya kampus, aku menemukan tempatnya dan disana aku berdoa menggantungkan diri ke Alloh bahwa tempat inilah pertarunganku untuk merubah hidupku kelak. Setelah aku berdoa di tempat itu, aku menuju ke masjid untuk Sholat Ashar dan sesudah sholat aku mulai lapar, kemudian secara diam - diam aku mencari mie ku di tas dan memakan sedikit demi sedikit untuk mengganjal perut (aku tidak berani menjajakan uangku karena takut tidak bisa pulang nanti). Kemudian aku Sholat Maghrib dan Isya', sesudah itu aku duduk di serambi masjid UIN, semakin lama suasana di masjid sepi dan udara di luar masjid sangat dingin dan aku pindah kedalam masjid (masjid dikelilingi dinding kaca jadi hangat) dan tidur didalamnya (aku tidak ngekost seperti teman - temanku karena 1 malam biayanya 10 ribu dan aku tidak memiliki uang cukup untuk itu). Sekitar jam 02.30 banyak mahasiswa UIN yang Sholat Tahajjud dan mereka kaget lalu menghampiriku pas aku masih dalam keadaan tertidur. Dia bilang "Dik, kamu mau ngapain kuk tidur disini?" dan aku menjawab "Aku mau tes SNMPTN mas", dia bilang lagi "Kamu sendirian ta?" dan aku menjawab "Teman - temanku kos di depan mas dan aku tidak punya uang cukup untuk membayar kos". Kemudian mas mahasiswa tersebut menyuruh aku untuk tidur di asramanya dan aku sebenarnya tidak mau namun dipaksa sama mas itu (sungguh sangat baik mahasiswa disana). Di kamar asrama, bentuknya bertingkat - tingkat dan disana terjadi banyak dialog Bahasa Arab antar sesama penghuni kamar (mungkin program belajar dari kampus yang mengharuskan mahasiswa bisa berbahasa Arab). Kemudian Shubuh aku mandi di masjid dan sesudah itu tes ujian pertama SNMPTN dimulai dengan materi TPA dan IPA Dasar. Setelah tes pertama selesai, temanku mengumpul di serambi masjid untuk membahas jawaban tes tadi bersama - sama dan kemudian mereka balik ke kos, ada satu temanku yaitu Gusti mengajak aku makan di kantin kampus namun aku bilang tidak lapar (sebenarnya lapar namun tidak punya uang) dan aku hanya menemaninya, disana karena air minum gratis pas kebetulan Gusti makan aku diam - diam memakai wadah bekas air minumku dan mengisikan dengan air minum dari kantin (lumayan kebutuhan air minum terpenuhi dan tidak mengeluarkan uang untuk beli). Siang dan sore tanganku masuk ke tas untuk mengambil sedikit demi sedikit mie sedap ku untuk dimakan. Di malamnya aku tidur di serambi masjid yang dingin (takut didalam masjid katahuan mas mahasiswa lagi karena sungkan kemarin malam sudah dibantu) dan jam 3 aku mandi di masjid kemudian Sholat Tahajjud. Tes kedua SNMPTN dimulai dengan materi Tes Kemampuan IPA, badanku sedikit meriang, perut mual dan kembung masuk angin (karena perut tidak terisi nasi dan tidur beralaskan marmer masjid yang dingin). Namun dalam diriku terbakar semangat untuk terus berjuang agar roda kehidupanku kelak berubah.

Tes kedua SNMPTN telah selesai, teman - temanku berkumpul di serambi dan tiba - tiba ada 2 temanku cewek (Desi dan J*uharin) memberi aku 1 bungkus makanan dan 1 botol minuman dan dia bilang ini ada sisa dari beli makanan tadi (aku bingung padahal aku makan mie tidak ada yang tahu karena tak taruh dalam tas, namun tiba - tiba ada teman iba, apakah ini murni pertolongan Alloh karena saat itu aku memang sangat lapar karena 2 hari tidak makan nasi). Teman - teman  merencanakan naik kereta ke Blitar dengan naik Kereta Bisnis Matarmaja (jam 15.00) karena lebih cepat tapi harga mahal sekitar 12 ribu dan Kereta Ekonomi Rapih Dhoho (jam 17.00) agak lama tapi murah. Aku menolak ajakan teman - teman dengan tetap memilih Kereta Ekonomi (menolak halus karena memang uangku nanti tidak cukup untuk naik kereta dan naik angkot). Kurang 1 jam keberangkatan Matarmaja, tiba - tiba mbaknya Dianita (temanku SMA) bicara ke aku "Fer, kamu pulang naik apa?" dan aku menjawab "Naik Rapih Dhoho saja mbak". Mbaknya bilang lagi "Gini ya, aku minta tolong, temani adikku Dianita sampai Blitar karena aku kebetulan repot, kamu tak belikan tiket Matarmaja". Aku mengiyakan saja permintaan mbaknya dan Alhamdulillah Alloh telah meringankan bebanku sehingga uangku yang cuma 12 ribu dalam 2 hari bisa saya bawa pulang lagi untuk naik bus dari Stasiun Blitar ke Srengat.

Setelah menunggu sekitar 3 bulan, hasil pengumuman tes SNMPTN diumumkan, waktu itu jam 19.00 aku ke warnet Srengat dengan Mas Sepupu Widodo dan temanku Udin. Aku melihat di internet dan aku keterima di Teknik Kimia ITS, aku bersyukur banget bisa keterima disana dan aku langsung sujud syukur. Keesokan harinya, aku konfirmasi ke beasiswa bahwa Nomor SNMPTN ku telah lolos jurusan Teknik Kimia ITS dan sms ini di respon pihak beasiswa untuk dikirimkan ke panitia pusat Bogor. Dari semua peserta beasiswa yang lolos interview dan kemudian lolos SNMPTN semua dikumpulkan ke panitia pusat Bogor untuk di peringkat lagi dan diambil se Indonesia 134 orang dan Alhamdulilah aku masuk diantara pilihan itu dan ditempatkan di asrama beasiswa Keputih Sukolilo Surabaya bersama 17 peserta lainnya. Aku sangat beruntung sekali bisa mendapat beasiswa itu dan sesudah jadwal di ITS sudah ada, aku harus daftar ulang ke Surabaya dan pihak beasiswa menyarankan aku harus daftar ulang memakai uang sendiri dulu baru kwitansi pembayaran nanti diserahkan beasiswa untuk di ganti uangnya. Aku bingung sekali dengan kondisi ini, karena uang daftar ulang 5,7 juta sangatlah mahal bagi aku dan keluargaku tidak punya uang sama sekali. Aku berencana tidak mengambil kuliah itu karena pasrah tidak ada yang mau menghutangi (keluarga semua menghindar karena takut dihutangi) dan pikiranku ini terdengar Bu W*smaninggalih Guru Biologiku SMA (Bu Naning (panggilannya) yang kebetulan mengurus keuangan sekolah bilang kalau keterima namun tidak diambil, besok berimbas ke adik kelas yaitu tidak bisa masuk lagi di kampus itu karena telah di Blacklist dan kebetulan katanya aku pintar, jadi kalau di kampus itu aku berprestasi maka imbasnya nanti generasi di bawahku bisa mudah masuk ke kampus itu lewat jalur beasiswa). Aku dikasih uang 3,5 juta untuk biaya daftar ulang dan untuk menggenapi itu aku harus mikir sendiri, aku diarahkan oleh Bu Napik istri Pak Agus (guru fisikaku MTsN) untuk menghadap adiknya yang pengalaman sewaktu kuliah. Aku menghadap kesana dan diberi nasehat agar mengambil jurusan itu karena eman pilihan bagus kuk tidak diambil namun Mbak ini tidak menyelesaikan masalah keuangan. Tiba - tiba di suatu hari ada Mas Sepupuku Kang Abidin (kader PKS) mau mengusahakan meminjami kekurangan uang itu dengan meminjamkan uang ke kas partai dan nanti kalau sudah diganti oleh beasiwa aku wajib mengganti. Sungguh perjuanganku membuahkan hasil dan Alloh telah membantu semuanya ini. Setelah mendapat uang lengkap dan kebetulan itu hari terakhir daftar ulang yaitu hari Sabtu akupun mendaftar dan mendapat nomor induk perguruan : 23 08 100 019 kemudian saat sudah masuk Masa Orientasi Siswa (MOS) nomerku berubah menjadi 23 08 100 036.

Masa awal MOS Alhamdulillah aku sangat beruntung dimana yang lain masih mencari bahkan bertempat di kos, aku sudah punya keluarga besar yaitu keluarga B*astudi Et*s yang bertempat satu asrama ( di asrama ada 3 generasi angkatan berbeda). Jadi walau aku jauh dari orang tua dan saudara, di Surabaya aku serasa memiliki saudara dekat karena saking akrabnya dan 3 hari pertama aku di Surabaya aku masih menangis kangen dengan keluarga di Blitar namun lambat laun aku menjadi kuat karena tekadku untuk merubah roda kehidupan. Kehidupan MOS sangat berat di ITS, aku berangkat 06.00 dan pulang jam 00.00 karena banyak kegiatan MOS dari senior). Beasiwaku memberi uang saku per bulan 350 ribu, asrama gratis, pembinan rutin mulai jam 04.00 - 06.00 (Senin (tajwid), Selasa (kajian kitab), Rabu (Bahasa Arab), Kamis (bedah buku), Jumat (Bahasa Inggris), Sabtu (olahraga)). Pengisi dari kajian itu adalah bergiliran seluruh penghuni asrama dan yang kajian kitab - tajwid mendatangkan kyai ternama serta sebelum memulai agenda itu ada kultum yang juga diisi bergiliran dan setiap 1 bulan sekali ada materi yang didatangkan dari tokoh luar untuk pengembangan diri (puncaknya aku bertemu dengan seluruh penerima beasiwa se - Indonesia di Parung - Bogor untuk unjuk kebolehan berprestasi dan silaturahmi). Setelah kira - kira 2 bulan berjalan, Mas Hasan senior di asrama memberi amanah ke aku untuk mengajar anak kelas 3 SMA persiapan SNMPTN dan akupun langsung meng - iyakan dengan kendaraan masih pinjam senior. Aku dibayar 50 ribu per 1,5 jam pertemuan (sangat senang betapa duduk, diskusi, memberi materi, tempat adem dan diberi makanan dibayar gede banget menurut aku dan sangat jauh berbeda dengan penghasilanku dulu yang cuma 10 ribu kerja disawah (07.00 - 10.00) tempat panas dan capek). Aku sangat senang ngelesi private untuk menyokong ekonomi kehidupanku sehingga dengan uang itu aku bisa buat SIM kala itu. Sesudah itu aku berniat membawa motorku di Blitar yaitu F1ZR ke Surabaya untuk transport ngelesi dan aku ditemani Mas Hasan untuk gantian joki dari Blitar ke Surabaya. Sesudah aku punya motor, aku mulai menambah les lagi yaitu dengan daftar les lewat bimbel seperti Nurul Fikri dan Bimbel Swasta lainnya sehingga banyak tawaran ngelesi aku dapat (aku hanya menerima ngelesi anak kelas 2 - 3 SMA karena pikirku dengan capek sama aku harus mendapatkan upah yang besar). Aku mulai ngelesi jam 14.00 (pulang kuliah) - 21.00 dan setidaknya pasti ada 2 murid yang aku datangi dan tempatnya pun jauh - jauh antara satu dengan lainnya. Rata - rata per bulan kala itu aku bisa mendapatkan 950 ribu dan itu belum ditambah uang saku beasiswa sebesar 350 ribu, sehingga yang dulu aku kekurangan makan, pas di Surabaya sering makan enak dan semua keinginanku tak turuti (aku dulu kurus dan setelah kuliah menjadi gemuk karena terpenuhi semua keinginanku). Karena saking asyiknya ngelesi, untuk acara kegiatan MOS aku sering banget tidak hadir sehingga efeknya aku hampir terakhir sendiri mendapatkan Nomor Pokok Himpunan namun aku tetap menikmati hari - hariku karena yang membahagiakan aku adalah ekonomiku terpenuhi dan sepeserpun aku tidak merepotkan orang tua. Ibu dan adik - adikku saat itu di Kalimantan dan aku pulang ke Blitar sangat jarang dan hanya saat bayar listrik saja kalau pulang. Setelah aku bisa berpenghasilan, aku mulai menabung sedikit demi sedikit dan aku berdoa untuk memulangkan keluargaku ke Jawa (aku bertekad, kami boleh tidak punya apa - apa namun kalau bisa harus tetap ngumpul bersama di Jawa agar susah senang bisa dijalani bersama) dan Alhamdulillah lewat tabunganku itu aku bisa memulangkan ibu dan adikku. Per bulan saat aku pulang aku selalu memberi mereka uang 500 ribu untuk biaya hidup dirumah. Sungguh rasa senang menghiasi hari - hariku karena keluarga semua sudah di Blitar. Sewaktu pulang ke Jawa, adikku yang nomer dua masih di Kalimantan karena sama majikannya belum boleh pulang dan aku bersabar dan ingin membahagiakan dia. Kala itu adikku ingin sekali motor Satria Fu, lewat tabunganku aku membeli Satria Fu second dan keinginannya adalah warna hitam maka dengan senang aku membelikan itu untuk dia. Namun belum bisa merasakan motornya, dia kecantol sama laki - laki Banjar dan menikhalah dia disana.

Hampir 2 tahun aku di Teknik Kimia dan aku tidak menemukan rasa sukaku di jurusan ini karena mata pelajaran yang dipelajari dominan Fisika dan Matematika Terapan (aku sangat benci hitungan dan senang sekali Biologi Kimia namun di Teknik Kimia mata kuliah yang tak sukai cuma di semester 1 saja dan itu hanya Kimia Dasar dan Mikrobiologi Dasar). Banyak teman - temanku dari Kalimantan yang menyemangati aku karena katanya menurut dia Teknik Kimia itu besok akan menjadi raja di perindustrian karena mengerti seluruh proses manufacturing (hampir semua temanku Kalimantan, orang tuanya bekerja di sektor pertambangan dan perminyakan makanya anaknya di sekolahkan lewat jalur mandiri dan kemitraan di Teknik Kimia dengan harapan besok bisa meneruskan perjuangan orang tuanya atau bisa bekerja di sektor yang menurut ayahnya prospek). Hampir 2 tahun itu aku selalu menjadi kupu - kupu (kuliah pulang - kuliah pulang) karena diatas jam 12.00 aku harus tidur dan jam 14.00 aku berangkat ngelesi private sampai jam 21.00 (banyak tugasku keteteran tidak aku kerjakan karena memang aku tidak ada sense terhadap jurusan ini). Di Teknik Kimia, sistem pembelajaran sangat ketat dan setiap minggu ada praktikum yang harus diawali dengan menulis jurnal yang formatnya sudah ditentukan dan ditulis tangan kemudian setelah jurnal jadi, membuat janjian dengan asisten laboratorium (AsLab) yang mana dia sangat sulit diajak janjian tes (dipersulit karena sistem senioritas) dan kalau sudah dapat jadwal, saat tes sering kita dibodoh - bodohkan.  Tindakan selanjutnya adalah praktek di laboratorium yang diawasi oleh AsLab galak kemudian membuat laporan tebal ditulis tangan dan harus ada buku referensi untuk pengambilan data (sangat sulit mencari bukti referensi karena jika referensi berasal dari turunan senior pendahulu maka jika di fotokopi akan semakin kabur karena turun temurun memfoto kopinya sehingga terkadang kita harus berhari - hari di perpustakaan untuk mencari literatur). Laporan dikumpulkan ke AsLab dulu untuk dikoreksi dan biasanya sampai 3 kali revisi dicoret - coret bahkan dibuang, sesudah beres dari AsLab kemudian kita menghadap ke dosen penguji (janjian dahulu kemudian kita di tes satu per satu untuk menjawab kegiatan praktek, hasil dan teori yang berkaitan). Sangat detail pembahasan oleh dosen penguji sehingga kita harus berkali - kali menghadap dan sesudah beres jangan harap nilai yang keluar bagus (ini masih 1 modul praktek dan modul lain mengikuti tahap mulai dari awal lagi). Modul praktek biasanya 7 - 12 modul, sangat sering antar modul bertabrakan karena modul ini masih tahap revisi kita harus tertumpuk lagi modul berikutnya, belum lagi tes ke dosen penguji yang sangat berat dengan menumpuknya modul yang belum selesai - selesai. Pengalaman semua ini memang ditujukan oleh pihak kampus untuk membentuk kepribadian mahasiswa agar tahan banting terkena tekanan, tidak mudah menyerah dan terus menjadi pribadi pembelajar yang tidak puas dengan hasil  yang didapat dan ingin terus berubah ke yang lebih baik.

Tahun ke - 3 kuliah aku jalani, ilmu terapan Teknik Kimia mulai sedikit aku rasakan dan aku mulai cinta dengan jurusan ini. Pelajaran alat industri kimia, proses pembuatan produk dan penghitungan neraca massa - neraca energi membuatku semakin terbuka dengan dunia industri yang sebenarnya. Teknik Kimia mempelajari semua bidng keilmuan mulai dari material, mesin, instrumentasi, sipil, lingkungan, manajeman, keuangan, statistika, desain, teknologi pangan dll. Dari sini aku mulai belajar membuat catatan ringkas di buku, mulai penjelasan dosen yang menceritakan pengalamannya keliling di dunia melihat berbagai industri manufacturing, pengalaman dosen menulis jurnal nasional dan internasional serta pengalaman mereka mengenai penggunaan istilah yang hampir mirip untuk kalangan umum namun berbeda artinya untuk penggunaan di Teknik Kimia. Semua perjalananku mendapat ilmu di tahun ke - 3 itulah yang sekarang aku tulis di blogku sebagai catatan saat aku membutuhkan dimanapun berada karena kalau buku aku harus berat membawanya namun jika online dimanapun aku bisa membuka. Tujuan utama yang sebenarnya aku menulis di blog adalah aku ingin sekali meningkatkan skill berbahasa inggris yaitu dengan menambah kosa kata baru dari setiap kata yang aku tulis kemudian aku menuliskan Bahasa Inggris dibawahnya. Dampak dari penulisan blog itu adalah hobiku yang senang berbagi ilmu dengan sesama sejak SMA bisa tetap terlaksanakan walau hanya berhubungan dengan dunia maya, banyak yang bertanya dan meminta artikel sehingga aku sangat senang bisa berbagi dengan mereka disana dan aku bisa lebih belajar lagi sehingga esok kelak aku bisa paham di luar kepala ilmu - ilmu yang ada (ilmu kalau dibagikan akan menjadi buah yang banyak dan berguna untuk diri sendiri dan orang lain seperti kata Hadits Nabi). Motto blogku adalah penyederhanaan penyampaian sesuatu yang rumit, ini karena pengalaman kuliahku dulu dimana para Professor menjelaskan dengan bahasa terlalu tinggi padahal yang diajak bicara adalah mahasiwa seperti aku yang notabene baru lulus SMA dan minim pengetahuan tentang Teknik Kimia, sehingga aku ingat perkataan BJ Habibie bahwa "Orang cerdas adalah orang yang bisa mencerdaskan orang lain dan membuat sederhana sesuatu yang sulit sehingga bisa diterima oleh pemikiran khalayak banyak". Dengan semangat itulah akhirnya aku senang menulis dengan gaya bahasaku sendiri yang tak buat sederhana, entah bisa bermanfaat untuk orang lain apa tidak yang penting inilah catatanku besok yang akan aku jadikan buku sakti Teknik Kimia.

Tahun Ke - 4 kuliah aku sudah harus konsentrasi tugas akhir yaitu dengan memilih laboratorium di Teknik Kimia dan aku memilih bidang Teknologi Proses Kimia Pengolahan Minyak Atsiri. Sebelum skripsi ada tugas akhir yang lebih berat yaitu Tugas Pradesain Pabrik Kimia yaitu merancang membuat pabrik kimia mulai perencanaan tempat pembangunan pabrik (biaya buruh, dampak lingkungan, distribusi bahan baku dan produk dll), asal bahan baku (dekat dengan pabrik atau tidak, biaya transportasi dan ketersediaan dll), pemilihan proses pembuatan (keuntungan dan kerugian berbagai alternatif, konversi, hasil samping dll), gambar PFD lengkap dengan neraca massa dan neraca energi, perhitungan aliran modal (modal sendiri dan modal pinjaman dihitung berdasar inflasi di Cash Flow), manajemen organisasi, pengupahan, cara kerja alat, harga alat, bentuk bangunan serta yang terakhir kesimpulan apakah pabrik layak didirikan atau tidak (IRR, POT, NPV). Aku mengambil tugas pra desain pembuatan STPP yang dikerjakan oleh 2 orang (wajib) dan aku berpasangan dengan anak Batak namanya P*tar. Kebanyakan teman - teman sudah mencari pasangan tugas akhir jauh - jauh hari (biasanya kurang 1 - 2 tahun sebelum tugas akhir) namun untuk sifat seperti aku tidak demikian (karena mencari pasangan untuk menjadi partner kita, menurutku ibarat kita mencari perlindungan ke anak pintar, padahal menurutku semua orang diciptakan sama, boleh jadi anak ini pintar mata kuliah ini namun mata kuliah lain belum tentu hebat, jadi bagiku kemampuan sama rata dan aku tidak mengakui adanya anak pintar dan anak bodoh) dan memang benar, mereka kebanyakan saling berlomba mencari pasangan hebat agar saat tugas akhir bisa menjadi senjata melawan para penguji Professor. Untuk orang keras seperti aku, pasangan tugas akhir yang cocok adalah anak - anak yang cenderung pendiam dan ditinggal oleh teman - temannya (maksudnya anak yang tidak ada yang mengajak untuk berpartner) maka aku bergabung dengan P*tar karena tidak ada pilihan lagi (namun aku senang partner dengan dia, aku yang keras dan dominan berpasangan dengan anak yang menurut, kalem dan tenang). Dalam waktu 3 bulan saja, tugas akhirku sudah hampir selesai padahal waktu pengerjaan 6 bulan (aku selalu fokus kepada 1 masalah dan tidak nyaman berbuat apa - apa kalau ada beban yang belum terselesaikan) padahal teman - teman 1 laboratorium kebanyakan masih progress 50%. Setiap minggu aku dan teman - teman menghadap ke Professor untuk progress pekerjaan dan Professorku tidak percaya aku mengerjakan sudah hampir selesai dan bilang mencontek (padahal aku sudah berusaha meyakinkan tapi sudahlah mengalah kepada pembimbing ketimbang nilai di Blacklist) sehingga akhirnya aku harus merevisi pekerjaannku tapi Alhamdulilah tidak sampai merubah data dari awal. Kebanyakan dari tugas akhir itu, aku yang mengerjakan dan partnerku melengkapi setiap tugas yang aku kerjakan (meneliti perhitungan, tak beri tugas cari literatur karena waktuku harus terbagi mengelesi private sedangkan P*tar banyak waktu untuk mengerjakan). Sesudah lengkap, tugas di print dan di jilid yang tak serahkan ke P*tar karena kebetulan dia punya printer dan banyak waktu luang (win - win solution).

Akhir dari tugas pradesain pabrik kimia adalah presentasi di depan 3 penguji dan 2 pembimbing. Saat ditanya aku dengan lancar menjawab semua data berasal dan P*tar kasihan karena kurang mengotak - atik data dia dicecar banyak pertanyaan sehingga dia terpojok dan tak bisa menjawab kemudian aku sedikit menengahi diantara ketegangan itu dengan menjelaskan jobdesk - jobdesk diantara kita. Setelah sidang pradesain pabrik kimia, kami diharuskan membuat proposal skripsi (ini sudah aku kerjakan saat bulan ke - 4 tugas pradesain pabrik kimia, walau kebanyakan teman - teman laboratorium mengerjakan pada bulan ke - 6). Setelah proposal jadi, kami menghadap ke pembimbing (Professor) untuk konsultasi yaitu mengajukan pengambilan minyak atsiri dari daun sangket dan disetujui namun akhirnya karena aku survey didaerahku bahwa tanaman sangket hidupnya musiman akhirnya kami menghadap Professor lagi dan sama beliau diarahkan ke serai wangi. Kami mencoba mencari serai wangi mulai dari Pasar Keputran, Puspa Agro Sidoarjo, pasar terbesar di Surabaya dekat Perak, Kebun Raya Purwodadi dan juga di Blitar semua tak tanyai tidak ada yang tahu serai wangi dan mereka tahunya serai dapur untuk masak. Serai wangi sangat sulit ditemui karena bercirikan wangi, batangnya merah dan hanya hidup di dataran tinggi dengan iklim sejuk, kami berdua mencari di internet dan kebanyakan yang dijual adalah nilam dan cengkeh, ada satu tempat saat itu yaitu di Klaten yang jual bibit serai wangi namun aku belum pesan karena jauh (berfikir variabel segar nanti tidak bisa digunakan). Setelah berusaha keras browsing, kami menemukan daerah tempat hidupnya serai wangi yaitu di Wonosalam Jombang, akhirnya kami menelepon si pemilik lahan dan mengajak ketemuan. Sampai di tujuan, kami berbincang tentang penyulingan dan memang disini hampir semua RT mempunyai tempat penyulingan bersama kemitraan dan kami diajak ke kebunnya yang ditanami serai wangi. Kami beli 1 karung dan dengan motor kami bawa ke Surabaya, sesampai di Surabaya sebagian tanaman kami tanam di belakang laboratorium (untuk variabel segar) sebagian di layukan di suhu ruangan. Kami mengerjakan 32 variabel dalam waktu 4 bulan dan melakukan analisa komposisi dan kadar dengan GC - MS per sampel 250 ribu dan Alhamdulillah Professorku cuma menyuruh 4 sampel saja. Aku mengerjakan tugas skripsi secara cepat dengan maksud agar jika di kemudian hari kita dilanda halangan kita masih punya waktu lebih untuk menyelesaikan kekurangan dan sering banget aku sama P*tar bertengkar karena dia minta santai seperti teman lain sedangkan aku bekerja cepat - cepat agar bisa santai di kemudian hari. Benar saja, tepat di bulan ke - 3 skripsi, ibu P*tar meninggal dan P*tar harus pulang ke Medan untuk sekitar 2 - 3 minggu jadi aku harus mengerjakan laboratorium sendiri (masalah ini yang akhirnya aku jelaskan ke P*tar, jika ada halangan kita masih punya waktu untuk bekerja). Keberuntungan ada pada kami, suatu hari kami mendapat dana bantuan skripsi dari BNI 750 ribu per anak sehingga kami berdua mendapat 1,5 juta dan Alhamdulillah semua biaya laboratorium tercover oleh dana tersebut. Ada 2 kali sidang skripsi pertama sidang proposal dengan 3 penguji dan 2 pembimbing, sidang posting paper (mempresentasikan setengah kerjaan kita ke penguji) dan terakhir sidang skripsi. Alhamdulillah kami berdua mendapat nilai A dan akhirnya kami di wisuda dengan perolehan gelar Sarjana Teknik.

Setelah pengalaman bekerja di 3 perusahaan yang berbeda dengan bidang usaha yang berbeda membuat aku memiliki banyak cerita dan pengalaman. Tepatnya di tahun 2016, aku diberi rejeki oleh Alloh SWT untuk bisa meneruskan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi lagi yaitu pascasarjana (magister-S2) manajemen teknologi industri di ITS. Kuliah ini berkat inisiatif oleh senior dan teman kantor untuk menimba ilmu mumpung masih bisa dan memiliki waktu sebelum terlambat. Aku termasuk paling muda diantara teman angkatan kuliah ini karena yang meneruskan pascasarjana pada umumnya adalah level manejerial (supervisor-manajer keatas) untuk meningkatkan keilmuannya tentang mengelola perusahaan (SDM dan operasional). Kuliah mengambil waktu Jumat pukul 18.00-23.00 dan Sabtu pukul 08.00-15.00 dengan tugas yang sangat banyak untuk dikerjakan di rumah sambil kelompok. Pascasarjana cenderung berpikir kreatif dan sharing sehingga dengan berkumpulnya para senior bisa membuat pengetahuan lebih dalam lagi, apalagi kuliah ini bidangnya di pembangkitan dimana sama dengan pekerjaan-ku. Satu angkatan yang mendaftar ini berjumlah 17 orang dan diakhir tepatnya Agustus 2018, Alhamdulillah aku lulus dengan predikat cumlaude 4 semester dan dari satu angkatan hanya 9 of 17 yang lulus tepat waktu. Tahunku lulus ini bertepatan dengan syarat kelulusan dimana nilai TOEFL yang mengharuskan cukup tinggi dan mewajibkan seminar internasional berbahasa inggris. Awal mendengar persyaratan ini membuatku putus asa karena kekurang pedean presentasi bahasa inggris di depan orang banyak dari belahan dunia. Namun step by step tak ikuti dan Alhamdulillah apa yang kita benar-benar jalankan tidak serumit yang kita pikirkan. Ternyata masih banyak juga yang presentasi dengan bahasa inggris yang sama dengan aku dna mereka juga berharap cepat selesai dan mendapat sertifikat untuk bisa cepat lulus dengan memenuhi persyaratan yudisium.
===============================TRUE STORY==============================
=========================UNTUK ANAK & ISTRIKU==========================