Trending Topik

Apa yang Diharapkan Masyarakat di Tahun Digital IT ini

Diposting oleh On Saturday, November 28, 2020

Tahun digital sungguh terasa dengan adanya pandemi COVID-19 ini, hampir semua kegiatan sebisa mungkin dilakukan secara virtual, digital dan remote. Tahun digital IT ini cukup membuat shock generasi X (1965-1980) terutama yang tinggal di pedesaan seperti Ibu penulis yang harus mengajari semua anak-anaknya yang masih sekolah lewat video conference dan juga menjadi guru private dadakan dengan adanya pembatasan kontak fisik di semua lini kegiatan.

Menurut pendapat penulis, tahun digital ini menjadi pondasi awal untuk menerapkan strategi yang lebih adaptif kedepan, menghilangkan sifat yang paling pintar dari yang lain, idenya paling bagus dari yang lain dan bisnisnya yakin akan survive dengan strategi sekarang. Yakinlah semua dinamika tersebut akan berubah dimana tahun digital ini lebih mengedepankan kerjasama, kreatifitas, fleksibilitas kebutuhan dan analisis Big Data.

BACA JUGA: Berikut Investasi yang Wajib Dijauhi Selama Pandemi COVID-19

Pemerintah memiliki peran vital di tahun digital ini, dimana semua manusia global bisa berkomunikasi, bertransaksi dan bertukar ilmu pikiran kapanpun, dimanapun oleh siapapun secara real-time, sehingga harapan masyarakat juga harus didengarkan oleh pembuat kebijakan di negeri ini. Menurut analisis penulis, harapan masyarakat adalah: (i) filterisasi pengaruh asing yang kuat seperti informasi, produk dan kebijakan; (ii) pendeteksian mudah informasi HOAX karena tidak bisa dipungkiri ada oknum yang memanfaatkan para buzzer untuk blow-up dan brain-wash masyarakat luas secara cepat; (iii) kebijakan pemerintah yang lebih pro UMKM dibandingkan industri makro karena ketika terjadi krisis maka ekonomi mikro-lah yang bakal membangkitkan keterpurukan negara; (iii) perang dagang seperti platform marketplace dan digital lain diawasi oleh pemerintah, jangan sampai ada kong-kalikong dibelakang itu yang sampai pada akhirnya skenario bersama sebenarnya telah dibuat dan terjadi pengendalian sistem yang merugikan konsumen; (iv) pemerintah lebih mengangkat brand-brand lokal untuk go international dan sedikit menutup kran impor ketika produksi lokal bisa dilakukan; dan (v) UMKM dilakukan penuh oleh masyarakat dengan kebijkaan pemerintah membuatkan sentra-sentra cluster produksi barang-jasa dan pemerintah yang menggabungkan mata rantai antar sentra cluster sehingga swasta tidak mengendalikan penuh seperti sistem kapitalis yang bisa terjadi monopoli.

Harapan masyarakat ini ditujukan untuk kemajuan ekonomi bangsa dengan kecintaan terhadap produk dalam negeri karena di tahun digital IT ini banyak negara sangat ingin Indonesia jadi sentra perdagangan dan berharap jadi konsumen saja. Terlebih digital IT ini, siapa yang dominan dan memiliki strategi kuat di dunia cyber maka informasi itulah yang akan melekat di otak para netizen.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Seberapa Efektifkah Bisnis Jual-Beli Online di Tahun 2020 Keatas

Diposting oleh On Thursday, November 19, 2020

Tahun 2020 ini menjadi babak baru dalam perubahan jaman karena semua orang di dunia dipaksa untuk kenal dengan internet dan memanfaatkan teknologi untuk membantu aktifitas keseharian mereka. Artikel sebelumnya sudah kami bahas terdapat 2 potensi bisnis di era digital IT yang lanjut ke industri 5.0 yaitu influencer dan jual-beli online, disini akan dibahas lebih lanjut potensi jual-beli online di tahun digital IT ini.

Pengalaman penulis yang sudah memiliki toko online di 3 marketplace berbeda yaitu Bukalapak, Tokopedia dan Shopee pada awal Tahun 2020 terjadi lonjakan transaksi yang sangat drastis hampir 1000% dibandingkan tahun-tahun sebelumnya dan terus berlanjut sampai sekarang. Berdasarkan hal tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa tahun 2020 merupakan awal yang baik dimulainya membangun toko online dan mempelajarinya sehingga kedepan siap untuk kompetisi di era digital IT.

BACA JUGA: Seberapa Efektifkah Bisnis Influencer di Tahun 2020 Keatas

Toko online menjadi favorit banyak kaum millineal karena dinilai lebih cepat dalam memberikan kebutuhan yang diinginkan dalam artian pasti ada dan tidak perlu jauh-jauh mendatangi toko fisik yang belum tentu ada barangnya. Harga yang diberikan juga transparan dan bisa dibandingkan dengan toko lain serta efisien karena marketplace sendiri juga berlomba-lomba memberikan diskon + gratis ongkir sehingga menambah kelebihan jual-beli online dibandingkan konvensional.

Pengalaman penulis sendiri, ketika membutuhkan sparepart kendaraan yang rusak, dimana sulit didapatkan dan tentu kalau ada di toko pasti mahal harganya karena barang yang jarang rusak namun ketika di browsing di 3 marketplace tersebut tersedia bermacam-macam kondisi (new atau second), varian (ori, KW atau grade ori) dan juga jauh dekat area seller dengan buyer. Adanya marketplace ini terlebih dengan sistem uang ditahan terlebih dahulu oleh pihak-3 yaitu marketplace sebelum barang sampai di tangan buyer dalam keadaan baik dan sesuai maka dari sini disimpulkan bahwa jual-beli online sangat aman dan hampir tidak ada celah untuk tindakan kecurangan.

Penggunaan smartphone yang merata di semua masyarakat serta tuntutan efisiensi yang tinggi dengan tingkat kebutuhan yang banyak maka masyarakat banyak memanfaatkan aktifitas jual-beli online karena dinilai telah banyak menghemat waktu dan uang. Melihat kondisi seperti itu, maka penulis beropini bahwa bisnis jual-beli online di Tahun 2020 keatas akan sangat berkembang pesat dan anjuran untuk semua orang agar mulai membangun asset sejak dini agar 5-10 tahun mendatang sudah punya senjata ketika digital IT sudah benar-benar dijalankan penuh.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Seberapa Efektifkah Bisnis Influencer di Tahun 2020 Keatas

Diposting oleh On Tuesday, November 10, 2020

Sangat terasa perubahan era di perbatasan Tahun 2020 ini, dimana digital IT hampir 100% digunakan karena adanya pemaksaan protocol pencegahan penyebaran COVID-19. Bisa kita ketahui bersama bahwa sekarang channel youtube sudah menyediakan hampir semua kebutuhan hiburan, pengetahuan, tips dan trik yang kita butuhkan. Penyajian kreatif oleh youtuber layaknya pemeran artis di TV dan setiap orang bisa menjadi artis dengan penyiaran live atau lewat suguhan drama, komedi dan ulasan bak siaran di acara di TV.

Selain itu, media sosial lain seperti instagram, facebook dan blogger juga menyuguhkan acara serupa yang lebih menarik dan hidup dibandingkan dahulu. Banyak para pengguna media sosial berlomba-lomba menyajikan isi yang semenarik mungkin untuk mengundang para viewers, yang mana ini nanti menjadi asset berharga mereka untuk melakukan aksi yang sebenarnya. Ketika para viewers banyak mampir ke channel mereka maka setiap acara/isi yang disiarkan akan dilihat dan masuk ke alam bawah sadar mereka dan inilah yang disebut dengan "Influencer".

BACA JUGA: Bisnis yang Cocok Menyambut Era Industri 5.0

Influencer bisa menjadi baik dan buruk sehingga dimasa sekarang ini, semua orang dituntut untuk crosscheck setiap informasi yang diterima karena banyak juga informasi HOAX yang belum jelas sumber beritanya namun sudah tersebar secara masif. Dibutuhkan individu yang kritis dan banyak keingintahuan untuk bisa survive di tahun digital IT ini.  Banyak produsen lebih memilih endorse ke channel-channel millineal karena lebih tepat sasaran dibandingkan dengan koran/tabloid yang sudah mulai ditinggalkan, media TV yang dinilai kurang menarik dan tidak sesuai ekspektasi. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan teknologi yang sangat pesat yaitu smartphone yang ada pada genggaman setiap orang. Semua media ada di genggaman sehingga bisa dengan mudah mendapatkan hal yang diinginkan dan lebih cepat.

Tantangan bisnis di tahun digital 2020 ketas adalah kecepatan, ketepatan, ketertarikan dan keunikan, dimana untuk artikel ini yang dibahas adalah potensi seorang influencer dimana kecepatan mereferensikan channel yang dilihat ringan diakses dengan loading cepat, ketepatan mereferensikan tema channel dengan produk yang diulas (misal blogger) harus sama atau kalau iklan di sosial media karena yang melihat para millineal maka produk juga harus sesuai dengan kebutuhan para millineal. Ketertarikan mereferensikan acara/siaran yang ditampilkan menarik para pengunjung dengan sajian konten terkini dan diperlukan oleh masyarakat luas sedangkan keunikan karena banyak orang bisa menjadi influencer dan memiliki channel sendiri maka untuk bisa bersaing dibutuhkan kreatifitas yang lebih agar unik sehingga produsen tertarik dan tepat menghabiskan biaya iklan mereka.

Menghidupkan dan membangun media sosial akan lebih baik dimulai dari sekarang untuk membangun asset di masa 5-10 tahun kedepan, dimana ketika semua sudah full digital IT dan Artificial Intelligence (AI) maka kita memiliki asset yang berharga dan siap menghadapi kompetisi jaman. Semua informasi ini berdasarkan pengalaman penulis berselancar di berbagai media dan mencoba menggeluti untuk beradaptasi dengan perubahan jaman yang semakin cepat.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Pengalaman Jual-Beli Online di Marketplace Bukalapak

Diposting oleh On Sunday, October 11, 2020

Penulis mulai berubah gaya beli dari offline ke online mulai Tahun 2015 dengan alasan barang yang sulit dicari di toko fisik akan tetap ada di toko online dengan harga yang bisa dibandingkan secara langsung. Penulis melakukan instalasi platform seperti Bukalapak, Tokopedia, Lazada dan Bli-Bli.com, kemudian mencoba melakukan pencarian produk yang dicari dan disimpulkan bahwa dari semua platform tersebut yang eye catching dengan fitur yang mudah digunakan oleh user pemula adalah Bukalapak.

Tahun 2015-2018, Bukalapak adalah raja marketplace dengan iklan yang bisa kita temui dimana-mana dan panggilan akrab penjual adalah juragan tidak asing di telinga kita dan jika ingin bertanya produk yang terbawa sampai sekarang yaitu: "ready gan??" itu berasal dari platform Bukalapak ini. Bukalapak memberikan banyak produk bersaing yang cukup bagus sehingga buyer dibuat kebingungan memilih lapak seller yang mana. Diskon gratis ongkir kala itu belum banyak diberikan sehingga penulis sebagai buyer memilih produk dengan biaya ongkir paling minim dan produk sudah banyka dibeli oleh banyak orang lewat pemberian rating.

BACA JUGA: Dengarlah Bukalapak, Kamu Masih Bisa Bangkit Kembali!!!

Penulis menjadi seller mulai Tahun 2018 dan kala itu mempunyai 2 platform saja yaitu Bukalapak dan Tokopedia. Pada tahap penjualan pertama di toko online, Bukalapak memberikan feedback penjualan cukup bagus dari para buyer sebagai hasil teknik bakar uang yang telah dilakukan oleh penulis untuk mengangkat produk pada pencarian keatas. Dalam hal iklan, menurut penulis Bukalapak menang daripada Tokopedia, dimana Bukalapak memakai teknik Promoted Push dan Promoted Keyword yang tepat sasaran dan memberikan imbal hasil yang memuaskan. Teknik bakar uang yang telah dilakukan terbukti efektif dalam hal penjualan dan dalam waktu singkat status seller menjadi pedagang besar sedangkan teknik iklan di Tokopedia boncos tidak menghasilkan apa-apa. 

Selama menjadi seller, ketika 2 platform terdapat komplain maka Bukalapak memberikan pelayanan yang sangat buruk, tidak ada nomor kontak dan email/chatting yang dibalas lama sedangkan Tokopedia menang dalam hal ini. Walaupun memiliki kelemahan tersebut, sampai Tahun 2019 penjualan di Bukalapak memberikan hasil yang menggiurkan dibandingkan dengan Tokopedia.

Pada masa itu, boleh dibilang Bukalapak mencapai masa keemasan dan menjadi tujuan para buyer online, sampai akhirnya Bukalapak yang terlena dengan mahkota-nya tidak sadar bahwa kompetitor-nya sedang menyiapkan amunisi untuk menghancurkan dan sampailah tiba di jaman keemasan Tokopedia. Lebih jelasnya pengalaman di Tokopedia baca di "Pengalaman Jual-Beli Online di Marketplace Tokopedia".

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Apakah Kejayaan Go-Pay dan OVO sudah Berakhir

Diposting oleh On Wednesday, October 07, 2020

Masih teringat ketika penulis mengalami masa-masa kejayaan 2 raksasa sistem pembayaran digital yaitu Go-Pay dan OVO yang terus-menerus bakar uang dengan memberikan diskon kepada konsumennya, dimana banner-nya ada disetiap outlet di Mall, Bandara, Apotek dan Toko. Penulis menceritakan pengalaman di Tahun 2017-Akhir 2019, dimana penulis kala itu sering mendapat tugas perjalanan dinas dari Aceh sampai Maluku sehingga cukup mengikuti perkembangan perang pembayaran digital antara 2 kubu tersebut.

Awal mula Go-Jek berdiri langsung mengenalkan sistem cashless yaitu Go-Pay dan memanjakan pengguna aplikasi Go-Jek untuk mendapatkan diskon ketika memakai Go-Pay dibandingkan uang tunai. Penulis karena sering pulang-pergi dari dan ke bandara terlebih ketika di kota tujuan tidak ada transportasi yang murah selain Go-Jek maka saldo Go-Pay pun selalu terisi dengan uang digital cukup banyak. Diskon yang diberikan lewat pembayaran Go-Pay sangat menggiurkan dan penulis tidak berpindah ke lain hati seperti Uber atau Grab karena Go-Jek memang memiliki kelebihan disana.

Ekspansi terus-menerus dilakukan Go-Jek sebagai upaya inovatif menjadi platform yang dibutuhkan masyarakat dan penulis ketika mengisi pulsa juga kecanduan menggunakan aplikasi Go-Jek karena adanya diskon yang menggiurkan. Tidak cukup sampai disitu, Go-Pay merambah ke toko-toko outlet di mall dan bandara dengan program diskonnya, lagi-lagi penulis dibuat tercengang dengan ulah bakar-bakar uang Go-Jek dan terbukti bisa memikat penulis serta kebanyakan masyarakat untuk memakai sistem pembayaran digital mereka.

BACA JUGA: Mengapa Platform Digital Bakar-Bakar Uang??

Disisi lain, terdapat penantang baru yang sudah cukup lama mengintai dan ingin mencuri strategi Go-Pay yaitu OVO yang menghadirkan segudang inovasi dan teknik bakar-bakar uang yang melebihi Go-Pay. Penulis sempat dibuat bimbang dan terus membandingkan besaran diskon di setiap banner yang terpampang di outlet-outlet, kali ini OVO menang bisa menggaet penulis untuk beralih ke sistem pembayaran digital karena diskon yang lebih besar daripada OVO serta jaringan kerjasama toko yang lebih banyak. Disisi lain cashback OVO dalam bentuk OVO Points sangat bermanfaat karena bisa langsung dibelanjakan tidak seperti Go-Pay yang lewat rolling games walaupun semakin kedepan sistem cashback Go-Pay lebih bagus berupa potongan langsung pembayaran. Karena besaran diskon OVO lebih besar dari Go-Pay maka OVO tetap menjadi primadona kala itu.

OVO terus-menerus iklan di media sosial, TV dan channel youtube sehingga semakin kuat dikenal masyarakat luas sehingga outlet di mall hampir full banner-nya OVO dan Go-Pay pelan-pelan tertidur. Di kala OVO berjaya dengan diskon gila-gilaan ini, muncul pendatang baru yaitu DANA yang teknik awalnya memberikan diskon selalu diatas OVO bahkan penulis sempat mau berpindah ke DANA, namun setelah di cek pada outlet-outlet lain ternyata kerjasama DANA tidak setenar dan seluas OVO maka penulis membatalkan perhatian pada DANA. DANA merupakan sistem pembayaran digital yang teknik marketing-nya naggung, karena berjaya tidak dan mati-pun tidak.

OVO mencapai puncak kejayaan, bahkan penulis juga melakukan pembayaran pulsa lewat OVO karena memberikan cashback berupa OVO Points yang cukup tinggi. Sampai akhirnya saldo OVO penulis banyak di OVO dan mengurangi di Go-Pay, akhir Tahun 2019, kejayaan OVO meredup dengan ditandainya kehabisan amunisi untuk bakar-bakar uang terbukti pemegang saham OVO yaitu LIPPO menjual sebagian besar saham mereka. Akhirnya terbukti runtuh dominansi OVO ini dan banner di outlet-outlet banyak yang tidak ada.

Apakah alasan para platform ingin menjadi dominan bahkan dengan teknik bakar-bakar uang?? akan penulis bahas di artikel selanjutnya. Sempat vakum di semester 1 Tahun 2020 untuk hingar-bingar bakar-bakar uang pembayaran digital ini dan terlebih lagi adanya pandemi COVID-19, namun sungguh mengejutkan di semester 2 Tahun 2020 datanglah si bayi baru lahir yang siap menggantikan kakaknya merebut mahkota yaitu Shopee Pay yang merambah ke sistem pembayaran digital di outlet mall dan toko franchise, seperti apa ulasan detai baca di "Shopee Pay Pendatang Baru Tanpa Saingan".

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Berikut Investasi yang Wajib Dijauhi Selama Pandemi COVID-19

Diposting oleh On Friday, October 02, 2020

Pandemi COVID-19 yang berlangsung cukup lama memasuki bulan ke-12 belum juga menunjukkan tanda-tanda penurunan kasus bahkan vaksin-pun juga belum siap diproduksi massal untuk diujicobakan ke manusia. Diprediksi vaksin secara klinis hadir di akhir Tahun 2021. Menurut beberapa sumber terpercaya yang telah penulis dapatkan terkait investasi dan hasil analisis pengalaman selama investasi maka pada artikel ini dibahas detail investasi yang wajib dijauhi di masa pandemi ini.
Investasi secara umum dibedakan menjadi asset likuid dan non-likuid, dimana asset likuid artinya asset bisa diuangkan/dijual secara mudah (mudah dicairkan/ditukarkan/digunakan) sedangkan asset non-likuid artinya asset sulit untuk dicairkan, membutuhkan waktu untuk diuangkan. Berdasarkan penjelasan diatas, bisa ditarik contoh dari asset likuid adalah emas dan reksadana sedangkan asset non-likuid adalah rumah, tanah, obliglasi dan deposito. Dimanakah letak investasi saham BEI?? saham bisa terletak di kedua jenis tersebut, dimana ketika dikatakan likuid ketika investor adalah seorang trader high risk, sedangkan non-likuid ketika tipe low risk.
Di masa pandemi COVID-19 ini sebaiknya kita semua menahan untuk investasi di asset non-likuid karena ekonomi global sedang tidak menentu. Mungkin disekitar kita dijumpai rumah dan tanah dijual dengan harga murah, namun sebaiknya kita semua tidak tergiur terlebih dahulu karena memang pasar sedang loyo sehingga daya beli masyarakat juga menurun. Sebaiknya kita semua mengatur keuangan masing-masing agar bisa bertahan selama pandemi ini, karena didepan kita tidak tahu apakah terjadi krisis atau tempat kerja kita sedang minus penghasilan sehingga gelombang PHK dimana-mana. Perlu diketahui bahwa Indonesia di Tahun 2020 ini mengalami resesi ekonomi (PDB mengalami penurunan selama 2-3 kuartal berturut-turut), ditandai dengan aktifitas perdagangan menurun dan neraca dagang negatif.


Ekonomi global menurut beberapa sumber diperkirakan akan pulih dalam 5-10 tahun mendatang, sehingga di masa pandemi ini plan diri sendiri yang terbaiklah yang akan menyelamatkan ekonomi keluarga. Jangan sampe keluarga kita terkena imbas sampe kekurangan makan, sandang dan pendidikan. Pandemi ini membuat situasi ekonomi panas, banyak pencurian dimana-mana karena mereka disana masih kekurangan kebutuhan perut belum lagi ketika berkeluarga dan memiliki cicilan pasti pikiran masyarakat akan kacau dan menimbulkan gejolak sosial.
Ketika memiliki rejeki berlebih, mari kita bantu sesama karena sedekah akan menjadikan benteng keluarga kita dari musibah (kecelakaan, kerugian, kesialan, kekurangan, sakit) dan ini juga sudah penulis lakukan selama ini, terbukti semua apa yang Alloh janjikan itu.  Uang yang kita miliki terdapat rejeki orang yang dititipkan ke kita yang harus kita keluarkan, ketika tidak keluar maka akan keluar dengan sendirinya dan itu PASTI seperti keluar karena untuk berobat, kehilangan harta benda atau mengalami kerugian.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Bisnis yang Cocok Menyambut Era Industri 5.0

Diposting oleh On Monday, September 21, 2020

Industri 5.0 merupakan kelanjutan industri 4.0 (basis digital IT), sedangkan 5.0 adalah Artificial Intelligence (AI) dengan pemanfaatan Big Database, untuk lebih jelas baca "Pentingnya Big Data". Tidak bisa dipungkiri bahwa garis batas perubahan jaman itu adalah Tahun 2020 dikala ada pandemi COVID-19, dimana semua orang dipaksa untuk melek teknologi dalam membantu keseharian & pekerjaan mereka. Internet menjadi kendaraan utama untuk menjelajahi seluruh isi dunia sehingga banyak orang cukup tinggal dirumah namun bisa komunikasi global & menghasilkan sesuatu untuk penghidupannya.

Mari kita lihat, Cukup menjanjikan-kah profesi seorang youtuber, blogger, selebgram dan pengguna media sosial lain dalam hal endorse iklan??. Tentunya kita semua tahu, berapa adsense atau endorse yang mereka dapatkan ketika upload produk di platform-nya masing-masing, Sungguh menggiurkan bukan??. Semua itu adalah pekerjaan"Influencer", yaitu orang yang memberikan pengaruh kepada khalayak banyak untuk sesuatu yang mereka iklankan. Semua orang bisa menjadi influencer dan dengan polesan kreatifitas yang mengalahkan kecerdasan maka bisnis yang cocok di era industri 5.0 adalah yang berbasis digital IT/internet (influencer dan jual-beli online).

Kreatifitas dan kerjasama menjadikan ciri khas di era ini, dimana yang dahulu seorang yang pintar akan sukses tanpa orang lain maka untuk era sekarang telah berubah dimana kerjasama, saling berbagi dan kreatifitas menjadi tumpuan bisnis di era industri 5.0. Big data seperti arah pasar kemana, produk yang disukai apa, kemampuan finansial seperti apa, golongan peminat siapa saja dan corak produk yang disukai seperti apa dll, itu akan menjadi bagian dari senjata menghadapi bisnis di era industri 5.0. Semua itu tidak terlepas dari peran big data.

Akhir-akhir ini di Bulan Agustus 2020, kita tahu ada salah satu stasiun TV swasta menggugat perihal undang-undang penyiaran publik. Dimana, dulu yang memiliki wewenang penyiaran adalah TV namun sekarang setiap orang bisa melakukan siaran live dari tempatnya masing-masing. Banyak TV swasta harus kehilangan pendapatan mereka dari iklan karena adanya media sponsor yang menyerupai TV dan tentunya dengan biaya yang sangat murah serta lebih tepat sasaran. Tidak bisa dipungkiri banyak perusahaan lebih memilih iklan di platform terkini yang banyak diminati kaum milineal yaitu media sosial dan youtube untuk mengenalkan produk mereka karena rata-rata penonton TV dengan media sosial tertimpang jauh.

Era industri 5.0 ini memaksa semua orang beradaptasi, tidak kolot dan mengharuskan mengikuti perkembangan jaman, sehingga dibutuhkan kreatifitas untuk menangkap ide bisnis yang tepat. Penulis memberikan saran mulai menjajaki bisnis jual-beli online dan sudah diterapkan sendiri memang sangat pesat perkembangan transaksi di era ini. Semua bisa diiklankan dan dijual dengan harga yang transparan bisa dibandingkan antar produk satu dengan yang lain serta antar pedagang satu dengan yang lain. Dengan sistem tersebut secara otomatis para penjual berlomba-lomba untuk menggaet para konsumen lewat kreatifitas dan mutu produk yang ditawarkan. Penjelasan detail tentang prospek jual beli online di bahas di "Pertarungan Marketplace dan Shopee Pemenangnya"

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com