Trending Topik

Analisa Sistem Koagulasi-Flokulasi-Sedimentasi di PLTU dengan Jar Test (1 of 2)

Diposting oleh On Tuesday, January 16, 2018

I. LATAR BELAKANG
PLTU luar jawa sebagian besar menggunakan air laut sebagai umpan di water treatment plant (WTP). Urutan proses sebagai berikut : air laut-Sea Water Pump (SWP)-Clarifier-Filter Feed Pump-Roughing & Polisihing-Filter Tank-SWRO Feed Pump-SWRO Catridge Filter- SWRO HP Pump-SWRO Module-Raw Water Tank-BWRO Feed Pump-BWRO Catridge Filter-BWRO HP Pump-BWRO Module-Degassing-Mixed Bed-Demin Tank.
Sistem pre-treatment sesuai proses existing menggunakan injeksi koagulan dan flokulan untuk mempercepat proses penurunan total suspended solid (TSS) yang diukur menggunakan analisa turbidity (kekeruhan). Sistem injeksi tersebut harus tepat (dosis, residence time, RPM agitator dan pH reaksi) sehingga diperlukan percobaan khusus agar sesuai kondisi riil di lapangan. Percobaan ini menggunakan sistem jar test yaitu melakukan sampling dengan berbagai variabel (letak sampling, dosis, pH reaksi, RPM agitator dan residence time) sehingga dihasilkan sistem injeksi yang tepat guna.

II. TUJUAN
Mengetahui dosis, pH dan residence time yang tepat dari injeksi koagulan-flokulan serta memberikan rekomendasi proses sedimentasi yang tepat sesuai keadaan peralatan di PLTU.

III. BATASAN MASALAH
Pada percobaan ini dibatasi beberapa hal sebagai berikut :
  • Koagulan yang dipakai adalah yang sudah dipakai existing jenis alumunium hydroxychloride liquid yang sudah dilarutkan sesuai rekomendasi produsen yaitu 250.000 ppm dengan injeksi ke sistem 10-30 ppm.
  • Flokulan yang dipakai adalah yang sudah dipakai existing jenis polimer powder yang sudah dilarutkan dan tersedia di dozing tank dengan rekomendasi injeksi 0.2-0.3 % = 2000-3000 ppm.
  • Percobaan ini di scale up untuk dosing karena keterbatasan peralatan analitik dalam pengambilan koagulan maupun flokulan. 
  • Peralatan jar test dan pendukungnya menggunakan perlengkapan yang telah tersedia di PLTU. 
IV. PROSES PERCOBAAN
Dalam percobaan jar test membutuhkan alat dan bahan sebagai berikut :
4.1 ALAT :
  • Jar test kit (6 paddle)
  • Beaker glass 1000 mL (tersedia 4 buah)
  • pH Meter 
  • Turbidity meter 
  • Botol sampel  
Gambar 1. Jar Test Kit 6 Paddle
Gambar 2. Beaker Glass 4 Buah
Gambar 3. Turbidity meter

BACA JUGAKoagulasi/Koagulan - Flokulasi/Flokulan - Sedimentasi/Clarifier

4.2 BAHAN :
  • Air laut
  • Koagulan (alumunium hydrochloride)
  • Flokulan (polymer) 
  • Basa Adjustment-soda ash (Na2CO3), NaOH dan Ca(OH)2 
  •  Asam Adjustment-HCl 

4.3 KERANGKA KERJA
Kerangka kerja percobaan jar test sebagai berikut :
Gambar 4. Kerangka Percobaan Jar Test
Dalam jar test diatas dilakukan pengukuran terhadap pH, turbidity, penampakan visual baik sebelum dan sesudah perlakuan untuk mengetahui kondisi yang tepat dari injeksi koagulan-flokulan.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN PERCOBAAN
Percobaan jar test dilakukan dengan berbagai variabel sesuai kerangka Gambar 3 yaitu : 5.1 PENENTUAN LETAK SAMPLING
Sampling diambil secara acak yang dimungkinkan dapat mewakili kondisi inlet clarifier seperti di intake kanal dalam A (kanan), intake kanal dalam B (kiri), intake kanal luar dan inlet clarifier. Tujuan dari variabel ini adalah untuk mengetahui di titik mana sampling kelihatan jelas proses terbentuknya sedimen saat diberi perlakuan koagulan-flokulan dengan dosis, rpm dan residence time yang sama.
Gambar 5. Intake Kanal Dalami B (Kiri)
Gambar 6. Intake Kanal Dalam A (Kanan)
Gambar 7. Intake Kanal Luar
Gambar 8. Inlet Clarifier
5.1.1 HASIL PERCOBAAN
KONDISI OPERASI KOAGULAN
  • Jenis Koagulan   : alumunium hydrochloride liquid (@25 kg x 10 buah diencerkan sampai volume 1000 L = konsentrasi 25 % = 250.000 ppm)
  • Waktu Reaksi        : <10 detik
  • Putaran Mixing      : 120 RPM (standar 100 - 140 RPM) 
  • Dosis                     : 1 tetes pipet injeksi (1 tetes = 0.04 mL)
Tabel 1. Percobaan untuk Mengetahui Letak Sampling yang Tepat dengan Percobaan (Koagulan)
NO
LETAK SAMPLING
pH AIR LAUT
TURBIDITY (NTU)
pH AIR LAUT + KOAGULAN
TURBIDITY AKHIR (NTU)
PENURUNAN TURBIDITY DARI NILAI AWAL
HASIL VISUAL
1
Intake Sisi B
7.99
6.59
7.77
6.16
6.53 %
Masih kelihatan jernih, belum muncul flok
2
Intake Sisi A
8.07
8.53
7.71
7.59
11.02 %
Masih kelihatan jernih, belum muncul flok
3
Intake Kanal Luar
8.04
8.27
7.51
7.20
12.94 %
Masih kelihatan jernih, sedikit flok namun ukuran besar
4
Inlet Clarifier (sudah tercampur koagulan)
-
-
7.59
5.87
-
Masih kelihatan jernih, sedikit flok namun ukuran sangat kecil

Gambar 9. Hasil Percobaan Sesuai Tabel 1
Grafik 1. Pengaruh Koagulan Terhadap Turbidity
Dari percobaan ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
Air Laut
  • pH                   : ± 8
  • Turbidity          : 6.6 - 8.5 NTU 
Koagulan
  • pH                   : 3.11 (sesudah pelarutan di dozing tank)
Air Laut + Koagulan
  • pH                   : 7.50 - 7.77 (standar 6 - 8)
  • Turbidity          : 6.0 - 7.6 NTU (standar < 5 NTU)
Dari data percobaan diatas bisa diketahui bahwa :
  1. Koagulan yang digunakan sekarang bersifat menurunkan pH dan turbidity, untuk turbidity masih belum optimal karena masih diatas standar yang ditetapkan.
  2. Pengambilan sampling di inlet clarifier didapatkan nilai pH dan turbidity juga turun namun belum memenuhi standar yang ditetapkan.
  3. Dari dua kesimpulan tersebut maka bisa ditarik keputusan bahwa untuk membantu kerja koagulan perlu ditambahkan coagulan-aid/flokulan untuk menyempurnakan proses pembentukan flok. 
KONDISI OPERASI FLOKULAN
  • Jenis Flokulan             : Polymer powder
  • Putaran Mixing            : 40 RPM (standar <40 RPM)
  • Dosis                           : 1 tetes pipet injeksi (1 tetes = 0.08 mL) 
Tabel 2. Percobaan Untuk Mengetahui Letak Sampling Yang Tepat Untuk Percobaan (Flokulan)
NO
LETAK SAMPLING
pH AIR LAUT + KOAGULAN
RESIDENCE TIME (MENIT)
pH AFTER FLOKULASI
TURBIDITY AKHIR (NTU)
HASIL VISUAL
1
Intake Sisi B
7.77
20
7.89
3.50
Terbentuk flok namun masih sedikit
30
Flok mulai terbentuk sedikit besar dan menyatu
60
Tampak jernih, sedikit partikel melayang namun ukuran besar
2
Intake Sisi A
7.71
20
7.81
2.93
Terbentuk flok namun masih sedikit
30
Flok mulai terbentuk sedikit besar dan menyatu
60
Tampak jernih, sedikit partikel melayang namun ukuran besar
3
Intake Kanal Luar
7.51
20
7.61
1.54
Terbentuk flok ukuran besar namun masih menyebar
30
Terbentuk flok ukuran besar dan sudah mulai mengumpul
60
Banyak partikel melayang dan flok berukuran besar dan mengumpul
4
Inlet Clarifier (sudah tercampur koagulan)
7.59
20
7.81
2.57
Terbentuk flok ukuran halus dan menyebar
30
Flok ukuran halus dan mulai menyatu
60
Tampak jernih dan partkel melayang halus dan menyatu
 
Gambar 10. Hasil Percobaan Sesuai Tabel 2 untuk 20 Menit


Grafik 2. Pengaruh Flokulan terhadap Turbidity
Gambar 11. Hasil Percobaan Sesuai Tabel 2 untuk 30 Menit
Gambar 12. Hasil Percobaan Sesuai Tabel 2 untuk 60 Menit
Dari percobaan ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
Flokulan
  • pH                    : 7.69 (diukur di titik injeksi Inlet Clarifier)
Flokulan + Umpan
  • pH                   : 7.6 - 7.8
  • Turbidity          : 1.5 - 3.5 NTU (Standar < 5)
Dari data percobaan diatas bisa diketahui bahwa :
  1. Dengan pemberian dosis, RPM agitator dan residence time yang sama dari keempat sampel didapatkan bahwa efek penambahan flokulan adalah menaikkan nilai pH umpan dan menurunkan turbidity sampai dibawah standar yang ditetapkan yaitu < 5 NTU (standar manual book)
  2. Letak sampling yang bisa digunakan untuk melihat perbedaan proses sedimentasi dengan melihat hasil pengendapan yang mudah dilihat adalah intake kanal luar sehingga untuk percobaan selanjutnya menggunakan sampel dari titik tersebut.
5.2     PEMILIHAN DOSIS DAN RESIDENCE TIME KOAGULAN - FLOKULAN
Ada 2 letak sampling yang dipakai untuk perbandingan yaitu :
5.2.1 Letak Sampel INTAKE KANAL LUAR
Koagulan :
  • Packing                       : @25 kg 100% liquid dalam jerigen
  • Pelarutan                     : @25 kg x 10 buah liquid dilarutkan sampai volume 1000 L = 25 % = 250.000 ppm
  • Dosis Injeksi                : 10 - 30 ppm (anjuran supplier) 
Flokulan
  • Dosis Injeksi                : 0.2-0.3 % = 2000-3000 ppm (anjuran supplier)
  • Volume Clarifer           : 81 m3 = 81.000 L (didapatkan dari perhitungan dimensi dengan pembulatan)
Sehingga untuk skala laboratorium dengan sampel 1 L, didapatkan dosis injeksi 0.025 - 0.0037 ppm (rumus perbandingan)
Untuk percobaan jar test ini, dosis koagulan dan flokulan distandarkan memakai banyaknya tetes pipet (sehingga untuk dosis koagulan jumlahnya dibawah standar namun untuk flokulan jumlahnya diatas standar). Koagulan dengan jumlah dosis dibawah standar dianggap tidak berefek karena untuk injeksi koagulan saja proses sedimentasi masih membutuhkan flokulan (sesuai kesimpulan variabel 1) sedangkan untuk injeksi flokulan jumlah dosis diatas standar supaya bentuk flok lebih mudah terlihat dan mempermudah standarisasi ukuran injeksi (terkendala peralatan analitik).
KONDISI OPERASI KOAGULAN
  • Letak Sampling                       : Intake Kanal Luar
  • pH Intake Kanal Luar              : ± 8
  • Turbidity Intake Kanal Luar     : ± 8.3 NTU 
  •  Dosis Koagulan                      : 1 tetes pipet injeksi (1 tetes = 0.04 mL) 
Tabel 3. Percobaan Untuk Mengetahui Dosis dan Waktu yang Tepat (Koagulan)
Beaker Glass Ke -
DOSIS KOAGULAN
pH AFTER KOAGULASI
TURBIDITY AKHIR (NTU)
HASIL VISUAL
1
1 tetes
7.5 - 7.7
6.0 - 7.6
Belum terlihat flok
2
2 tetes
Flok terlihat sangat halus
3
3 tetes
Terbentuk flok yang agak besar
4
4 tetes
Flok besar dan menyebar
Dari data percobaan diatas bisa diketahui bahwa :
  1. Dengan dosis koagulan yang bervariasi tidak mampu menurunkan nilai turbidity dibawah standar (< 5 NTU)
  2. Semakin banyak dosis yang diberikan tingkat pembentukan flok semakin cepat namun cost akan tinggi
Gambar 13. Hasil Percobaan Sesuai Tabel 3
KONDISI OPERASI FLOKULAN
  • Jenis Flokulan             : Polymer
  • Putaran Mixing            : 40 RPM (standar <40 RPM)
  • Dosis Flokulan            : 1 tetes pipet injeksi (1 tetes = 0.08 mL) 
Tabel 4. Percobaan Untuk Mengetahui Dosis dan Waktu yang Tepat (Flokulan)
DOSIS FLOKULAN
RESIDENCE TIME (MENIT)
pH AFTER FLOKULASI
TURBIDITY AKHIR (NTU)
SELISIH DENGAN STANDAR (MAX 5 NTU)
HASIL VISUAL
1 tetes
20
7.99
4.31
13.8 %
Terbentuk flok halus
30
Flok mulai terlihat besar
60
Flok agak besar dan menyebar
2 tetes
20
7.96
3.52
29.6 %
Flok agak besar namun menyebar
30
Flok merata dalam wadah
60
Flok besar dan menyebar
3 tetes
20
7.88
2.78
44.4 %
Flok kasar mulai terbentuk
30
Flok mulai mengumpul
60
Flok besar dan mengumpul
4 tetes
20
7.80
1.20
76.0 %
Flok besar mulai terbentuk
30
Flok mulai menyatu menajdi lebih besar
60
Flok terlihat sangat besar dan mengumpul

Grafik 4. Pengaruh Dosis Flokulan terhadap Turbidity
Gambar 14. Hasil Percobaan Sesuai Tabel 4 untuk Waktu 20 Menit
Gambar 15. Hasil Percobaan Sesuai Tabel 4 untuk Waktu 30 Menit
Gambar 16. Hasil Percobaan Sesuai Tabel 4 untuk Waktu 60 Menit
Gambar 17. Hasil Percobaan Sesuai Tabel 4 untuk Waktu 60 Menit Tampak Atas
Dari percobaan ini didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
Flokulan
  • pH  : 7.69 (diukur di titik injeksi Inlet Clarifier)
Flokulan + Umpan
  • pH : 7.8 – 8
  • Turbidity          : 1.2 - 4.3 NTU (Standar < 5)
Dari data percobaan diatas bisa diketahui bahwa :
  1. Dosis injeksi 1 tetes = 0.08 mL yang berarti 3.2x dari dosis terendah yang dianjurkan (3.2 x 0.025 mL = 0.08 mL) didapatkan nilai turbidity = 4.31 NTU dan dengan standar maksimal yaitu 5 NTU maka nilai tersebut memiliki rentang dengan nilai standar hanya 13.8 % (mendekati alarm) sehingga harus dinaikkan dosisnya walaupun rentang masih aman.
  2. Untuk injeksi 2 tetes didapatkan nilai turbidity = 3.52 NTU sehingga memiliki rentang dengan standar sebesar 29.6 % dan nilai rentang tersebut sudah cukup tinggi untuk mewakili pemakaian aman injeksi flokulan.
  3. Rekomendasi produsen flokulan adalah 0.2% adalah paling minim dan 0.3% adalah paling tinggi sehingga dengan asumsi tersebut jika pemakaian 0.2% akan menurunkan turbidity sebesar 13.8% (mendekati alarm) sehingga harus dinaikkan sedikit untuk keamanan.
  4. Dosis injeksi flokulan yang direkomendasikan sesuai percobaan jar test adalah 0.2 - 0.5 % atau 2000 - 5000 ppm.  
5.2.2 Letak Sampel INTAKE KANAL DALAM
KONDISI OPERASI KOAGULAN
  • Letak Sampling           : Intake Kanal dalam
  • RPM Agitator              : 120 RPM
  • Waktu Reaksi              : < 10 detik 
  • Dosis Koagulan           : 1 tetes pipet injeksi (1 tetes = 0.04 mL) 
Tabel 5. Data Pengukuran Air Laut

BEAKER NO - 1
BEAKER NO - 2
BEAKER NO - 3
BEAKER NO - 4
pH AIR LAUT
8.13
8.10
8.12
7.94
TURBIDITY AIR LAUT (NTU)
3.5
4.10
4.59
6.10
Tabel 6 . Percobaan Untuk Mengetahui Dosis dan Waktu yang Tepat (Koagulan)
NO
DOSIS KOAGULAN
pH KOAGULAN + AIR LAUT
1
1 tetes
7.98
2
2 tetes
7.89
3
3 tetes
7.86
4
4 tetes
7.80
Gambar 18. Hasil Percobaan Sesuai Tabel 6
Dari data percobaan diatas bisa diketahui bahwa :
  1. Semakin bertambahnya dosis koagulan maka nilai pH akan semakin turun
  2. Dari gambar bisa dilihat bahwa semakin banyak dosis injeksi koagulan, partikel flok cepat terbentuk 
KONDISI OPERASI FLOKULAN
  • Jenis Flokulan             : Polyme
  • Putaran Agitator          : 40 RPM (standar <40 RPM)
  • Dosis Flokulan            : 1 tetes pipet injeksi (1 tetes = 0.08 mL)
Tabel 7 . Percobaan Untuk Mengetahui Dosis dan Waktu yang Tepat (Flokulan)
DOSIS FLOKULAN
RESIDENCE TIME (MENIT)
pH AFTER FLOKULASI
TURBIDITY AKHIR (NTU)
PENURUNAN NILAI TURBIDITY DARI NILAI AWAL
ANALISA
1 tetes
20
8.01
3.72
-6.29 %
Waktu terlalu cepat , flokulan belum sepenuhnya bereaksi sehingga turbidity belum turun
30
3.08
12.00 %
Waktu cukup efektif dengan penurunan turbidity sedang
60
2.79
20.29 %
Waktu tidak dianjurkan karena unit tidak memungkinkan namun jika ingin hemat flokulan harus mengorbankan residence time yang lama
2 tetes
20
7.90
3.41
16.83 %
Waktu cukup untuk bereaksi namun memaksa untuk menaikkan dosis flokulan, sedikit memakan cost namun residence time singkat
30
3.18
22.44 %
60
2.05
50.00 %
Waktu tidak dianjurkan karena unit tidak memungkinkan
3 tetes
20
7.87
3.73
18.74 %
Dosis terlalu besar, tidak dianjurkan walau penurunan turbidity sangat bagus
30
2.84
38.13 %
60
1.80
60.78 %
4 tetes
20
7.82
1.92
68.52 %
30
0.90
85.25 %
60
0.90
85.25 %

Gambar 19.  Hasil Percobaan Sesuai Tabel 7 untuk Waktu 10 Menit
Gambar 20. Hasil Percobaan Sesuai Tabel 7 untuk Waktu 20 Menit
Gambar 21. Hasil Percobaan Sesuai Tabel 7 untuk Waktu 30 Menit
 Dari data percobaan diatas bisa diketahui bahwa :
  1. Jika menggunakan acuan dosis terendah yaitu 0.2 % maka residence time minimum yang dibutuhkan adalah 30 menit dan itupun akan menurunkan turbidity hanya sebesar 12% (mendekati alarm) ---> cost rendah, residence time sedang
  2. Untuk injeksi flokulan dinaikkan 2x yaitu 0.4 % maka residence time sebesar 20 menit sudah cukup efektif dengan penurunan turbidity sebesar 16.83 % ---> cost tinggi, residence time rendah
  3. Jika dosis 0.4 % dipakai dan residence time di set 30 menit maka akan sangat aman jika ada fluktuatif kondisi air laut ---> cost tinggi, residence time sedang 
Silakan Downloading International Proceeding Journal Open Acces di https://doi.org/10.1088/1757-899X/1096/1/012102

Kutip Artikel Ini (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2018). Analisa Sistem Koagulasi-Flokulasi-Sedimentasi di PLTU dengan Jar Test, Best Practice Experience in Power Plantwww.caesarvery.com. Surabaya

Referensi: 
[2] Feriyanto, YE. (2018). Analisa Sistem Koagulasi Flokulasi Sedimentasi di PLTU dengan Jar Test, Best Practice in Power Plant. Surabaya

Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi KLIK

Customer Value (Nilai Pelanggan)

Diposting oleh On Tuesday, January 16, 2018


Sumber : www.sciencedirect.com
Judul Jurnal : From Perception to Propositions : Profiling Customer Value Across Retail Context

Customer Value menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2012) adalah sesuatu yang tidak hanya memberikan kepuasan kepada pelanggan namun juga harus memberikan kebahagian diluar harapan pelanggan. Dalam jurnal ini diambil permasalahan di sektor retail karena banyaknya bidang yang dioperasikan seperti ketegori produk, kategori merk dan segmentasi pasar baik online maupun offline.
Tujuan jurnal ini adalah untuk mengidentifikasi dan mengarahkan tercapaianya kesuksesan penerapan customer value dengan pengukuran dan pemodelan berdasarkan kontek yang spesifik dengan mengkonseptualisasikan perceiving customer value dan proposing customer value. Contoh yang diambil adalah penjualan online-offline pada bidang fashion dan elektronik dengan uji di 3 negara dengan budaya yang berbeda yaitu USA, Finlandia dan Jepang.
Menurut Woodruff (1996), customer value berkaitan dengan konsekuensi yang dapat berupa manfaat atau pengorbanan, dimana konsekuensi merupakan dampak yang dirasakan individu atau suatu kelompok sebagai akibat dari adanya konsumsi barang/jasa, sebagai kebalikan dari pemberian sifat dari barang itu sendiri.
Menurut Martelo (2013) di jurnal ini terdapat 2 kunci perspektif untuk pembahasan customer value yaitu perceiving dan proposing.
Gambar 1. Perspektif Customer Value, dikutip dari Rimtanaki (2017)
Menurut jurnal ini, definisi perceiving customer value adalah pemahaman terhadap apa yang dinilai oleh pelanggan sebagai prasyarat untuk memformulasikan berbagai hal dalam kesiapan produk tersebut untuk digunakan. Pemahaman ini bisa dicapai dengan 2 cara yaitu :
  • Menginvestigasi dan asesmen antara manfaat dan biaya yang dikeluarkan,
  • Mengkonseptualisasikan output pembelanjaan berdasarkan dimensi customer value.
Sedangkan menurut Kotler (2003), perceiving customer value adalah the difference between the perspective customer’s evaluation of all benefits and all the costs of an offering and the perceived alternatives” (perbedaan perspektif tentang manfaat oleh pelanggan terhadap semua biaya yang ditawarkan dan juga alternatif yang dirasakan).
Dari kedua pengertian ini bisa diambil kesimpulan bahwa perceiving customer value adalah keseluruhan penilaian konsumen terhadap kegunaan suatu produk atas jasa yang diterima dan yang diberikan oleh produk terhadap apa yang sudah dikeluarkan oleh konsumen. Sehingga untuk kontek di jurnal ini adalah penilaian konsumen terhadap fashion/elektronik yang sudah dibeli baik melewati media online maupun offline sehingga secara tidak langsung akan timbul kepuasan pelanggan dan perkataan dari mulut ke mulut untuk membicarakan bagusnya penerimaan terhadap barang yang sudah dibeli.
Menurut Sheth (1991) dan Holbrook’s (1999) di jurnal ini, dimensi customer value cenderung terhadap ke perilaku konsumen seperti :
  • Functional (fungsi),
  • Emotional (emosi),
  • Social (sosial),
  • Conditional (kondisi),
  • Epistemic value (ketertarikan hal-hal baru).
Sedangkan menurut penelitian Babin (1994), dimensi customer value adalah :
  • Modelling the utilitarian (seperti kebutuhan dan rasional)
  • Hedonic (hiburan, kepuasan diri dan pemuasan emosional).
Menurut Sweeney (2001), dimensi customer value terbagi menjadi 4 yaitu :
  • Price/value for money,
  • Quality/performance,
  • Emotional value,
  • Social value.
Di jurnal ini menurut Davis (2012), 9 tipe pengukuran customer value seperti :
  • Acquisition
  • Transaction
  • Efficiency
  • Choice
  • Aesthetics
  • Exploration
  • Self gratification
  • Social interaction
  • Social status
Customer value memiliki hubungan yang sangat erat dengan loyalitas pelanggan. Penerapan customer value yang tinggi akan menciptakan superior customer value. Selanjutnya superior customer value akan meningkatkan kepuasan pasar sasarannya yang akhirnya akan memberikan respon positif dalam bentuk semakin banyaknya pelanggan yang menggunakan dan setia terhadap produk tersebut, karena lebih tingginya “value” yang dirasakan pelanggan daripada “value” yang ditawarkan pesaingnya. Hubungan customer value dan loyalitas pelanggan diungkapkan oleh Scott Robinette (2001) yaitu “success and growth are shown to be dependent on the link among value, profit, and customer loyalty” jika diartikan sebagai berikut : kesuksesan dan pertumbuhan pelanggan akan bergantung dari penciptaan nilai, keuntungan, dan loyalitas dari para pelanggan. Terciptanya customer value yang tinggi akan menumbuhkan ikatan emosional dan respon positif antara pelanggan dan perusahaan dalam membangun hubungan. Untuk meningkatkan loyalitas, perusahaan harus meningkatkan kepuasan setiap pelanggan dan mempertahankan tingkat kepuasan tersebut dalam jangka panjang.
Pada penelitian ini diambil 4 dimensi yang berpengaruh pokok dalam daya beli konsumen yaitu economic (berhubungan dengan apa yang didapatkan konsumen dari merk/barang yang dibeli), functional (berhubungan dengan fungsi dari apa yang dibeli), emotional (menunjukkan keuntungan afektif yang didapatkan konsumen) dan symbolic (sebagai tanda kepemilikan atas merk). Dari dimensi tersebut diperkirakan bisa mewakili perilaku konsumen di 3 negara dengan budaya yang berbeda sehingga dihasilkan persepsi dan harapan yang bisa digunakan untuk memberikan penilaian terhadap pembelian barang yaitu fashion/elektronik.
Gambar 2. Framework dan Model Customer Value
Dari Gambar 2 diatas bisa dilihat bahwa pengaruh penilaian konsumen yang dinilai berdasarkan 4 dimensi akan memberikan keputusan yaitu kepuasan (satisfaction) atau perkataan dari mulut ke mulut (word of mouth). Pada penelitian ini diambil sampling menyeluruh terhadap konsumen untuk USA = 776 orang, Finlandia = 858 orang dan Jepang = 832 orang dan didapatkan profil konsumen sebagai berikut :
Gambar 3.  Profil Dimensi Konsumen di USA
Sesuai Gambar 3 bisa diketahui bahwa konsumen di USA cenderung dominan di fashion online karena faktor emotional dan functional.
Gambar 4.  Profil Dimensi Konsumen di Finlandia
Sesuai Gambar 4 bisa diketahui bahwa konsumen di Finlandia cenderung dominan di elektronik online karena faktor functional kemudian diikuti oleh fashion online juga karena faktor functional.
Gambar 5.  Profil Dimensi Konsumen di Jepang
Sesuai Gambar 4 bisa diketahui bahwa konsumen di Jepang cenderung dominan di elektronik online karena faktor functional kemudian diikuti oleh fashion online juga karena faktor functional.
Dari ketiga kriteria tersebut yaitu dimensi, merk yang dibeli, cara pembelian dan faktor budaya negara maka bisa disimpulkan sebagai berikut : terdapat kemiripan perilaku customer di Finlandia dan Jepang yaitu faktor functional lebih dominan dari dimensi yang lain sedangkan di USA faktor emotional yang mendominasi. Dari segi cara mendapatkan barang, di ketiga negara sama-sama dominan di sistem online karena mudah diakses dimanapun, mudah membandingkan dengan pembeli lain dan tidak mengeluarkan waktu serta biaya ekstra untuk akomodasi.
Selain dari segi perceiving customer value, pengukuran penilaian oleh pelanggan menurut jurnal ini adalah proposing customer value yaitu sesuatu yang dibuat untuk merefleksikan suatu persepsi yang dicari oleh pelanggan yang ditargetkan.
Menurut Fifield (2007) definisi proposing customer value adalah “a written statement focusing all the organization’s market activities onto customer critical elements that create a significant differential within the customer’s decision process, to prefer and/or purchase the organization’s offering over a competitor’s” dan jika diartikan sebagai berikut : pernyataan tertulis dari suatu badan usaha untuk fokus secara menyeluruh bahwa aktifitas perdagangan terhadap konsumen adalah elemen kritis yang membuat sesuatu hal berbeda dalam proses keputusan konsumen dibandingkan memilih penawaran oleh kompetitor.
Menurut Rintamaki (2007) terdapat 4 kategori proposing customer value yaitu :
  • Focused on economic value (price),
Besaran uang yang dikeluarkan oleh customer untuk mendapatkan value dari penjual.
  • Functional value (solution),
Sesuatu yang sudah dibeli memberikan value seperti yang diharapkan dan bahkan diluar harapan pelanggan.
  • Emotional value (customer experience),
Aspek pemilihan barang/jasa yang akan digunakan yang berdasarkan apa yang akan dikorbankan oleh pelanggan.
  • Symbolic value (meaning),
Suatu arti yang mendalam dan membekas sebagai pertanda atas pembelian barang.
Studi yang dilakukan di jurnal ini meliputi :
  • Menganalisis perilaku customer di 3 negara yaitu USA, Finlandia dan Jepang karena ketiga negara ini dipertimbangkan memasuki konteks budaya yang berbeda,
  • Profil pembeli berasal dari data berdasarkan konteks pengambilan keputusan pelanggan (fashion atau elektronik) dan pilihan saluran pembelian (offline atau online, termasuk pembelian mobile).
Hasil studi sebagai berikut :
  • Hasilnya dengan model persamaan struktural untuk nilai pelanggan, kepuasan, dan perkataan dari mulut ke mulut menunjukkan kecocokan yang dapat diterima untuk data di ketiga negara,
  • Secara spesifik, data di USA sesuai dengan kebutuhan didukung diterimanya semua faktor yang diuji namun sesuai indeks Finlandia dan Jepang agak kurang,
  • Kecocokan keseluruhan model dapat diterima untuk data di masing-masing negara dan susunan validitas skala nilai pelanggan tampaknya dapat diterima di tiga negara yang berbeda,
  • Nilai pelanggan semakin tinggi pada nilai ekonomi, fungsional, emosional, dan simbolis apabila dikaitkan dengan kepuasan dan nilai perkataan dari mulut ke mulut yang semakin tinggi,
  • Selain validitas juga terdapat reliabilitas meliputi konsistensi internal pada dimensi nilai pelanggan di tingkat yang paling baik, 
  • Customer di USA mendapatkan nilai paling banyak dari belanja yang diukur pada keempat dimensi tersebut. Mereka juga paling puas dan paling mau merekomendasikan kepada orang lain dibandingkan dengan Jepang dan Finlandia.
Referensi : tugas pribadi kuliah dengan sumber jurnal terkait

Analisa Kerak Menggunakan XRD (X-Ray Difraction) Metode dan Langkah Kerja

Diposting oleh On Monday, January 15, 2018

X-Ray Difraction (XRD) adalah alat untuk menganalisa kerak/deposit yang menempel di material logam. Di laboratorium tempat kami bekerja, XRD digunakan untuk menganalisa komposisi kerak boiler, heat exchanger dan tangki.
Set XRD terdiri dari :
  • X-Ray machine (case) ---> 4 baterai, tempat sampel (bubbling)
Gambar 1. Machine XRD with Sampel Bubbling
  • Alat tumbuk kerak

Gambar 2. Alat Tumbuk Kerak
  • Screening 100 mesh
Gambar 3. Screening 100 mesh
Langkah-Langkah dalam Proses Pengukuran di XRD sebagai berikut :
  • Menumbuk kerak di alat tumbuk (mirip lumpang jaman dahulu) dan menyaring di screening 100 mesh
    Gambar 4. Hasil Tumbukan Kerak yang Sudah di Screening
  • Tempat sampel (bubbling) diambil dari case dan dihubungkan menggunakan USB sambil "ON" kan "STIRRING" dan sampel 100 mesh disendokkan ke tempat sampel (pastikan bahwa sampel telah bubbling dan bergerak merata)
  • Menempatkan kembali tempat sampel ke XRD machine dan "CONNECT" kan laptop dengan WIFI XRD Machine (dengan IP Address khusus bawaan)
  • Terdapat "MENU" khusus untuk "ON, OFF & PAUSE", lakukan "ON" dan akan muncul pemberian nama sampel kerak (harus dipisahkan dengan tanda "_" karena "SPASI" tidak bisa digunakan). Kemudian klik tombol "ON atau CENTANG" pada XRD machine dan alat pun akan menembak sampel dengan sinar-X sebanyak 250x
BACA JUGA: Istilah Mirip tapi Tidak Sama Artinya di Teknik Kimia (1 of 2)

Jika dirasa tembakan X-ray 250x terlalu banyak, maka proses bisa dihentikan kapanpun, namun lebih baiknya cek dahulu analisa dari segi "XRF" di laptop yang sudah ter-connect dengan wifi alat tersebut. Kalau sudah dirasa analisa XRF sudah smooth dan terlihat peak yang pasti, maka XRD bisa di "OFF" kan.
Gambar 5. Peak Uji XRF dengan XRD Analyzer
Jika pembacaan XRF sudah memiliki peak yang jelas seperti diatas, maka XRD bisa dihentikan dan dilakukan analisa. 
Langkah-Langkah dalam Proses Analisa Hasil XRD sebagai berikut :
  • Install software aplikasi bawaan alat XRD
  • Setting sesuai petunjuk seperti install database unsur standar
  • Membaca peak hasil XRD yaitu mencocokkan peak yang mirip dengan database standar, maka peak yang memiliki ketinggian sama dengan standar, itulah unsur yang akan terbaca
Gambar 6. Tabel Kuantitatif Hasil XRD Analyzer
Gambar 7. Peak XRD Analyzer
Dari hasil peak dan data kuantitatif diatas, maka kerak yang  diuji sudah bisa dilakukan analisa komposisi unsur yang terkandung dan langkah selanjutnya untuk mengetahui alarm standar kandungan unsur di dalamnya maka dilakukan perbandingan sesuai standar di masing-masing peralatan dan fluida yang mengalir didalamnya.

Kutip Artikel ini sebagai Referensi:
Feriyanto, Y.E. (2018). Analisa Kerak Menggunakan XRD (X-Ray Difraction) Metode dan Langkah Kerja, Best Practice Experience in Power Plant. www.caesarvery.com. Surabaya

Referensi
[1] Feriyanto, Y.E. (2016). Operation and Analysis Engineering. Surabaya
 
Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi KLIK