Trending Topik

Kisah Pendidikanku

Diposting oleh On Monday, November 02, 2015

Aku dibesarkan dalam kehangatan keluarga, aku sekolah dasar di MIRN Purwokerto Srengat dan banyak prestasi naik turun yang aku dapatkan dan akhirnya pada puncaknya di 2 tahun terakhir aku menjadi juara 1, UNAS nomor 1 dan menjadi juara 2 olimpiade IPA se Kecamatan Srengat (maklum saja yang rangking 1 kala itu, ibu dan Bu Lek nya mengajar disana dan banyak guru - guru lain rumahnya dekat dengan dia, maklum di desa sistem sungkan masih tinggi) dan sesudah itu aku dibina dengan dikumpulkan bersama 3 para juara untuk mewakili tingkat kabupaten dan kami bertiga berkompetisi lagi dan aku menjadi juara 1. Prestasi lain yang pernah aku alami adalah aku selalu menjadi ketua kelas, ketua upacara, ketua baris 17 Agustusan dan ketua baris obor tingkat kecamatan. Bapakku yang kala itu masih hidup, terus menyemangati aku untuk terus belajar dan berkata akan membiayai sekolah ku sampai tingkat manapun. Aku selalu tercukupi kebutuhan materi seperti buku materi dan buku soal - soal selalu ada untukku karena bapakku selalu menomor satukan pendidikan (jadi sering banget aku ke toko buku untuk melengkapi kebutuhanku). Menginjak ke SMP, bapak dan aku berunding memilih sekolah dimana apakah SMP atau MTsN dan akhirnya bapak memutuskan agar aku sekolah di MTsN dengan harapan besok aku menjadi ahli agama yang bisa mendoakan orang tuanya kelak.
Aku memilih MTsN Kunir untuk sekolahku dan Alhamdulilah 3 tahun berturut - turut aku selau di kelas favorit (tanda kalau kelas favorit di MTsN adalah antara laki - laki dan perempuan satu kelas, karena kelas lain adalah laki - laki saja dan perempuan saja). Aku menunjukkan prestasiku disana dengan rangking 1 sejak kelas 1 sampai kelas 3 dan aku juga menorehkan prestasi disana dengan juara 1 olimpiade MIPA. Aku ditunjuk menjadi anggota tim 11 cerdas (dimana anggotanya adalah 11 siswa pilihan 3 cowok, 8 cewek) yang nantinya tim ini yang akan di ikutkan perlombaan olimpiade disetiap ajangnya. Aku mendapat materi khusus tambahan yaitu jam 06.00 - 07.00 aku diberi materi oleh tutor khusus olimpiade, sehingga jam 5 aku harus sudah berangkat sekolah dan naik sepeda sendirian. Materi yang diajarkan adalah tingkatan lebih tinggi dari kedudukan kelasku saat itu. Pengalamanku saat kelas 1 yaitu aku pernah disuruh maju oleh guru fisikaku Bu Ifa namun aku tidak mau karena aku pemalu dan sering dipanggil Pak Kumis (karena aku masih kelas 1 namun sudah berkumis halus) dan Bu Ifa bilang kamu pintar tapi kuk pemalu (Bu Ifa tanya ke wali kelasku Pak Eko dan Pak Eko meminta Bu Ifa untuk selalu menunjuk aku karena biar aku tidak pemalu lagi), Bu Ifa bilang "Ayo maju mengerjakan soal ini !" dan akupun maju dengan paksakan Bu Ifa dan teman - teman dan aku bisa menyelesaikan itu namun dengan malu - malu. Setiap hari aku hanya dibekali uang saku 500 rupiah dan uang ini tidak pernah aku jajakan karena untuk jaga - jaga kalau ada ban bocor. Sewaktu jam istirahat semua temanku selalu beli makanan dan minuman, akupun selalu diajak namun aku bilang tidak lapar (padahal aku tidak punya uang dan hanya punya uang cadangan 500 rupiah dan itu yang aku simpan untuk jaga - jaga kalau banku bocor) dan aku selalu dikelas sama cewek - cewek yang sedang makan sedangkan teman cowok semua keluar makan diluar dan aku konsentrasi mengerjakan latihan soal IPS dan IPA, jadi aku selalu menghabiskan waktuku untuk membaca dan mengerjakan soal latihan sampai waktu istirahat selesai (jadi kalau ada Buku LKS = buku latihan soal - soal, dalam waktu 3 hari sudah tak kerjakan semua karena itulah kesibukanku saat waktu istirahat). Karena saking seringnya buku tak baca, maka hampir seluruh bukuku lusuh pertanda sering dibuka dan memang benar nilai IPS dan IPA ku selalu tertinggi dikelas. Masalah muncul saat aku sudah lulus dari MTsN dan ingin melanjutkan ke SMA. Rasaku sangat ingin sekolah namun aku kasihan sama ibuku karena tidak punya uang sama sekali (aku tidak mau membebani orang tua karena untuk makan saja susah dan ibu juga tidak bekerja), keinginanku untuk melanjutkan sekolah terdengar guruku Bu Kristina (guru kesenian saat itu) sehingga aku dipanggil menghadap ke beliau dan dikasih nasehat harus meneruskan karena eman - eman ilmunya tidak digunakan, namun aku bilang keluarga saya sangat pas - pasan dan tidak ada lagi biaya hidup, Bu Kristina tetap menyemangati aku agar tetap melanjutkan sekolah dan memberi aku uang 200 ribu untuk membeli formulir pendaftaran SMA dan beliau juga bilang kalau aku bersungguh - sungguh sekolah dan berprestasi nanti di SMA banyak beasiswa. Akhirnya aku membeli formulir dan mendaftar SMA.

Aku diterima di SMAN 1 Srengat dan disana aku minder sekali karena aku tukang ngarit, anak orang tidak punya, dari MTsN (karena mayoritas anak SMP) dan tidak punya uang untuk jajan. Aku ke sekolah SMA (sekitar 8 km) naik motor dengan bergantian sama sepupuku Desi. Setelah bel pulang, aku selalu memacu motorku cepat - cepat pulang karena aku harus ngarit. Kelas 1 SMA waktu itu semester 1, aku punya ambisi besar untuk mengalahkan anak - anak dari SMP (aku ingin buktikan bahwa anak MTsN tidak kalah) dan aku menduduki rangking 2 karena penilaian waktu itu adalah kurikulum KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi dimana guru tidak mengajari tapi cuma memonitor, guru hanya mendengar murid presentasi dan murid yang mencari dan mengolah bahan kemudian di presentasikan), dari sistem KBK ini yang dinilai adalah Kognitif (kecerdasan), Psikomotorik (komunikatif menyampaikan) dan Afektif (sikap dan nilai tata tertib di sekolah). Siswa yang berani tampil dan percaya diri dipastikan memiliki nilai tertinggi di kelas dan karena aku pemalu aku hanya tinggi di Kognitif namun sanagt rendah di Psikomotorik. Aku pernah dibilang sama temanku cewek namanya Hyank*su Ad*ca P*ndiambika F*tista S*ta Ningtyas (itu nama 1 orang lho dari bahasa campuran Sanskerta) "Kamu tidak akan pernah bisa mengalahakan April (juara 1 semester 1) karena dia dulu di SMP dapat rangking paralel" dan aku menjawab "Aku pasti bisa mengalahkannya" dan kata - kata ini selalu tak ceritakan ke temanku Desi dan Rika. Aku sangat rajin belajar dan abgiku belajar menyenangkan karena tahu berbagai ilmu, jadi selesai ngarit biasanya jam 17.00 aku nongkrong di depan rumahku sambil melihat jalan dan belajar (dan ini caraku belajar harus ada pemandangan yang dilihat atau ditemani musik keras contohnya waktu itu lagunya Dewa 19, pernah juga aku belajar sambil menunggu layang - layangku serta pernah juga belajar sambil menggembala kambingku di kebun belakang) dan sesudah Sholat Maghrib aku tidur walau dirumahku banyak temanku yang ingin ngobrol dengan adik cewekku (dia cantik makanya banyak cowok datang kerumahku sambil main gitar, main kartu atau cuma nongkrong - nongkrong saja). Walau dirumahku ramai, terkadang kalau aku tidak tidur aku tetap bisa belajar karena aku bisa belajar kalau ada suara - suara namun jika aku capek maka aku langsung pamitan tidur ke teman - teman. Aku selalu terbangun otomatis setiap jam 02.00 dan aku selalu Sholat Isya', membaca Al - Qur'an, Sholat Tahajjud kemudian belajar. Belajar di pagi itu sangat masuk di pikiranku karena selesai tidur pikiran tenang dan capekku dari ngarit sudah hilang. Ini aku lakukan sejak kelas 1 SMA - 3 SMA. Kalau aku tidak tidur sesudah Maghrib, banyak teman datang kerumahku seperti Desi, Rika, Joko dan Bayu. Mereka minta diajari cara mudah memahami dan mengerjakan soal di sekolah, mereka menyiapkan buku lengkap dan ini sangat menguntungkan aku karena aku yang tidak kuat beli buku telah dipinjami dan disiapkan oleh mereka.

Semester 2 aku membuktikan bahwa aku yakin juara 1 akan bisa aku raih, aku berusaha keras dan pengalamnaku yang terinagt sampai sekarang adalah saat pelajaran Bahasa Indonesia yang diajar oleh Bu Binti, Bu Binti sangat kagum dengan aku karena aku punya banyak pengetahuan tentang biografi tokoh - tokoh dan sampai kemudian hari aku diminta Bu Binti untuk cerita biografi penemu mesin fotokopi (karena semua teman - temanku tidak ada yang bisa menjelaskan tokoh biografi karena saat itu tema pelajaran adalah tokoh biografi dan hanya aku yang tahu sehingga Bu Binti menunjuk langsung ke saya). Saat aku menjelaskan ke semua teman - temanku, semua terdiam mendengarkan dan salut dengan penjelasanku. Bu Binti tanya ke aku ingin jadi apa dan aku menjawab ingin jadi Dokter namun Bu Binti bilang kamu akan jadi Insinyur dan sekolah di Surabaya (ternyata perkataannya benar dan sekarang aku menjadi seperti apa yang dikatakan Bu Binti itu). Nilai psikomotorikku Bahasa Indonesia menjadi naik dan aku sekarang menjadi pemimpin nilai sementara di setengah mata pelajaran saat itu. Saat pelajaran Biologi, selesai ujian pasti diperingkat seluruh siswa kelas 1 SMA dan akupun menjadi nomor 1 untuk nilai ini begitu juga IPS aku selalu menjadi yang nomor 1 (karena pelajaran hafalan aku selalu menjadi yang nomor satu).  Saat presentasi Biologi, saat itu aku berkelompok dengan Hyank*su dan saat sesi tanya jawab karena dia sangat percaya diri, dia yang menajdi juru bicara dan aku menjadi penemu jawaban dan ide. Waktu itu, timku Biologi mendapatkan snack coklat terbanyak karena bisa menyelesaikan soal paling banyak (jadi antar tim diadu, dikasih soal dan diminta untuk menyelesaikan) karena timku lengkap untuk bertanding. Trik yang aku coba saat itu adalah untuk Biologi aku selalu mencatat materi dari merangkum 3 buku (Erlangga. Yudistira, Sunda Kelapa) dari Perpustakaan karena aku tidak punya uang untuk beli, jadi kalau tidak fotokopi diperkecil bolak - balik, aku meminjam di Perpustakaan dan menulisnya di buku tulis sebagai kitab ampuh (rangkumanku sampai sekarang masih ada dan terbukti sangat berguna saat aku ikut olimpiade dan les privat saat kuliah). Pengalaman lain yaitu aku pernah dijegal oleh Hyank*su (dia termasuk dalam 5 besar sehingga persaingan nilai sangat ketat) saat akan ujian Sejarah, 2 hari sebelum ujian dia pinjam catatan Sejarahku dan aku meminjaminya karena dia berjanji akan mengembalikan besok, namun setelah tak tanya - tanya katanya bukunya selalu tertingal di rumah sehingga akupun marah karena deadline belajar sudah mepet. Aku mencari cara lain yaitu memfotokopi materi dan belajar lewat itu dan terbukti Alhamdulillah aku tetap menjadi yang terbaik. Waktu pelajaran kimia lewat penjelasan bu guru Kimia Bu Nur aku memang tidak bisa, karena aku tipe visual yaitu aku paham jika aku membaca dan menghayati sendiri bukan auditori yang dijelaskan langsung paham (karena hampir semua mata pelajaran aku selalu mempunyai metode sendiri untuk belajar yaitu dengan mereview ulang di rumah dengan caraku sendiri). Suatu ketika pelajaran Kimia, aku selalu mendapat nilai diatas 90 dan sering 100. Bu Nur tidak yakin dengan nilaiku (paling melihat dari wajahku yang tidak meyakinkan dan sering banget saat dijelaskan olehnya aku juga tidak bisa menjawab), akhirnya setiap selesai nilai ujian dibagikan, aku selalu di tes lisan ke depan untuk mengerjakan dan Alhamdulillah aku bisa mengerjakan namun anehnya mengapa yang lain dapat nilai bagus tidak dicurigai???. Waktu itu pelajaran Kimia tentang peleburan zat, aku ditanya dan tidak bisa menjawab akhirnya aku dihukum berdiri di depan kelas sampai aku bisa menjawab dan setelah lama berdiri ada teman membantu menjawabkan dan aku boleh duduk namun saat aku ujian tentang bab tersebut aku mendapat nilai 100 (Bu Nur tambah bingung lagi, dulu awal - awal ditanya tidak bisa menjawab sama sekali tapi ujian nilai 100 dan di kertas buram hitungan lengkap ada data perhitungan dan tidak terbukti mencontek). Metode yang aku terapkan adalah aku belajar sendiri sesudah materi diterangkan guru, jadi aku tidak belajar mendahului guru atau materi yang akan dipelajari (karena aku capek ngarit dan banyak waktu terpotong sehingga lambat untuk mengejar materi yang akan dibahas walau instruksi Bu Guru harus belajar supaya saat dijelaskan Guru langsung nyambung), namun setelah penjelasan Guru itu, aku mencoba dengan caraku sendiri belajar bagaimana metode lebih ringkas untuk menyelesaikan soal itu makanya saat di awal aku pasti tidak bisa namun di akhir aku bisa mengerjakan. Bu Nur pasrah dengan keanehanku dan di puncaknya diberi PR menghafal Tabel Periodik dan disuruh maju satu per satu siswa dan akupun lengkap mendapat nilai 100, sesudah itu aku tidak lagi dicurigai sebagai orang yang bodoh dan Bu Nur menjadi kenal betul dengan aku sampai kelas 3. Aku lemah di hitung - hitungan, namun aku tidak menyerah aku selalu meningkatkan kemampuan belajar Matematika dan Fisika walau saat ujian untuk kedua mata pelajaran ini aku tidak menjadi nomor satu namun aku tetap dapat nilai yang baik. Akumulasi dari semua ujian akhirnya membawa aku menjadi rangking 1 di kelas itu dan mematahkan perkataan temanku itu (Hyank*su) dan membuktikan bahwa siswa MTsN tidak kalah dengan siswa SMP. Sewaktu pengambilan rapot, wali kelasku Bu Yayuk memanggil ibuku maju untuk mengambil rapot (pengambilan rapot dimulai dari yang rangking bawah ke rangking atas), ibuku dipanggil paling akhir yang menandakan aku rangking puncak di kelas itu dan ibu mendapat hadiah buku dan dapat pesan untuk menjaga agar aku terus meningkatkan belajar. Ibuku bangga bisa berdiri di depan orang banyak padahal wali murid yang datang waktu itu kebanyakan adalah orang berseragam PNS dan orang berada namun ibuku dengan keadaan pas - pasan dan orang miskin bisa bahagia dengan keadaan saat itu. Kejadian lain di pertengahan semester 2 adalah waktu itu hari Sabtu adalah hari latihan upacara Senin untuk giliran kelasku, namun semua cowok di kelasku diprovokatori oleh Chandra untuk tidak boleh latihan dan pulang saja dan aku ikut - ikutan pulang. Hari Senin, akhirnya petugas upacara tetap untuk kelas sebelumku (Kelas F) karena kelasku (Kelas G) tidak latihan. Waktu aku sedang ada kelas di Laboratorium Komputer, tiba - tiba namaku dan Bayu dipanggil untuk manghadap ke WaKaSek Pak Soetomo (bagian kedisplinan), dengan semangat aku bilang ke Bayu bahwa kita akan diikutkan Olimpiade Biologi (dapat rumor bahwa olimpiade akan dilaksanakan sebentar lagi) karena kebetulan kita berdua mempunyai nilai bagus terus di pelajaran itu. Setelah kami menghadap Pak Soetomo, suasana tegang kami hadapi dan Pak Soetomo langsung menunjuk aku dan ini percakapannya :
      Pak Soetomo : kemarin kamu ajak kemana teman - temanmu sampai semua tidak latihan upacara?
      Aku : saya tidak tahu Pak dan saya pulang karena membantu orang tua di sawah sambil ngarit
      Pak Soetomo : aku tidak percaya, wajah seperti kamu ini mau ke sawah, coba liat tanganmu!
     Aku : (aku tunjukkan tanganku yang penuh dengan lubang - lubang kecil pertanda sering terkena tanah kotor dan tanganku kotor akibat sering ngarit serta banyak kapalan)
     Pak Soetomo : (terdiam dan memandang aku penuh amarah) kamu ini pasti pemabuk dan perokok
    Aku : (sambil cengengesan karena aku tidak mau tegang) saya tidak pernah mabuk dan merokok pak
Tiba - tiba aku disepak keras di kakiku karena aku cengengesan dan aku disuruh kembali. Dalam hatiku aku ingin balas dendam dengan membuktikan bahwa aku tidak sebodoh dan se - nakal seperti apa yang dia katakan dan benar saja waktu itu di sekolahku sewaktu habis upacara ada kegiatan rutin membagikan hadiah ke juara kelas didepan umum dan kebetulan aku waktu itu juara 1 dan yang menyalami dan membagikan hadiah adalah Pak Soetomo (dia menatap aku dengan serius dan aku mikir paling dia tidak percaya bahwa aku tidak seperti yang dia kira). Akhirnya aku menang bisa membuktikan ke orang yang telah menilai aku dari fisik saja tanpa melihat aku lebih dalam, Alhamdulillah berkat pertolongan Alloh dan usaha kerasku membuahkan hasil seperti ini. Kecewaku kelas 1 SMA adalah aku tidak terpilih menjadi kandidat perwakilan olimpiade namun yang mewakili adalah H*ris (beda kelas dengan aku, dia di SMP pintar dan dapat rangking paralel terus dan anak mantan guru Bahasa Indonesia di SMA ku), jadi mungkin Para Guru memilih H*ris dengan pertimbangan dia pintar sekaligus guru - guru sungkan ke Bapaknya dan aku tidak menonjol sama sekali karena pendiam dan pemalu namun aku membuktikan dengan hasil yaitu selalu nomor 1 peringkat Biologi se siswa kelas 1 SMA. 

Menginjak kelas 2 SMA aku diterima di jurusan IPA, aku berkumpul dengan para juara kelas dari masing - masing kelas 1. Disini kompetisi dimulai, semua teman - temanku sangat percaya diri sehingga kebanyakan nilai pendongkraknya adalah aspek Psikomotorik dan akupun tetap bagus di Kognitif dan selalu jatuh di Psikomotorik. Bahasa Inggris aku diajar sama Pak Hamdani dan kebetulan aku dari MTsN (diutamakan Bahasa Arab dan meminimalisir Bahasa Inggris) aku mulai belajar dari nol dimana teman - temanku yang dari SMP sudah bisa bicara Bahasa Inggris aku masih belajar tata bahasa dan tenses. Aku sering ditertawakan oleh Pak Hamdani dan teman - temanku karena programnya yang sering adalah maju ke depan kelas untuk bicara Bahasa Inggris dan aku pernah dihukum berdiri didepan lama karena aku tidak bisa bicara Inggris sama sekali. Kejadian lain yaitu pernah sewaktu ujian tulis Bahasa Inggris aku mendapat nilai 85 (cukup bagus untuk aku karena aku sering mendapat nilai dibawah 70), kebetulan anak pintar Bahasa Inggris itu satu bangku dengan aku dan namanya sama dengan aku (dia selalu mendapat niali sempurna diatas 90). Pak Hamdani menyindir dengan Bahasa Inggris dengan inti apakah ini benar - benar jawaban dari Feri (karena teman sebangkuku adalah yang paling bagus, dia mikir aku mencontoh kerjaannya) padahal aku mengerjakan sendiri dan tidak pernah mencontoh untuk semua mata pelajaran (mencotoh bagiku adalah kalah dan mengakui kecerdasan teman, bagiku itu tidak boleh terjadi). Rasa dendamku muncul dan aku ingin menunjukkan bahwa aku tidak sebodoh yang dia pikirkan dan aku berdoa dan berusaha agar Pak Hamdani melihat prestasiku di bidang lain di lain waktu. Kompetisi Olimpiode Sains tingkat Kabupaten akan diadakan lagi, dulu pas aku kelas 1 tidak dicalonkan dan sekarang aku mulai diikutkan ke ajang bergengsi itu untuk menunjukkan kemampuan di bidang nya masing - masing dan kandidat Biologi adalah H*ris (kelas 1 SMA dia juara 2 se kabupaten Blitar), aku dan P*pit. Program pembelajaran untuk kandidat Olimpiade ditambah yaitu jam 06.00 aku sudah harus di sekolah untuk menerima materi Biologi persiapan lomba yang diajar khusus oleh tutor, aku sosok pendiam dan hanya mendengarkan penjelasan tutor tanpa ada reaksi apapun sedangkan Haris karena tahun lalu dia juara dia sering ditanyai sama tutornya begitu juga Pipit dia aktif juga bertanya dan merespon apa yang dikatakan tutor namun tidak untuk aku (jadi aku seperti tidak dianggap karena tidak pernah ditanyai satu kalipun). Dalam diriku malah tambah semangat lagi untuk membuktikan bahwa aku ingin menjadi terbaik diantara yang terbaik. Kami semua dari perwakilan semua bidang Olimpiade dikirim ke SMAN 1 Garum, disana kami lomba dan kurang lebih 1 bulan hasil babak penyisihan terlihat dan Alhamdulillah aku menjadi juara 1 Olimpiade Biologi se - Kabupaten Blitar mengalahkan juara tahun lalu H*ris yang sekarang dia juara 2 dibawahku dan pipit juara 3 (jadi SMA ku memborong seluruh Juara biologi Kabupaten). Alhamdulillah aku bisa membuktikan ke tutorku bahwa aku bisa menjadi yang terbaik. Sewaktu pelajaran Bahasa Inggris, ada kertas datang dari Guru BP / BK dan diserahkan ke Pak Hamdani dan dia membacakan namaku keras dan aku berdiri namun Pak Hamdani tidak percaya karena nama anak emasnya yang pintar Bahasa Inggris sama dengan aku, namun teman - temanku menunjuk aku yang namanya tadi dibacakan (Pak Hamdani tetap mengulang - ngulang namanya dan tidak percaya aku yang dimaksud itu). Seketika Pak Hamdani terkejut dan memberi selamat ke aku bahwa aku Juara 1 Biologi se - Kabupaten Blitar dan harus menghadap ke BP / BK (sampai akhirnya Pak Hamdani tidak memandang aku sebelah mata lagi untuk menerima penghargaan. Akupun terbukti bisa membalas dendam untuk menunjukkan prestasiku dan Alloh memang selalu disampingku, menemani setiap perjuangan kerasku. Minggu berikutnya waktu itu pelajaran BP / BK dan sewaktu guru menjelaskan aku sering menunduk karena badanku panas dan terlihat oleh guru tersebut dan aku dipanggil ke depan dan dibentak "Kamu ini niat sekolah apa tidak, wajahmu ini tidak mencerminkan serius belajar" dan aku menjawab "Saya lagi sakit panas bu, maaf jadi berat banget membawa kepala ini". Kemudian aku disuruh menghadap ke kantor dan diberi pinalti sangsi poin. Aku diceramahi macam - macam disana dan tidak percaya aku sakit (dia melihat tampangku, memang wajahku seperti preman namun aku yakin bisa menunjukkan prestasi diluar tampang wajahku). Para juara Olimpiade Sains dipanggil untuk menghadap ke BP / BK untuk mendapat hadiah dari Dinas Kabupaten Blitar, satu per satu dari kita tanda tangan untuk menerima hadiah itu dan betapa kagetnya Bu Guru BP yang mengejek aku kala itu sekarang menyaksikan aku bisa meraih Juara 1 Biologi (dia memandang aku dengan penuh ketidakpercayaan dan keliatan sok karena aku kan yang dihukum kemarin karena dia kira aku tidak niat sekolah). Para Juara 1 dari semua bidang keilmuan yang manjadi wakil Kabupaten Blitar bersaing ke tingkat Olimpiade Provinsi diberangkatkan ke Asrama Haji Sukolilo untuk dipertemukan dengan para juara 1 se - Jawa Timur, disana aku dibina selama 5 hari oleh tutor dari UNAIR, ITS dan tim Olimpiade. Kala itu aku mendapat uang banyak dari Dinas Kabupaten mendapat 750 ribu, sekolah SMA 400 ribu, Dinas Jawa Timur 1 juta dan Dinas Kota 500 ribu (betapa bahagianya aku yang tidak punya uang mendapat sebegitu banyak uang untuk biaya sekolahku). Setelah 5 hari di asrama, maka Juara 2 sampai 4 di tingkat Kabupaten didatangkan ke Surabaya dan disana kami semua bertarung untuk lolos ke tingkat Nasional. Kejadian serupa adalah saat pelajaran itu adalah di Laboratorium Bahasa Inggris, materi rutin adalah dialog Inggris dan aku pasti yang paling tidak bisa diantara teman - temanku dan menjadi terkenal karena kebodohanku oleh tutor Bu Binti Masruhatin, namun kadang kala Bu Binti tidak memberi materi dialog namun kuis dan masa itu ada kuis terkenal namanya Who Wants to be a Millionaire dan game yang dimainkan oleh Bu Binti adalah setiap deret harus diwakili oleh 1 siswa dan ada 5 deret sehingga ada 5 siswa yang dianggap paling pintar yang ditunjuk oleh teman - temannya untuk menyelesaikan kuis. Di game itu, Bu Binti betapa terkejutnya bahwa aku bisa mencapai level aman kedua dari game itu yaitu 32 juta rupiah (aku terpilih oleh teman - teman karena nilai pengetahuan umumku bagus) sedangkan teman - temanku yang lain hanya berhenti di 8 juta saja (aku bisa menjawab karena aku dari dulu suka IPS dan IPA, jadi sangat senang membaca sejarah sehingga saat soal keluar sejarah walau dalam Bahasa Inggris Alhamdulillah aku bisa menjawab dengan tepat) dan sesudah itu timku mendapat hadiah roti dari Bu Guru. Game ini juga diaplikasikan ke 10 kelas lainnya dan sama Bu Binti namaku selalu disebut - sebut yang paling tinggi mencapai level kuis dan akhirnya saat materi Inggris berjalan lagi, Bu Binti sangat mengenal aku betul dan aku sekarang tidak ditertawakan dan tidak dianggap enteng lagi (karena orang itu bisa lemah di satu sisi namun ingat dia punya potensi besar di bidang lain). Akhirnya seluruh dendam - dendamku sudah terbalas semua dan berkat usaha keras serta bantuan Alloh aku bisa menunjukkan ke mereka - mereka bahwa liatlah orang secara keseluruhan jangan sepintas semata.

Kelas 3 SMA aku masuk ke kelas favorit lagi dan kebanyakan temanku juga tetap karena memang di kelas 2 itu juga kelas favorit. Di kelas ini aku tidak punya banyak cerita karena aku alami dengan standard saja namun hampir semua guru mulai Matematika, Kimia, Biologi, Fisika mengenal aku semua karena lewat prestasiku di kelas 2 waktu itu. Diakhir masaku di SMA, aku memutuskan untuk mendaftar beasiswa yaitu Beast*di Et*s dengan syarat semua berkasku dikirim ke Surabaya via pos meliputi riwayat hidup, raport, piagam penghargaan dan surat rekomendasi dari ta'mir masjid yang menyatakan aku anak rajin beribadah. Akhirnya berkas pendaftaran sudah diterima (kebetulan ada senior Mas Khoirul yang sudah keterima di sana dengan jurusan T*knik K*mia ITS, jadi kami dihubunginya via telepon) sesudah berkas diterima oleh beasiswa maka diseleksilah dan aku bersama teman - temanku melenjutkan ke tahap berikutnya yaitu wawancara yang mengharuskan aku pergi ke Surabaya menghadap tim panitia. Kami berlima naik kereta ke Surabaya dan di Surabaya kami sudah dijemput sama Mas Khoirul, kami menginap di Asrama Beasiswa dan esoknya kami tes interview yang bertujuan untuk menggali potensi yang ada pada diri pendaftar beasiswa dan juga untuk mencari niat serta semangat meneruskan pendidikan. Sesudah interview tim panitia mengadakan Home Visit untuk mengetahui langsung kondisi rumah dan ekonomi peserta, mereka memfoto seluruh ruangan dan menginterview orangtuaku. Hasil akhir dari Interview dan Home Visit ini sekitar 2 - 3 bulan dan Alhamdulillah dari kelima temanku, yang lolos cuma 3 orang saja dan dari keputusan ini pihak beasiswa mensyaratkan 1 tahap lagi agar kami bisa mendapat beasiswa yaitu ikut tes SNMPTN dengan kampus dan jurusan yang direkomendasikan. Beasiswa ini mengambil kandidat se - Indonesia mulai dari Padang (Univ. Andalas), JaBar (UI, ITB, IPB, UNPAD), JaTeng (UGM, UNDIP), JaTim (UNAIR, ITS, UB), SulSel (UNHAS) dan untuk jurusan yang dibolehkan pun harus jurusan yang direkomendasikan oleh beasiswa dimana grade dan persaingan untuk masuk sangat tinggi yaitu A. Tes SNMPTN masih lama dan Guru BP menganjurkan untuk ikut PMDK dulu yaitu aku ikut PMDK  jurusan Ilmu Gizi di UB (karena aku ingin di bidang kesehatan karena aku suka Biologi dan Kimia) dan akhirnya aku tidak diterima. Aku sering banget ikut Try Out di bimbel ternama seperti SSC, Primagama dan GO untuk mengetes standar nilaiku sebelum ujian masuk SNMPTN. Waktu itu ada kabar bahwa Primagama akan mengadakan pendaftaran bersama SNMPTN ke Malang dan karena aku tidak tahu Malang maka aku ikut rombongan itu dengan membayar 15 ribu saja dan kamipun bareng - bareng naik bus k Malang. Di tempat pengembalian formulir aku bingung mau memilih jurusan apa karena aku ingin Pendidikan Dokter, namun kata Guru BP sangat tinggi gradenya dan biaya sangat mahal, Aku ingin pilih Teknik Mesin tapi dalam hati ingin belajar proses industri sehingga dalam benakku Teknik Industri yang cocok (padahal ternyata yang mempelajari proses industri bukan Teknik Industri melainkan Teknik Kimia dan Teknik Indutri belajar tentang manajemen di sebuah perindustrian). Sesudah berhadapan dengan panitia SNMPTN pikiranku langsung berubah pilihan 1 yaitu Pendidikan Dokter dan Pilihan 2 Teknik Kimia (tidak tahu dari mana tiba - tiba pilih itu dan hanya mengandalkan insting saja bahwa Teknik Kimia pasti masih berhubungan dengan obat dan kesehatan) namun ternyata di pilihanku yang salah itu yaitu Teknik Kimia malah mengantarkan aku seperti yang aku cita - citakan yaitu ingin  belajar proses industri (sunggh Alloh telah memberikan petunjuk kepadaku).

Sesudah sekitar 1 bulan, aku berangkat ke Malang untuk tes SNMPTN naik Kereta Ekonomi Penataran dengan biaya 5 ribu rupiah dan di tasku hanya dibekali air mineral kecil dan Mie Sedap Goreng 7 buah serta aku cuma membawa buku catatanku yang dulu aku rangkum (metodeku belajar persiapan SNMPTN adalah aku membeli di loak kumpulan soal - soal SNMPTN mulai tahun 1997 - 2007 yang ada pembahasannya yang mana itu aku jadikan kunci setelah aku mengerjakan). Sesuatu yang tak rasa sebagai hal baru dan aku tidak bisa mengerjakan tak tulis sehingga di akhir waktu aku memiliki buku yang mana berisi soal - soal yang sulit saja serta buku materi lain yang sudah aku rangkum mulai kelas 1 - 3 SMA dengan mengacu ke 3 sumber penerbit Erlangga, Yudistira dan Sunda Kelapa karena ketiganya saling melengkapi). Aku turun di Stasiun Malang Kota Baru dan berjalan naik Lyn menuju ke tempat tes yaitu Kampus UIN Malang. Di pertigaan yang agak jauh dari kampus aku diturunkan karena Lyn tidak melewati sana dan aku berjalan saja sekitar 2 km karena untuk irit biaya (aku cuma berbekal 12 ribu saja untuk 2 hari tes SNMPTN). Setiba di UIN aku mencari lokasi tes dan setelah mencari agak lama karena besarnya kampus, aku menemukan tempatnya dan disana aku berdoa menggantungkan diri ke Alloh bahwa tempat inilah pertarunganku untuk merubah hidupku kelak. Setelah aku berdoa di tempat itu, aku menuju ke masjid untuk Sholat Ashar dan sesudah sholat aku mulai lapar, kemudian secara diam - diam aku mencari mie ku di tas dan memakan sedikit demi sedikit untuk mengganjal perut (aku tidak berani menjajakan uangku karena takut tidak bisa pulang nanti). Kemudian aku Sholat Maghrib dan Isya', sesudah itu aku duduk di serambi masjid UIN, semakin lama suasana di masjid sepi dan udara di luar masjid sangat dingin dan aku pindah kedalam masjid (masjid dikelilingi dinding kaca jadi hangat) dan tidur didalamnya (aku tidak ngekost seperti teman - temanku karena 1 malam biayanya 10 ribu dan aku tidak memiliki uang cukup untuk itu). Sekitar jam 02.30 banyak mahasiswa UIN yang Sholat Tahajjud dan mereka kaget lalu menghampiriku pas aku masih dalam keadaan tertidur. Dia bilang "Dik, kamu mau ngapain kuk tidur disini?" dan aku menjawab "Aku mau tes SNMPTN mas", dia bilang lagi "Kamu sendirian ta?" dan aku menjawab "Teman - temanku kos di depan mas dan aku tidak punya uang cukup untuk membayar kos". Kemudian mas mahasiswa tersebut menyuruh aku untuk tidur di asramanya dan aku sebenarnya tidak mau namun dipaksa sama mas itu (sungguh sangat baik mahasiswa disana). Di kamar asrama, bentuknya bertingkat - tingkat dan disana terjadi banyak dialog Bahasa Arab antar sesama penghuni kamar (mungkin program belajar dari kampus yang mengharuskan mahasiswa bisa berbahasa Arab). Kemudian Shubuh aku mandi di masjid dan sesudah itu tes ujian pertama SNMPTN dimulai dengan materi TPA dan IPA Dasar. Setelah tes pertama selesai, temanku mengumpul di serambi masjid untuk membahas jawaban tes tadi bersama - sama dan kemudian mereka balik ke kos, ada satu temanku yaitu Gusti mengajak aku makan di kantin kampus namun aku bilang tidak lapar (sebenarnya lapar namun tidak punya uang) dan aku hanya menemaninya, disana karena air minum gratis pas kebetulan Gusti makan aku diam - diam memakai wadah bekas air minumku dan mengisikan dengan air minum dari kantin (lumayan kebutuhan air minum terpenuhi dan tidak mengeluarkan uang untuk beli). Siang dan sore tanganku masuk ke tas untuk mengambil sedikit demi sedikit mie sedap ku untuk dimakan. Di malamnya aku tidur di serambi masjid yang dingin (takut didalam masjid katahuan mas mahasiswa lagi karena sungkan kemarin malam sudah dibantu) dan jam 3 aku mandi di masjid kemudian Sholat Tahajjud. Tes kedua SNMPTN dimulai dengan materi Tes Kemampuan IPA, badanku sedikit meriang, perut mual dan kembung masuk angin (karena perut tidak terisi nasi dan tidur beralaskan marmer masjid yang dingin). Namun dalam diriku terbakar semangat untuk terus berjuang agar roda kehidupanku kelak berubah.

Tes kedua SNMPTN telah selesai, teman - temanku berkumpul di serambi dan tiba - tiba ada 2 temanku cewek (Desi dan J*uharin) memberi aku 1 bungkus makanan dan 1 botol minuman dan dia bilang ini ada sisa dari beli makanan tadi (aku bingung padahal aku makan mie tidak ada yang tahu karena tak taruh dalam tas, namun tiba - tiba ada teman iba, apakah ini murni pertolongan Alloh karena saat itu aku memang sangat lapar karena 2 hari tidak makan nasi). Teman - teman  merencanakan naik kereta ke Blitar dengan naik Kereta Bisnis Matarmaja (jam 15.00) karena lebih cepat tapi harga mahal sekitar 12 ribu dan Kereta Ekonomi Rapih Dhoho (jam 17.00) agak lama tapi murah. Aku menolak ajakan teman - teman dengan tetap memilih Kereta Ekonomi (menolak halus karena memang uangku nanti tidak cukup untuk naik kereta dan naik angkot). Kurang 1 jam keberangkatan Matarmaja, tiba - tiba mbaknya Dianita (temanku SMA) bicara ke aku "Fer, kamu pulang naik apa?" dan aku menjawab "Naik Rapih Dhoho saja mbak". Mbaknya bilang lagi "Gini ya, aku minta tolong, temani adikku Dianita sampai Blitar karena aku kebetulan repot, kamu tak belikan tiket Matarmaja". Aku mengiyakan saja permintaan mbaknya dan Alhamdulillah Alloh telah meringankan bebanku sehingga uangku yang cuma 12 ribu dalam 2 hari bisa saya bawa pulang lagi untuk naik bus dari Stasiun Blitar ke Srengat.

Setelah menunggu sekitar 3 bulan, hasil pengumuman tes SNMPTN diumumkan, waktu itu jam 19.00 aku ke warnet Srengat dengan Mas Sepupu Widodo dan temanku Udin. Aku melihat di internet dan aku keterima di Teknik Kimia ITS, aku bersyukur banget bisa keterima disana dan aku langsung sujud syukur. Keesokan harinya, aku konfirmasi ke beasiswa bahwa Nomor SNMPTN ku telah lolos jurusan Teknik Kimia ITS dan sms ini di respon pihak beasiswa untuk dikirimkan ke panitia pusat Bogor. Dari semua peserta beasiswa yang lolos interview dan kemudian lolos SNMPTN semua dikumpulkan ke panitia pusat Bogor untuk di peringkat lagi dan diambil se Indonesia 134 orang dan Alhamdulilah aku masuk diantara pilihan itu dan ditempatkan di asrama beasiswa Keputih Sukolilo Surabaya bersama 17 peserta lainnya. Aku sangat beruntung sekali bisa mendapat beasiswa itu dan sesudah jadwal di ITS sudah ada, aku harus daftar ulang ke Surabaya dan pihak beasiswa menyarankan aku harus daftar ulang memakai uang sendiri dulu baru kwitansi pembayaran nanti diserahkan beasiswa untuk di ganti uangnya. Aku bingung sekali dengan kondisi ini, karena uang daftar ulang 5,7 juta sangatlah mahal bagi aku dan keluargaku tidak punya uang sama sekali. Aku berencana tidak mengambil kuliah itu karena pasrah tidak ada yang mau menghutangi (keluarga semua menghindar karena takut dihutangi) dan pikiranku ini terdengar Bu W*smaninggalih Guru Biologiku SMA (Bu Naning (panggilannya) yang kebetulan mengurus keuangan sekolah bilang kalau keterima namun tidak diambil, besok berimbas ke adik kelas yaitu tidak bisa masuk lagi di kampus itu karena telah di Blacklist dan kebetulan katanya aku pintar, jadi kalau di kampus itu aku berprestasi maka imbasnya nanti generasi di bawahku bisa mudah masuk ke kampus itu lewat jalur beasiswa). Aku dikasih uang 3,5 juta untuk biaya daftar ulang dan untuk menggenapi itu aku harus mikir sendiri, aku diarahkan oleh Bu Napik istri Pak Agus (guru fisikaku MTsN) untuk menghadap adiknya yang pengalaman sewaktu kuliah. Aku menghadap kesana dan diberi nasehat agar mengambil jurusan itu karena eman pilihan bagus kuk tidak diambil namun Mbak ini tidak menyelesaikan masalah keuangan. Tiba - tiba di suatu hari ada Mas Sepupuku Kang Abidin (kader PKS) mau mengusahakan meminjami kekurangan uang itu dengan meminjamkan uang ke kas partai dan nanti kalau sudah diganti oleh beasiwa aku wajib mengganti. Sungguh perjuanganku membuahkan hasil dan Alloh telah membantu semuanya ini. Setelah mendapat uang lengkap dan kebetulan itu hari terakhir daftar ulang yaitu hari Sabtu akupun mendaftar dan mendapat nomor induk perguruan : 23 08 100 019 kemudian saat sudah masuk Masa Orientasi Siswa (MOS) nomerku berubah menjadi 23 08 100 036.

Masa awal MOS Alhamdulillah aku sangat beruntung dimana yang lain masih mencari bahkan bertempat di kos, aku sudah punya keluarga besar yaitu keluarga B*astudi Et*s yang bertempat satu asrama ( di asrama ada 3 generasi angkatan berbeda). Jadi walau aku jauh dari orang tua dan saudara, di Surabaya aku serasa memiliki saudara dekat karena saking akrabnya dan 3 hari pertama aku di Surabaya aku masih menangis kangen dengan keluarga di Blitar namun lambat laun aku menjadi kuat karena tekadku untuk merubah roda kehidupan. Kehidupan MOS sangat berat di ITS, aku berangkat 06.00 dan pulang jam 00.00 karena banyak kegiatan MOS dari senior). Beasiwaku memberi uang saku per bulan 350 ribu, asrama gratis, pembinan rutin mulai jam 04.00 - 06.00 (Senin (tajwid), Selasa (kajian kitab), Rabu (Bahasa Arab), Kamis (bedah buku), Jumat (Bahasa Inggris), Sabtu (olahraga)). Pengisi dari kajian itu adalah bergiliran seluruh penghuni asrama dan yang kajian kitab - tajwid mendatangkan kyai ternama serta sebelum memulai agenda itu ada kultum yang juga diisi bergiliran dan setiap 1 bulan sekali ada materi yang didatangkan dari tokoh luar untuk pengembangan diri (puncaknya aku bertemu dengan seluruh penerima beasiwa se - Indonesia di Parung - Bogor untuk unjuk kebolehan berprestasi dan silaturahmi). Setelah kira - kira 2 bulan berjalan, Mas Hasan senior di asrama memberi amanah ke aku untuk mengajar anak kelas 3 SMA persiapan SNMPTN dan akupun langsung meng - iyakan dengan kendaraan masih pinjam senior. Aku dibayar 50 ribu per 1,5 jam pertemuan (sangat senang betapa duduk, diskusi, memberi materi, tempat adem dan diberi makanan dibayar gede banget menurut aku dan sangat jauh berbeda dengan penghasilanku dulu yang cuma 10 ribu kerja disawah (07.00 - 10.00) tempat panas dan capek). Aku sangat senang ngelesi private untuk menyokong ekonomi kehidupanku sehingga dengan uang itu aku bisa buat SIM kala itu. Sesudah itu aku berniat membawa motorku di Blitar yaitu F1ZR ke Surabaya untuk transport ngelesi dan aku ditemani Mas Hasan untuk gantian joki dari Blitar ke Surabaya. Sesudah aku punya motor, aku mulai menambah les lagi yaitu dengan daftar les lewat bimbel seperti Nurul Fikri dan Bimbel Swasta lainnya sehingga banyak tawaran ngelesi aku dapat (aku hanya menerima ngelesi anak kelas 2 - 3 SMA karena pikirku dengan capek sama aku harus mendapatkan upah yang besar). Aku mulai ngelesi jam 14.00 (pulang kuliah) - 21.00 dan setidaknya pasti ada 2 murid yang aku datangi dan tempatnya pun jauh - jauh antara satu dengan lainnya. Rata - rata per bulan kala itu aku bisa mendapatkan 950 ribu dan itu belum ditambah uang saku beasiswa sebesar 350 ribu, sehingga yang dulu aku kekurangan makan, pas di Surabaya sering makan enak dan semua keinginanku tak turuti (aku dulu kurus dan setelah kuliah menjadi gemuk karena terpenuhi semua keinginanku). Karena saking asyiknya ngelesi, untuk acara kegiatan MOS aku sering banget tidak hadir sehingga efeknya aku hampir terakhir sendiri mendapatkan Nomor Pokok Himpunan namun aku tetap menikmati hari - hariku karena yang membahagiakan aku adalah ekonomiku terpenuhi dan sepeserpun aku tidak merepotkan orang tua. Ibu dan adik - adikku saat itu di Kalimantan dan aku pulang ke Blitar sangat jarang dan hanya saat bayar listrik saja kalau pulang. Setelah aku bisa berpenghasilan, aku mulai menabung sedikit demi sedikit dan aku berdoa untuk memulangkan keluargaku ke Jawa (aku bertekad, kami boleh tidak punya apa - apa namun kalau bisa harus tetap ngumpul bersama di Jawa agar susah senang bisa dijalani bersama) dan Alhamdulillah lewat tabunganku itu aku bisa memulangkan ibu dan adikku. Per bulan saat aku pulang aku selalu memberi mereka uang 500 ribu untuk biaya hidup dirumah. Sungguh rasa senang menghiasi hari - hariku karena keluarga semua sudah di Blitar. Sewaktu pulang ke Jawa, adikku yang nomer dua masih di Kalimantan karena sama majikannya belum boleh pulang dan aku bersabar dan ingin membahagiakan dia. Kala itu adikku ingin sekali motor Satria Fu, lewat tabunganku aku membeli Satria Fu second dan keinginannya adalah warna hitam maka dengan senang aku membelikan itu untuk dia. Namun belum bisa merasakan motornya, dia kecantol sama laki - laki Banjar dan menikhalah dia disana.

Hampir 2 tahun aku di Teknik Kimia dan aku tidak menemukan rasa sukaku di jurusan ini karena mata pelajaran yang dipelajari dominan Fisika dan Matematika Terapan (aku sangat benci hitungan dan senang sekali Biologi Kimia namun di Teknik Kimia mata kuliah yang tak sukai cuma di semester 1 saja dan itu hanya Kimia Dasar dan Mikrobiologi Dasar). Banyak teman - temanku dari Kalimantan yang menyemangati aku karena katanya menurut dia Teknik Kimia itu besok akan menjadi raja di perindustrian karena mengerti seluruh proses manufacturing (hampir semua temanku Kalimantan, orang tuanya bekerja di sektor pertambangan dan perminyakan makanya anaknya di sekolahkan lewat jalur mandiri dan kemitraan di Teknik Kimia dengan harapan besok bisa meneruskan perjuangan orang tuanya atau bisa bekerja di sektor yang menurut ayahnya prospek). Hampir 2 tahun itu aku selalu menjadi kupu - kupu (kuliah pulang - kuliah pulang) karena diatas jam 12.00 aku harus tidur dan jam 14.00 aku berangkat ngelesi private sampai jam 21.00 (banyak tugasku keteteran tidak aku kerjakan karena memang aku tidak ada sense terhadap jurusan ini). Di Teknik Kimia, sistem pembelajaran sangat ketat dan setiap minggu ada praktikum yang harus diawali dengan menulis jurnal yang formatnya sudah ditentukan dan ditulis tangan kemudian setelah jurnal jadi, membuat janjian dengan asisten laboratorium (AsLab) yang mana dia sangat sulit diajak janjian tes (dipersulit karena sistem senioritas) dan kalau sudah dapat jadwal, saat tes sering kita dibodoh - bodohkan.  Tindakan selanjutnya adalah praktek di laboratorium yang diawasi oleh AsLab galak kemudian membuat laporan tebal ditulis tangan dan harus ada buku referensi untuk pengambilan data (sangat sulit mencari bukti referensi karena jika referensi berasal dari turunan senior pendahulu maka jika di fotokopi akan semakin kabur karena turun temurun memfoto kopinya sehingga terkadang kita harus berhari - hari di perpustakaan untuk mencari literatur). Laporan dikumpulkan ke AsLab dulu untuk dikoreksi dan biasanya sampai 3 kali revisi dicoret - coret bahkan dibuang, sesudah beres dari AsLab kemudian kita menghadap ke dosen penguji (janjian dahulu kemudian kita di tes satu per satu untuk menjawab kegiatan praktek, hasil dan teori yang berkaitan). Sangat detail pembahasan oleh dosen penguji sehingga kita harus berkali - kali menghadap dan sesudah beres jangan harap nilai yang keluar bagus (ini masih 1 modul praktek dan modul lain mengikuti tahap mulai dari awal lagi). Modul praktek biasanya 7 - 12 modul, sangat sering antar modul bertabrakan karena modul ini masih tahap revisi kita harus tertumpuk lagi modul berikutnya, belum lagi tes ke dosen penguji yang sangat berat dengan menumpuknya modul yang belum selesai - selesai. Pengalaman semua ini memang ditujukan oleh pihak kampus untuk membentuk kepribadian mahasiswa agar tahan banting terkena tekanan, tidak mudah menyerah dan terus menjadi pribadi pembelajar yang tidak puas dengan hasil  yang didapat dan ingin terus berubah ke yang lebih baik.

Tahun ke - 3 kuliah aku jalani, ilmu terapan Teknik Kimia mulai sedikit aku rasakan dan aku mulai cinta dengan jurusan ini. Pelajaran alat industri kimia, proses pembuatan produk dan penghitungan neraca massa - neraca energi membuatku semakin terbuka dengan dunia industri yang sebenarnya. Teknik Kimia mempelajari semua bidng keilmuan mulai dari material, mesin, instrumentasi, sipil, lingkungan, manajeman, keuangan, statistika, desain, teknologi pangan dll. Dari sini aku mulai belajar membuat catatan ringkas di buku, mulai penjelasan dosen yang menceritakan pengalamannya keliling di dunia melihat berbagai industri manufacturing, pengalaman dosen menulis jurnal nasional dan internasional serta pengalaman mereka mengenai penggunaan istilah yang hampir mirip untuk kalangan umum namun berbeda artinya untuk penggunaan di Teknik Kimia. Semua perjalananku mendapat ilmu di tahun ke - 3 itulah yang sekarang aku tulis di blogku sebagai catatan saat aku membutuhkan dimanapun berada karena kalau buku aku harus berat membawanya namun jika online dimanapun aku bisa membuka. Tujuan utama yang sebenarnya aku menulis di blog adalah aku ingin sekali meningkatkan skill berbahasa inggris yaitu dengan menambah kosa kata baru dari setiap kata yang aku tulis kemudian aku menuliskan Bahasa Inggris dibawahnya. Dampak dari penulisan blog itu adalah hobiku yang senang berbagi ilmu dengan sesama sejak SMA bisa tetap terlaksanakan walau hanya berhubungan dengan dunia maya, banyak yang bertanya dan meminta artikel sehingga aku sangat senang bisa berbagi dengan mereka disana dan aku bisa lebih belajar lagi sehingga esok kelak aku bisa paham di luar kepala ilmu - ilmu yang ada (ilmu kalau dibagikan akan menjadi buah yang banyak dan berguna untuk diri sendiri dan orang lain seperti kata Hadits Nabi). Motto blogku adalah penyederhanaan penyampaian sesuatu yang rumit, ini karena pengalaman kuliahku dulu dimana para Professor menjelaskan dengan bahasa terlalu tinggi padahal yang diajak bicara adalah mahasiwa seperti aku yang notabene baru lulus SMA dan minim pengetahuan tentang Teknik Kimia, sehingga aku ingat perkataan BJ Habibie bahwa "Orang cerdas adalah orang yang bisa mencerdaskan orang lain dan membuat sederhana sesuatu yang sulit sehingga bisa diterima oleh pemikiran khalayak banyak". Dengan semangat itulah akhirnya aku senang menulis dengan gaya bahasaku sendiri yang tak buat sederhana, entah bisa bermanfaat untuk orang lain apa tidak yang penting inilah catatanku besok yang akan aku jadikan buku sakti Teknik Kimia.

Tahun Ke - 4 kuliah aku sudah harus konsentrasi tugas akhir yaitu dengan memilih laboratorium di Teknik Kimia dan aku memilih bidang Teknologi Proses Kimia Pengolahan Minyak Atsiri. Sebelum skripsi ada tugas akhir yang lebih berat yaitu Tugas Pradesain Pabrik Kimia yaitu merancang membuat pabrik kimia mulai perencanaan tempat pembangunan pabrik (biaya buruh, dampak lingkungan, distribusi bahan baku dan produk dll), asal bahan baku (dekat dengan pabrik atau tidak, biaya transportasi dan ketersediaan dll), pemilihan proses pembuatan (keuntungan dan kerugian berbagai alternatif, konversi, hasil samping dll), gambar PFD lengkap dengan neraca massa dan neraca energi, perhitungan aliran modal (modal sendiri dan modal pinjaman dihitung berdasar inflasi di Cash Flow), manajemen organisasi, pengupahan, cara kerja alat, harga alat, bentuk bangunan serta yang terakhir kesimpulan apakah pabrik layak didirikan atau tidak (IRR, POT, NPV). Aku mengambil tugas pra desain pembuatan STPP yang dikerjakan oleh 2 orang (wajib) dan aku berpasangan dengan anak Batak namanya P*tar. Kebanyakan teman - teman sudah mencari pasangan tugas akhir jauh - jauh hari (biasanya kurang 1 - 2 tahun sebelum tugas akhir) namun untuk sifat seperti aku tidak demikian (karena mencari pasangan untuk menjadi partner kita, menurutku ibarat kita mencari perlindungan ke anak pintar, padahal menurutku semua orang diciptakan sama, boleh jadi anak ini pintar mata kuliah ini namun mata kuliah lain belum tentu hebat, jadi bagiku kemampuan sama rata dan aku tidak mengakui adanya anak pintar dan anak bodoh) dan memang benar, mereka kebanyakan saling berlomba mencari pasangan hebat agar saat tugas akhir bisa menjadi senjata melawan para penguji Professor. Untuk orang keras seperti aku, pasangan tugas akhir yang cocok adalah anak - anak yang cenderung pendiam dan ditinggal oleh teman - temannya (maksudnya anak yang tidak ada yang mengajak untuk berpartner) maka aku bergabung dengan P*tar karena tidak ada pilihan lagi (namun aku senang partner dengan dia, aku yang keras dan dominan berpasangan dengan anak yang menurut, kalem dan tenang). Dalam waktu 3 bulan saja, tugas akhirku sudah hampir selesai padahal waktu pengerjaan 6 bulan (aku selalu fokus kepada 1 masalah dan tidak nyaman berbuat apa - apa kalau ada beban yang belum terselesaikan) padahal teman - teman 1 laboratorium kebanyakan masih progress 50%. Setiap minggu aku dan teman - teman menghadap ke Professor untuk progress pekerjaan dan Professorku tidak percaya aku mengerjakan sudah hampir selesai dan bilang mencontek (padahal aku sudah berusaha meyakinkan tapi sudahlah mengalah kepada pembimbing ketimbang nilai di Blacklist) sehingga akhirnya aku harus merevisi pekerjaannku tapi Alhamdulilah tidak sampai merubah data dari awal. Kebanyakan dari tugas akhir itu, aku yang mengerjakan dan partnerku melengkapi setiap tugas yang aku kerjakan (meneliti perhitungan, tak beri tugas cari literatur karena waktuku harus terbagi mengelesi private sedangkan P*tar banyak waktu untuk mengerjakan). Sesudah lengkap, tugas di print dan di jilid yang tak serahkan ke P*tar karena kebetulan dia punya printer dan banyak waktu luang (win - win solution).

Akhir dari tugas pradesain pabrik kimia adalah presentasi di depan 3 penguji dan 2 pembimbing. Saat ditanya aku dengan lancar menjawab semua data berasal dan P*tar kasihan karena kurang mengotak - atik data dia dicecar banyak pertanyaan sehingga dia terpojok dan tak bisa menjawab kemudian aku sedikit menengahi diantara ketegangan itu dengan menjelaskan jobdesk - jobdesk diantara kita. Setelah sidang pradesain pabrik kimia, kami diharuskan membuat proposal skripsi (ini sudah aku kerjakan saat bulan ke - 4 tugas pradesain pabrik kimia, walau kebanyakan teman - teman laboratorium mengerjakan pada bulan ke - 6). Setelah proposal jadi, kami menghadap ke pembimbing (Professor) untuk konsultasi yaitu mengajukan pengambilan minyak atsiri dari daun sangket dan disetujui namun akhirnya karena aku survey didaerahku bahwa tanaman sangket hidupnya musiman akhirnya kami menghadap Professor lagi dan sama beliau diarahkan ke serai wangi. Kami mencoba mencari serai wangi mulai dari Pasar Keputran, Puspa Agro Sidoarjo, pasar terbesar di Surabaya dekat Perak, Kebun Raya Purwodadi dan juga di Blitar semua tak tanyai tidak ada yang tahu serai wangi dan mereka tahunya serai dapur untuk masak. Serai wangi sangat sulit ditemui karena bercirikan wangi, batangnya merah dan hanya hidup di dataran tinggi dengan iklim sejuk, kami berdua mencari di internet dan kebanyakan yang dijual adalah nilam dan cengkeh, ada satu tempat saat itu yaitu di Klaten yang jual bibit serai wangi namun aku belum pesan karena jauh (berfikir variabel segar nanti tidak bisa digunakan). Setelah berusaha keras browsing, kami menemukan daerah tempat hidupnya serai wangi yaitu di Wonosalam Jombang, akhirnya kami menelepon si pemilik lahan dan mengajak ketemuan. Sampai di tujuan, kami berbincang tentang penyulingan dan memang disini hampir semua RT mempunyai tempat penyulingan bersama kemitraan dan kami diajak ke kebunnya yang ditanami serai wangi. Kami beli 1 karung dan dengan motor kami bawa ke Surabaya, sesampai di Surabaya sebagian tanaman kami tanam di belakang laboratorium (untuk variabel segar) sebagian di layukan di suhu ruangan. Kami mengerjakan 32 variabel dalam waktu 4 bulan dan melakukan analisa komposisi dan kadar dengan GC - MS per sampel 250 ribu dan Alhamdulillah Professorku cuma menyuruh 4 sampel saja. Aku mengerjakan tugas skripsi secara cepat dengan maksud agar jika di kemudian hari kita dilanda halangan kita masih punya waktu lebih untuk menyelesaikan kekurangan dan sering banget aku sama P*tar bertengkar karena dia minta santai seperti teman lain sedangkan aku bekerja cepat - cepat agar bisa santai di kemudian hari. Benar saja, tepat di bulan ke - 3 skripsi, ibu P*tar meninggal dan P*tar harus pulang ke Medan untuk sekitar 2 - 3 minggu jadi aku harus mengerjakan laboratorium sendiri (masalah ini yang akhirnya aku jelaskan ke P*tar, jika ada halangan kita masih punya waktu untuk bekerja). Keberuntungan ada pada kami, suatu hari kami mendapat dana bantuan skripsi dari BNI 750 ribu per anak sehingga kami berdua mendapat 1,5 juta dan Alhamdulillah semua biaya laboratorium tercover oleh dana tersebut. Ada 2 kali sidang skripsi pertama sidang proposal dengan 3 penguji dan 2 pembimbing, sidang posting paper (mempresentasikan setengah kerjaan kita ke penguji) dan terakhir sidang skripsi. Alhamdulillah kami berdua mendapat nilai A dan akhirnya kami di wisuda dengan perolehan gelar Sarjana Teknik.

Setelah pengalaman bekerja di 3 perusahaan yang berbeda dengan bidang usaha yang berbeda membuat aku memiliki banyak cerita dan pengalaman. Tepatnya di tahun 2016, aku diberi rejeki oleh Alloh SWT untuk bisa meneruskan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi lagi yaitu pascasarjana (magister-S2) manajemen teknologi industri di ITS. Kuliah ini berkat inisiatif oleh senior dan teman kantor untuk menimba ilmu mumpung masih bisa dan memiliki waktu sebelum terlambat. Aku termasuk paling muda diantara teman angkatan kuliah ini karena yang meneruskan pascasarjana pada umumnya adalah level manejerial (supervisor-manajer keatas) untuk meningkatkan keilmuannya tentang mengelola perusahaan (SDM dan operasional). Kuliah mengambil waktu Jumat pukul 18.00-23.00 dan Sabtu pukul 08.00-15.00 dengan tugas yang sangat banyak untuk dikerjakan di rumah sambil kelompok. Pascasarjana cenderung berpikir kreatif dan sharing sehingga dengan berkumpulnya para senior bisa membuat pengetahuan lebih dalam lagi, apalagi kuliah ini bidangnya di pembangkitan dimana sama dengan pekerjaan-ku. Satu angkatan yang mendaftar ini berjumlah 17 orang dan diakhir tepatnya Agustus 2018, Alhamdulillah aku lulus dengan predikat cumlaude 4 semester dan dari satu angkatan hanya 9 of 17 yang lulus tepat waktu. Tahunku lulus ini bertepatan dengan syarat kelulusan dimana nilai TOEFL yang mengharuskan cukup tinggi dan mewajibkan seminar internasional berbahasa inggris. Awal mendengar persyaratan ini membuatku putus asa karena kekurang pedean presentasi bahasa inggris di depan orang banyak dari belahan dunia. Namun step by step tak ikuti dan Alhamdulillah apa yang kita benar-benar jalankan tidak serumit yang kita pikirkan. Ternyata masih banyak juga yang presentasi dengan bahasa inggris yang sama dengan aku dna mereka juga berharap cepat selesai dan mendapat sertifikat untuk bisa cepat lulus dengan memenuhi persyaratan yudisium.
===============================TRUE STORY==============================
=========================UNTUK ANAK & ISTRIKU==========================

Untuk Dikenang Keluargaku

Diposting oleh On Thursday, October 29, 2015


Saat - saat dimana kehidupanku sulit adalah saat aku menginjak kelas 1 MTsN, dimana ibuku yang mengandung adik ketiga ku yang berumur 5 bulan harus mengurus bapakku sendirian karena aku dan adik kedua ku masih kecil dan dia masih kelas 5 MI. Bapakku sakit di sekitar pinggangnya dan selalu mengeluhkan tidak bisa bergerak (pernah berpesan saat itu "bapakmu sudah tidak bisa menafkahi lahir dan batin, kalau ibumu menikah lagi tidak apa - apa yang penting kamu bahagia dan motor peninggalan ini boleh kamu jual untuk biaya hidup). Betapa terkejutnya aku dan aku tanya ke ibu, apa maksud perkataan bapak ini (karena aku masih terlalu kecil belum mengerti maksudnya). Setelah dirasa sakit bapak semakin parah, ibu bergegas pergi ke RSUD daerah untuk mengecek kondisi apa yang menyebabkan ini dan RSUD terbaik di daerahku (RSUD Mardi Waluyo) angkat tangan (dengan usaha foto Rontgen dan analisa darah di laboratorium tidak menemukan gejala penyakit apapun) dan merujuk ke RSUD terbaik di Kediri (RS Gambir). Disana bapak juga tidak tertangani, akhirnya kembali pulang dan pasrah.
Sampai suatu hari, banyak tetangga yang datang menjenguk bapak karena kasihan penyakit apa ini, dimana RSUD terkenal saja tidak bisa mendeteksinya. Akhirnya ada dukun tetangga saya yang datang atas rujukan saudara dan bapak dikasih minuman dari semburan mantra (bapak tidak mau minum karena jijik dan tidak percaya ilmu seperti itu, namun karena ada dukun di depannya dan berniat membantu tanpa mengharap imbalan akhirnya bapak minum sedikit ramuan itu). Dirasa semakin hari semakin bertambah sakit di pinggangnya, ada teman bapak memberi tahu kyai ternama imam masjid (Bapak Nurmufid) di daerahku dan akhirnya beliau datang dan mendoakan dengan ilmunya dan beliau berpesan untuk banyak - banyak istighfar (mungkin sudah tahu ada yang aneh dengan penyakit bapakkku ini) dan kyai ini hampir tiap sore sesudah sholat ashar mampir untuk mengobati bapak. Suatu hari ada tetangga yang datang kerumah (Pak Rohim), kebetulan rumah aslinya Kepanjen dan di Kepanjen ada pondok pesantren yang pengasuhnya bisa memindahkan (kata rumor yang beredar) penyakit pasien ke hewan dan akhirnya bapak menerima tawaran itu. Sebelum kesana kami diminta untuk membeli kelinci dan akhirnya sesudah dapat kelinci, kami mencharter mobil sehingga sekeluarga dan Pak Rohim ikut menemani kesana. Disana bapakku diobati sama pengasuh pesantren dan ditulis dengan huruf rajah di kertas. Kertas rajah kemudian dicelupkan ke air minum dan harus diminum bapakku selama 24 jam dan kertasnya ditalikan ke leher kelinci. Kami diberi amanah untuk datang 3 hari berikutnya untuk melihat perkembangan kelinci. Dirumah kelinci dikurung dan dilihat perlakuannya dan memang sedikit benar apa yang dialami bapak juga dialami si kelinci seperti tidak bisa kencing, badan sedikit panas dan terlihat pucat. Setelah 3 hari, kami ke kepanjen lagi untuk berobat dan sampai sana, si kelinci disembelih sama murid pesantren dan dilihat satu persatu organ kelinci (semuanya normal). Jadi pengobatannya bukan memindahkan penyakit tapi merefleksikan tanda - tanda penyakit dan pesan dari pengasuh pesantren bahwa bapak normal - normal saja. Setelah memberi amplop seikhlasnya kamipun kembali kerumah.

Saya yang masih kecil (kelas 1 MTsN) tidak begitu tahu bahwa bapak ini sakit sudah parah, karena memang sama ibu tidak diperlihatkan ke anak - anaknya kalau ada masalah besar (supaya anak fokus belajar dan tidak sedih). Sesudah sekitar 3 bulan ditempat tidur, tidak ada pemasukan dan terus pengeluaran maka ibu selaku pengatur tunggal keuangan + mengandung adikku 5 bulan harus mati - matian merencanakan pengeluaran dan perhiasan yang dipakai ibu habis semua terjual. Dengan uang pas - pasan, bapakku dibawa  ke RSU terkenal di Malang (RS Saiful Anwar), disana sekitar 1 bulan menjalani foto Rontgen berkali - kali yang menghabiskan uang puluhan juta (1x foto = 500 ribu pada tahun 2001) dan sampai sekarang tumpukan setebal kira - kira 10 cm itu masih ada saking banyaknya foto Rontgen . Keputusan dari dokter bahwa bapak normal - normal saja organnya dan tidak ada penyakit serius tetapi ibu tidak puas dan meminta rujukan ke RSU paling terkenal se Jawa Timur di Surabaya (RS Dr. Soetomo).

Di Surabaya, ibu sendirian menunggu bapak di awal - awal keberadaanya disana, namun di pertengahan ibu meminta tolong teman bapak semasa muda (Pak Sholihin) untuk membantu menunggu kebetulan dia ada banyak waktu karena keluarganya tidak tinggal di Blitar jadi leluasa bisa membantu dan Pak Sholihin sangat baik karena dia yang sering wira - wiri Blitar - surabaya mengurus kebutuhan berobat bapakku dan juga mengurus kebutuhan aku dan adikku. Ibu waktu itu mengandung sekitar 6 bulan dan saya diceritakan disana sering minum degan hijau katanya disuruh dokter dan kasihan melihat ibu mengandung besar dan harus jalan kesana - kemari mengambil obat dan menunggu orang sakit (kurang tidur, capek dan stress pikiran). Aku dan adik keduaku tinggal dirumah sendirian (mempersiapkan makan, sekolah dan kebutuhan lainnya sendirian sejak ditinggal bapak ibu di RS). Kata ibu disana, uang sudah mepet dan tidak ada lagi barang yang bisa dijual kecuali motor butut dirumah (namun ibu tidak menjual motor itu karena untuk transportasi sangat penting, karena saudara bapak dirumah tidak ada yang baik sama sekali, tidak dibantu tenaga, pikiran maupun keuangan jadi keluarga kami memikirkan sendiri masalah ini). Dari keluarga bapak padahal hampir rata - rata semua orang berada (ada polisi, guru, PNS, pejabat kantor, wirausaha sukses) namun seakan tidak mau nongol karena takut dihutangi oleh keluargaku yang kala itu sangat 'kere' ( miskin)dan inilah yang menjadikan aku sampai sekarang sangat benci ke saudara dirumah (karena kebangkitan ini bukan bantuan dari saudara - saudara namun murni dari usaha kami sendiri dan pertolongan Alloh).

Suatu malam sesudah isya' kata ibuku ada bapak - bapak berbaju putih membagikan uang untuk pasien di RS yang tidak mampu dan tak luput bapakku juga dapat amplop dari bapak itu 100 ribu (sungguh kata ibu ini murni ada pertolongan dari Alloh dengan kondisi seperti itu walau nominal tidak terlalu banyak namun bisa untuk biaya kebutuhan makan). Suatu hari juga, sewaktu ibu habis kencing dari toilet RS, ibu menemukan dompet tergeletak didepan pintu toilet. Ibu bingung diambil apa tidak, namun pikir ibu diambil saja ketimbang jatuh ke orang yang tidak bertanggung jawab dan sama ibu dompet ditaruh di bantal bapakku sampai lama (di dompet tidak ada identitas sama sekali dan uang yang ada cukup banyak saat itu sekitar 600 ribuan). Ibu akhirnya memutuskan mengambil uang itu karena terpepet tidak ada uang sama sekali dan berfikir apakah ini pertolongan Alloh untuk hambaNya yang tetap ingin mencari kesembuhan dan mengharap ridhoNya. Hasil akhir keputusan diagnosa RS Dr. Soetomo tersebut adalah tetap tidak ada penyakit yang serius dan sampai akhirnya dokter malah membuat keputusan untuk operasi amandel yang notabene tidak dikeluhkan sama sekali. Setelah dioperasi amandelnya, bapak dibawa pulang ke rumah sesudah berobat kurang lebih 1 - 2 bulan opname tanpa ada keputusan memuaskan dari RS. Di rumah, bapak sering kesakitan sewaktu malam dan sampai menjambak rambutnya dan berbicara ingin mati saja karena tidak kuat dengan sakitnya (aku sendiri ingin menangis rasanya, bapak mengerang kesakitan dengan tubuhnya yang tinggal tulang belulang, tidak bisa jalan dan bicaranya hanya bersuar lirih karena semua organnya mulai lemah). Bapak dirumah dengan di infus dan menjalani hari - harinya di tempat tidur dan ada kejadian aneh tepat siang itu sewaktu aku dirumah tiba - tiba terdengar suara meledak keras di belakang rumahku (disamping dapur) dan sontak Pakpoh Marsam datang ke rumah untuk menanyakan suara apa itu dan aku sama ibu mencari sumber ledakan namun tidak ada (menurut Pakpoh suara bisa dari termos jatuh atau ban motor meletus, namun dicari tidak ada) kemudian ada hal aneh lagi dan aku menjadi saksi hidupnya, tepat jam 12 malam di atap rumahku terdengar ledakan hebat dan sesudah itu bunyi seperti pasir berhamburan jatuh dari genteng dan suara seperti taburan pasir ini tiap malam pasti aku dengar pas aku kebangun (pertanda apakah itu?????.

Perut ibuku sudah menginjak bulan ke 7, bapak ke belakang digendong sama Pak Sholihin (orang baik yang waktu itu selalu ada untuk keluh kesahnya masalah kami, dia bukan saudara namun pengorbanannya melebihi saudaranya bapakku) karena aku belum kuat menggendong dan bokong bapak luka sobek karena hampir 6 bulan tidur terlentang di kasur terus tanpa dapat udara di bokongnya (besar sobekan sekitar 10 cm x 5 cm sampai kelihatan daging putih bagian dalam). Tiap hari ibu mengipasi bokong bapak dan juga aku sehabis sekolah juga mengipasi bapak dan menemani hari - harinya di tempat tidur. Bapak pelan - pelan mati syaratnya satu per satu mulai dari tangan kanan, kaki kanan kemudian tangan kiri dan kaki kiri. Bapak hanya bisa melihatku layu dan berpesan lirih dari gerak mulutnya saja karena syaraf sudah hampir mati semuanya sewaktu aku menunggunya "bapak ingin anak 4 karena supaya kalau sudah meninggal ada yang menggotong tanpa merepotkan orang lain, bapak kalau sudah meninggal tolong bacakan surat Al - Fatihah 1x saja sesudah sholat, kebun belakang rumah kamu tanami singkong dan pisang untuk makan" dan kata - kata inilah yang selalu teringat di benakku sampai sekarang. Pak Sholihin, berinisiatif menanyakan perihal penyakit aneh bapak ke kyai disekitar gunung kelud yang dipercayai orang punya ilmu tinggi dan akhirnya dia berangkat kesana sama kakak sepupuku Mas Widodo, dari sana dapat pesan bahwa bapak dibuat - buat oleh ilmu dari wilayah timur Jawa Timur. Kyai berpesan untuk mengundang tetangga membacakan surat Yasin 1000x, karena beliau kasihan dengan kondisi bapak, supaya kalau ingin segera dicabut nyawanya biar dipercepat dan kalau sembuh juga semoga dipercepat. Pak Sholihin pulang kerumah dan menyampaikan ke ibuku dan dengan segera ibuku memanggil saudara - saudaranya (Pakdhe Katmadi, Pakdhe Katiman) untuk membantu menyiapkan acara itu dan malam itu diadakanlah pembacaan surat Yasin untuk bapakku. 

Hari berikutnya, sesudah pulang sekolah aku selalu disamping bapakku sama adikku sambil menangis, bapak masih bisa melihatku lemah tanpa bisa bicara. Ibu menyarankan aku untuk memberi balsem dan menyekanya dengan air panas supaya syarafnya bisa hidup lagi (terbukti memang benar, sesudah diseka dan ditambah balsem) ada kejutan di tangan bapak namun tidak bergerak hanya berdenyut, akupun senang bahwa syaraf bapak masih hidup). Seminggu terhitung dari pembacaan surat Yasin itu, bapakku meninggu dunia 'Innalillahi wa inna ilaihi roji'un'. Bapak meninggal bertepatan dengan aku pulang sekolah hari Sabtu dan aku masih memakai pakaian pramuka, badanku panas dan aku tidur di kamar. Sewaktu bapak dimandikan pun aku tidak kuat menengoknya karena aku sakit, namun adikku sempat mencium jenazah bapak sebelum diberangkatkan ke tanah makam dan akupun belum sempat melihatnya untuk yang terakhir kali. Selamat tinggal bapak, jasamu akan ku kenang dan akan aku bahagiakan orang - orang yang kamu tinggal, semoga disana bapak bisa tenang dan kami pasti mendoakan sesuai pesanmu yang terkahir dulu itu, semoga kita semua sekeluarga bertemu di surga nanti, Aminnnnn....

Semenjak ditinggal bapak, ibu tepatnya mengandung bulan ke -7 dan orang - orang selalu mendoakan semoga kelahirannya nanti normal dan lancar. Dulu adikku ini mau digugurin karena mikir darimana uang untuk merawatnya, namun aku meyakinkan ibu bahwa rejeki itu Alloh yang mengatur dan aku bilang anak inilah besok yang akan membawa rejeki dan barokah kedepannya. Mendekati kelahiran, aku selalu yang mengantar ibu ke dokter untuk USG. Pernah terjadi peristiwa saat aku mengantar adikku ke USG, saat itu musim hujan, aku agak kencang memacu motor dan musibah terjadi, ban belakang bocor sehingga motor oleng namun Alhamdulillah tidak sampai jatuh dan benar - benar sebuah pertolongan dari Alloh. Kemudian pernah terjadi lagi musibah, sewaktu pulang dari USG dan waktu itu malam, aku menggenjot motor kencang dan karena gelap tidak tahu kalau didepan ada tumpukan material yang tertutupi daun kelapa dan memakan badan jalan, namun lagi - lagi Alhamdulillah Alloh menyelamatkan kami dan motorpun masih bisa dibelokkan sedikit walau jarak sudah sangat - sangat dekat. Tepat 9 bulan adikku laki - laki lahir dengan ditemani mbahku Mbah Kasmini dan aku yang mengAdzan dan mengIqomati telingan adikku. Sesudah keluar, adikku lucu banget dan langsung nangis sambil bilang 'emik' berkali - kali.

Semenjak ditinggal bapak, aku langsung berusaha menggantikan posisi sebagai tulang punggung yaitu dengan belajar 'ngarit' memelihara kambing pemberian mbahku (1 babon dengan 2 anaknya jantan kecil - kecil). Tepat aku ditinggal bapak, aku mau menginjak kelas 2 MTsN dan jarak rumah dengan sekolah sekitar 6 km dan aku menempuh dengan naik sepeda bersama teman - temanku. Sepulang sekolah jam 13.30 aku memacu sepedaku kencang agar cepat sampai rumah dan jam 14.00 aku tiba dirumah, aku makan dengan cepat (kehidupanku sekarang beda, dulu pas ada bapak daging, sate, buah, roti selalu ada dan sekarang beli santan dan lauk enak tidak ada uang jadi aku sekarang makan nasi + sambal kecap tahu yang dipenyet) kemudian aku sholat dhuhur mengambil sabit dan karung langsung pergi ke 'pagisikan = dataran kali brantas' (karena waktu awal - awal aku belajar ngarit, aku masih diajari sama Pakpoh Marji untuk ngarit rumput gajah di lahannya itu sampai kira- kira 6 bulan) dan sesudah itu aku mulai sendiri ngarit ke sawah karena tidak enak dibantu terus dan aku tidak mau merepotkan orang lain. Aku ngarit dari jam 14.00 (sesudah pulang sekolah) - 16.00 (waktu ashar) dapat 1 karung besar dan ini aku jalani sekitar 1 tahunan. Sesudah 1 tahun kepergian bapak, 1 tahun berikutnya (bertepatan dengan kenaikan kelas 3 MTsN) aku kecelakan besar saat aku membonceng ibuku pulang dari pasar menggunakan motor butut pinjaman Pakpoh Marsam dan ini kronologinya : saat aku lurus di perempatan (jalan utama / jalan kecamatan) ada tukang angkut sayur membawa beban berlebih di motornya dan ditaruh di depan kemudinya dan jok belakang sehingga sewaktu belok dia tidak bisa bermanuver sehingga cenderung lurus. Dia keluar dari perempatan jalan (jalan kecil / jalan desa) menuju ke perempatan jalan utama tempat jalurku namun karena motornya tidak bisa belok dia nylonong lurus saja dan akhirnya aku kaget dan terjadilah tabrakan tegak lurus dengannya sehingga setirku mengenai motornya yang berbobot besar karena berisi sayur kacang dan setir terlempar mengenai rahang bawahku sehingga menyebabkan patah tulang dan tanganku berusaha menjaga motor yang jatuh sampai akhirnya tulang pergelangan tangan kananku patah dan aku pingsan, ibuku pingsan karena kepala bocor dan  pengendara lawan juga pingsan dengan luka ringan. Kami bertiga semua dibawa ke Puskesmas kecamatan Srengat dan hanya aku saja yang dilarikan ke RSUD kabupaten Mardi Waluyo untuk penanganan luka parah. Masih teringat sewaktu aku dinaikkan ambulance aku sadar namun darah terus - terusan  mengucur dari mulutku entah berapa timba jika ditampung karena rahang putus total. Orang yang memangku aku adalah Mas Eko depan rumahku, dia sangat berjasa dalam mebantu keselamatanku sampai RSUD dan di RSUD aku dituntun baca istighfar dan menyebut nama Alloh oleh dia karena mereka mengira aku sudah hampir mati karena saking parahnya. Namun karena aku sadar dan Alhamdulillah dalam tubuhku tidak terluka, aku yakin keselamatan sangat besar peluangnya. Sungguh pertolongan Alloh sangatlah besar dalam hidupku dan menjelang 1 minggu kemudian, aku diminta pihak RS untuk operasi rahang bawah dan wajahku saat itu sangat berbeda, aku melihat di cermin tidak menunjukkan wajah asliku karena molor kebawah sekitar 10 cm karena lebam dan bengkak. Saudara - saudara bapakku seperti Pakpoh Sukri menganjurkan sangkal putung dan aku dengan sedikit gerakan mengisyaratkan tidak mau di sangkal putung dan dokter pun menganjurkan operasi karena ini rahang dan untuk makan dan tulang bergerak terus (kalau tidak diukuci pakai Platina dan hanya di sangkal putung akan bergerak terus), jadi bahaya kalau tidak di Platina. Akhirnya keputusan tetap dioperasi dan sewaktu tanda tangan operasi, ibuku yang opname di Puskesmas Srengat sudah bisa menemani aku sehingga aku benar - benar dioperasi. Sebelum operasi ada tawar menawar harga Platina untuk menyambung rahang (berkat negosiasi dari Budhe Nijah yang orang Madura, yang harganya saat itu sekitar 6 juta bisa ditawar sekitar 4,5 juta dengan syarat budhe mencarikan kartu kesehatan rakyat miskin dari desa dan budhe sama ibuku meminta surat itu ke desa, sesudah dapat diserahkan ke dokter bedah tersebut dan Alhamdulilllah dokter memberi lagi ke aku 1 juta untuk pertolongan karena kasihan sehingga total Platina menjadi 3,5 juta 'cukup mahal bagiku waktu itu di tahun 2004'). Aku masuk ruang operasi dalam keadaan sadar dan dipantau terus sama dokter bedah denyut jantungku dan kata dokter aku  takut dilihat dari detak jantung padahal aku sendiri sangat percaya jalan itu untuk kesembuhanku dan aku tidak takut sama sekali. Sebelum operasi aku diberi obat urus - urus sehingga apa yang ada di perutku terbuang semua dan juga aku kencing untuk pembersihan. Operasi berlangsung sekitar 1 jam  dengan bius total yang dilewatkan infus dan diluar aku ditunggu banyak saudara dan tetangga (Mas Marson, Kang Sholeh, Kang Irul, Mas Gito, Budhe Nijah, Pakdhe Katmadi, Pakdhe Katiman, Budhe Pat, Mbak Etik, Ibuku) dan akhirnya operasi selesai dan aku dibawa ke ICU untuk pemulihan. Sekitar 12 jam, efek bius sudah hilang dan aku sadar dan tanganku sudah di gips karena ada patahan sedikit di tangan kananku dan rahangku mengganjal karena di mulut dimasuki kain perban untuk menampung darah yang keluar dari rahang. Aku bernafas menggunakan selang langsung yang menuju ke tenggorokan dan dibantu tabung oksigen dan pipisku juga dimasuki selang sampai ke kandung kemih. Nyawaku hampir tidak tertolong karena kain perban yang dipakai untuk menampung darah keluar dari rahang perlahan - lahan tertarik bersama cegukan air liur yang terus membasahi mulutku dan aku susah sekali bernafas. Dengan kondisi ini, aku mulai panik karena tanganku tidak bisa bergerak (kanan di gips tidak bisa terangakat dan tangan kiri ada infus sehingga tidak bisa bergerak), namun jari kananku masih bisa bergerak - gerak dan ibuku dengan segera menghampiriku untuk menanyakan apa yang aku inginkan. Aku menunjuk - nunjuk dan ibu mengartikan mulai dari AC dibesarkan aku geleng - geleng bukan, AC dimatikan aku juga geleng - geleng lagi, ditawari makan juga bukan dan sampai akhirnya ibu bilang pulpen aku mengangguk pertanda iya dan aku bergerak - gerak lagi pertanda ada yang kurang dan ibu menawari kertas dan aku mengangguk pertanda benar. Sesudah ibu membawakan pulpen dan kertas dengan sedikit gerakan tangan kanan yang tergips aku tulis 'nang cangkem gedabel enek kaine'. Dengan tulisanku ini, ibu memanggil perawat dan sama perawat langsung dilihat di mulutku dan benar kain perban  sepanjang kira - kira 50 cm sudah mencapai rongga tenggorokan dan sebagian menutupi jalur nafas, dengan segera perawat mengambil perban tersebut dan akupun langsung plong bisa bernafas bahkan berbicara pelan karena masih sakit luka bekas operasinya. Aku berbicara terus tanda lega dan terdengar dokter jaga dan aku disuruh tidak boleh banyak berbicra biar luka bekas operasi cepat kering. Perawat mengacungi aku jempol dan bilang pasien cerdas, karena kalau tidak perban akan terus tertelan dan menutupi jalur nafas. Sesudah 2 hari di ICU aku dikembalikan di ruang inap biasa dan malam itu ada kejadian tragis lagi yaitu tabung oksigen yang aku pakai sudah habis dan aku mulai sesak tanda kekurangan oksigen, perawat yang menjaga waktu itu tidak bisa membuka seal tabung oksigen baru, kemudian pamanku Pakdhe Katmadi dengan kunci Inggris segera mungkin membantu perawat karena agak berat membukanya dan akhirnya pertolongan Alloh kembali ada, seal tabung terbuka  aku bisa bernafas lagi sampai aku bisa menuliskan kisahku sekarang ini. 

Pasca aku di operasi, kambingku yang ada dirumah diberi makan oleh paman - pamanku Pakpoh Marsam, Pakpoh Marji dan Pakde Katmadi sampai aku benar - benar sembuh sekitar 3 minggu. Kejadian ini bertepatan dengan liburan kenaikan ke kelas 3 MTsN sehingga teman - temanku banyak yang tidak tahu namun waktu itu ada 2 cewek main ke rumahku (dia adalah Rizki dan Ninik, waktu aku belum kecelakaan aku dekat banget sama cewek ini dan sewaktu aku tidak sering muncul dan tidak ada kabar dia mengira aku pindah sekolah, makanya dia mencari informasi ke temanku dan diberi tahu kalau aku kecelakaan sehingga dia datang ke rumah). Sewaktu dia datang ke rumah, aku tidak mau menemuinya dan lari ke belakang rumah bersembunyi di pohon randu namun Pakpoh Marsam mencari aku dan bilang kalau ada teman menjenguk harus ditemui. Akupun menemui mereka berdua dengan malu - malu karena memang wajahku sekarang berbeda dan banyak luka di tubuhku. 2 minggu sesudah operasi, aku kembali masuk sekolah, aku naik sepeda dengan tangan kananku masih di gips dan jari - jariku dikasih kain pemgikat supaya tidak dislokasi, sehingga aku mengendarai sepeda dengan tangan kiri saja. Tekadku adalah tidak mau merepotkan ibuku jadi dengan kondisi itu aku tetap semangat sekolah dan mandiri tidak diantar ibuku. Aku tetap semangat naik sepeda karena kalau pulang sering banget bareng bersama temanku Rizki dan ngobrol dijalan dan tidak terasa sudah dekat sampai rumah. 3 minggu sesudah operasi aku mulai ngarit lagi dan kali ini aku ngarit sama ibuku karena tangan kananku hanya bisa menyabit ringan dan tidak bisa mengangkat karung karena belum kuat dan masa - masa ngarit sama ibuku kurang lebih 2 bulan. Aku terbiasa makan, sikat gigi dan nulis pakai tangan kiri karena tangan kananku patah dan kejadian ini membuat aku kidal namun aku bisa mengubah ke kanan lagi kecuali sikat gigi yang sampai sekarang menggunakan tangan kiri. Sesudah 2 bulan, aku ngarit sendiri walau dengan gips yang sudah dilepas namun tanganku belum kuat sepenuhnya, aku ngarit sedikit - sedikit saja dan untuk mencukupi kebutuhan pakan kambing, aku mengimbanginya dengan memberi pakan tambahan berupa 'ampas singkong = gamblong'. 

Sesudah sekitar 6 bulan adikku yatim dapat santunan babon dari organisasi keagamaan NU dan berturut- turut dari organisasi Muhammadiyah sehingga jika ditotal kambingku sekarang ada 4 babon dengan peranakannya dan mencapai total 15 ekor lebih. Dengan banyaknya kambing itu, aku sekarang ngarit harus banyak mulai pulang sekolah jam 14.00 - 16.00 (kebiasaan makan ku dulu cepat itu terbawa sampai sekarang dan terbawa pada sifatku yang keras dan waktu adalah uang, terlalu lama akan membuang waktu untuk belajar dan bekerja). Dari 2 jam pertama itu, aku dapat 1 karung besar dan aku berikan ke kambingku supaya tidak mengembek kelaparan kemudian aku sholat ashar dan sesudah itu aku berangkat lagi ke sawah dari jam 16.00 - 18.00 sehingga jika ditotal tiap hari aku ngarit 2 karung besar. Orang - orang disawah semua salut padaku, aku yang dulu dimanja tidak boleh ke sawah dan semuanya ada, sekarang aku harus menjalani beban semuanya sendiri dan sangat berbeda dari sebelumnya namun dalam hatiku aku sangat semangat untuk bisa berubah dan semua pekerjaan dari bawah ini aku niatkan untuk beribadah dan berubah memutar roda kehidupan. Orang - orang mesti menanyakan ke aku 'sudah balik berapa kali' mereka kalau ketemu aku mesti tanya itu untuk menyemangati aku ngarit karena mereka tahu aku ngarit 2x. Orang - orang juga sering mengingatkan aku untuk tidak berat - berat mengangkat karung karena aku masih dalam masa pertumbuhan tinggi (dulu badanku sixpack, dulu aku kurus tinggi dan sekarang aku kekar dan pendek namun aku tidak menyesali itu karena akibat ini adalah hasil perjuangan beribadahku dulu untuk keluargaku), namun aku tidak memperdulikan itu karena aku punya tekad yang besar untuk membiayai ibu dan adik - adikku dan aku punya prinsip tidak akan membuat dia sengsara untuk mencari uang (karena aku sudah berprinsip mengambil tanggung jawab kepala keluarga menggantikan bapak dan aku tidak ingin wanita sengsara mencari uang apalagi harus ngarit terkena panas, capek dan sakit - sakitan). Jadi selama 5 tahun sejak aku kelas 2 MTsN - kelas 3 SMA aku tidak pernah mengeluhkan ngarit untuk minta bantuan ke ibu kecuali pasca operasi kecelakaan, walau aku sakit aku tetap yang mencari makan kambing (kalau sakit tidak ngarit namun mencari dedaunan di kebun untuk makan kambing). Waktu itu aku sangat berani panjat pohon tinggi untuk mencari dedaunan mulai panjat pohon nangka, pohon randu dan pohon lain. Kalau hari libur hari Minggu, aku diajak kerja sampingan oleh temanku (Udin dan Ripin) seperti buruh angkat kayu, sosrok rumput di lahan padi, buruh panen jagung dll dan uang yang aku dapatkan masa itu mulai jam 07.00 - 10.00 (dibayar 10 ribu) dan jika jam 07.00 - 14.00 (dibayar 15 ribu). Uang yang aku dapatkan itu untuk makan bersama ibu dan adik - adikku dan juga kalau keluarga membutuhkan uang maka kambingpun dijual untuk biaya hidup. 

Namun semakin lama, kondisi keuangan keluarga semakin seret dan ibu berencana mau kerja di Kalimantan sebagai PRT dan kebetulan ada teman yang menawari sehingga waktu malam itu sekitar jam 22.00 ibuku dijemput oleh majikan (asli Blitar namun punya suami, usaha dan rumah di Kalimantan) dan adik yatimku yang masa itu masih menyusui dalam keadaan tidur sedangkan aku dan adik keduaku menyaksikan kepergian ibuku dengan tangisan karena selama ini kami belum pernah merasakan perpisahan. Keesokan harinya, adikku menangis karena mencari ibu dan banyak saudara yang iba sehingga adikku di momong oleh Pakpoh Marsam dan Bulek Yah (adikku dibawa ke dukun kyai supaya dilupakan ingatannya ke ibu dan betul juga adikku kala itu lupa sama ibunya dan lengket sama Pakpoh Marsam. Sekarang aku hidup bertiga (aku dan kedua adikku) aku sudah kelas 1 SMA dan adik keduaku kelas 2 MTsN sedangkan adik ketigaku sekitar 2 tahun. Terkadang nenekku dari ibu juga menginap ke rumah namun tidak rutin karena tempatnya yang jauh sekitar 30 km dari rumahku dan nenek sedikit pikun jadi pernah nyasar saat naik angkot, sehingga hari - hariku banyak dilakukan oleh kami bertiga. Aktivitas rutin yang kami kerjakan adalah pagi - pagi kami harus memandikan adik kecilku kemudian menitipkan ke Pakpoh Marsam atau Bulek Yah selanjutnya memasak nasi di Magic Jar dan aku sama adikku berangkat sekolah (ceritanya dirumah Pakpoh Marsam adikku selalu dikasih makan telur rebus dan tidak mau makan yang lainnya sehingga sampai sekarang ini dia sukanya telur saja, semua lauk dan sayur tidak suka). Sepulang sekolah aku dan adikku berbagi tugas, dia beli tempe, kecambah, kecap dan cabe untuk dibuat menjadi penyet, jadi aku makan seperti ini hampir 1 tahun (karena tidak kuat beli santan yang kala itu 2 ribu apalagi beli ikan pindang). 

Ibuku kerja sudah 1 bulan di Kalimantan dan selalu mengirimi uang ke kami antara 100 - 300 ribu per bulan lewat wesel pos (gaji ibu kala itu 600 ribu), jadi aku harus bisa mengatur keuangan itu untuk hidup kami bertiga seperti makan, uang saku sekolah, biaya sekolah, jajan adik dll. Sekitar 3 bulan kemudian ibuku beli HP jadul Nokia (didaerahku masih sangat sangat jarang yang punya HP kala itu) dan ibu mentransfer 1 juta ke aku untuk beli HP juga supaya bisa berhubungan (HP waktu itu sangat mahal, aku beli Nokia second tipe 6020 harga 750 ribu) sehingga ibu dan kami bertiga bisa berhubungan via telepon. Kala itu, paketan telepon sangat mahal yaitu bicara 5 menit (harga 5 ribu) gratis 5 menit dan tiap malam ibuku telepon kami bertiga untuk menanyakan adikku yang kecil dan ibu sering menangis karena saat makan pasti ingat dan tidak jadi makan karena teringat anak - anaknya tidak bisa makan enak. Kami tidak sedih sekarang karena walau ibu di Kalimantan dengan adanya telepon serasa dekat walau hanya dengan suara. Sesudah ibuku kerja hampir 6 bulan, ibu kirim lagi uang 600 ribu dan meminta aku membelikan Dispenser seharga 400 ribu dan kemudian bulan ke - 10 ibu transfer lagi 1,5 juta untuk biaya meneruskan lantai keramik peninggalan bapak. Aku sekarang menginjak kelas 3 SMA dan ibuku pulang sesudah 1 tahun disana, ibuku keliatan sangat kurus, item dan pucat (kasihan baget melihatnya tidak seperti dulu yang segar bugar karena tidak ada beban mencari uang). Adikku (sekitar 3 - 4 tahun) disapa oleh ibu dan malah lari ke rumah Pakpoh Marsam karena sudah lupa kalau itu ibunya. Akhirnya Pakpoh Marsam menggendong adikku dan membawa ke ibuku, menjelaskan kalau itu ibunya namun adikku tidak mau bersama ibu dan malah berhari - hari tidur dirumah Pakpoh Marsam terus. Lambat laun adikku mau dipeluk sama ibu dan sekarang sudah mau tidur dirumah dan lengkaplah sudah keluargaku sekarang (berempat). Sekitar 3 bulan, kami masih memakai uang hasil tabungan ibuku berkerja ditambah hasil kerja sampinganku sewaktu libur sekolah dan lama kelamaan uang yang kami pakai tidak mencukupi sehingga memaksa ibu untuk mencari pekerjaan dan ibu berusaha menanyakan pekerjaan ke tetangga dan ada tetangga baik yang memberi pekerjaan (Mbak Naim), ibu diminta mencuci pakaian dengan tangan + mensetrika baju yang menumpuk banyak, ibu mengerjakan mulai dari jam 07.00 - 14.00 (dibayar 25 ribu kala itu) dan pekerjaan ini adanya hanya 1 - 2 minggu sekali. Sesudah itu, ibu juga ditawari lagi oleh Mbak Sepupu Mbak Yuli untuk mencuci pakaian dengan tangan dan mensetrika mulai jam 07.00 - 14.00 dan dibayar 25 ribu juga. Kondisi ini kami rasakan sekitar 6 bulan dan waktu berikutnya aku sudah menginjak semester akhir di SMA dan harus tes ke perguruan tinggi. 

Selanjutnya aku tes perguruan tinggi dan Alhamdulillah lulus dengan mendapat dana beasiswa dan mengantarkan aku ke Surabaya dan Alhamdulillah dapat asrama beasiswa jadi tidak sepeserpun aku keluar biaya. Kambingku dirumah tidak ada yang memelihara karena tak tinggal kuliah sehingga sama ibuku dijual semua dan dapat 5 juta lebih. Uang tersebut sama ibu dan adikku dibuat untuk berangkat ke Kalimantan semuanya (aku yang mengurus mereka di pelabuhan, ibu dan adikku naik kereta ke Stasiun Pasar Semut Surabaya kemudian tak sarankan lagi naik angkot menuju ke pelabuhan Tanjung Perak dan aku naik motor menyusul mereka langsung ke pelabuhan). Di pelabuhan kami berempat harus menginap dengan berbekal nasi + bawang goreng yang telah dipersiapkan ibu dari rumah dan selanjutnya kalau kurang kami beli mie instan rebus, karena tiket kapal laut tidak ada maka kami menginap di pelabuhan 2 malam (banyak calo menawarkan tiket namun aku tidak percaya dan mencari sendiri di loket terpercaya). Ada kejadian malam itu, biasanya aku sama ibuku tidur shift - shiftan karena kami tidur di trotoar pelabuhan dan malam kedua itu, kebetulan aku dan ibu tertidur semua padahal barang bawaan kami sangat banyak, untungnya disebelah kami ada orang sekeluarga juga yang tidur berdekatan dan dia bilang tadi malam koper kami sudah didekati oleh laki - laki jaket hitam dan bapak di sebelah kami menjaga koper kami (Alhamdulillah pertolongan Alloh lewat bapak itu telah melindungii kami berempat). Kapal laut sudah bersandar dan kami sudah dapat tiket, ibu dan adikku aku antar menuju ke pintu masuk dan akhirnya perpisahan berlangsung, ibu dan adik - adikku pergi ke Kalimantan dan aku kuliah di Surabaya sedangkan rumah di Blitar dibiarkan kosong. Perjalanan mereka ke Kalimantan sekitar 3 hari dan banyak cerita yang mereka alami (mual, muntah, tidak nafsu makan, bau udara air laut dll) dan setibanya disana ibuku langsung ke tempat majikannya dan kedua adikku ikut menumpang disana (kebetulan majikan ibu sangat baik dan menghargai anak yatim), setelah sekitar 1 bulan adikku yang nomor dua (kasihan pendidikannya hanya sampai MTsN karena kami betul - betul tidak ada uang untuk makan saja susah dan kami tidak pernah dibantu oleh saudara dari bapak maupun ibu padahal mereka kaya - kaya dan inilah yang menjadi cambukku untuk berubah dan dendam kepada mereka) dapat kerjaan menjadi pelayan di warung dan setidaknya ibu sudah terbebas dari rasa sungkan ke majikan dengan lepasnya adikku bekerja bersama orang. Adikku nomor tiga sekolah dasar di Kalimantan dan sewaktu aku telepon dia sudah tidak bisa lagi Bahasa Jawa dan bisanya Bahasa Indonesia. Sekitar 6 bulan berlalu, adikku disana banyak ditawari untuk dijadikan istri oleh orang - orang asli Banjar dan adikku masih ingat pesanku "jangan menikah dulu sebelum melihat kakakmu sukses karen kakakmu ingin membahgiakan kamu dulu".

Setelah sekitar 1 tahun disana, ibuku menikah dengan orang Kalimantan namun kebetulan dia perantauan yang  ternyata rumahnya dekat dengan rumahku di Blitar. Aku punya keluarga baru sekarang ditambah ayah tiri dan dari hasil pernikahan dengan ayah tiri, ibuku punya anak 1 laki - laki. Mereka (keluargaku) berempat hidup disana dengan bahagia dan sampai akhirnya adikku kecantol sama orang Banjar dan menikahlah dia waktu itu walau aku sebenarnya melarang karena aku belum lulus kuliah dan belum bisa memberi kebahagiaan ke adik - adikku. Namun biarlah karena dia sendiri yang menjalani dan akupun hanya bisa melihat kebahagiaanya. Sedangkan aku menjalani masa kuliah dengan nyaman, karena aku dapat beasiswa full mulai asrama, pengembangan diri dengan adanya kegiatan rutin program asrama dan kemandirian (lewat aku dikasih amanah oleh Mas Senior Hasan untuk mengajari les private anak SMA persiapan SNMPTN). Aku mendapat uang saku per bulan untuk makan dari beasiswa 350 ribu dan aku ngelesi untuk pengalaman pertamaku 1,5 jam dibayar 50 ribu (aku sangat terkejut, betapa aku hanya duduk, berbagi ilmu, diskusi, dikasih makan dan tempat adem tidak kepanasan dibayar dengan sebegitu mahalnya menurutku karena yang aku tahu aku kerja di swah dari 07.00 - 10.00 cuma dibayar 10 ribu dengan  resiko capek, kepanasan, lelah dan tidak dikasih makan. Jadi dengan ilmu semuanya dapat kita raih 'pikirku jauh kedepan'). Menyambung untuk kehidupan pendidikanku ke artikel berikutnya (BERSAMBUNG......)

====================TRUE STORY PERJUANGAN KU ========================
======================'UNTUK ANAK DAN ISTRIKU'========================

Chemical Engineering

Diposting oleh On Sunday, April 13, 2014

Do you know about Chemical Engineering? there is a little story abouit it from my experience why I choose this department. Actually, I have a passion in health field and until I spend my live in this department. In this department, I found a lot of knowledge and experience about innovation and technology process. Chem. Eng makes my live changed because I learned about chemical process in scale indutries and this is very unusual for me. I can knowledge about react many substance to be changed other substance that have different characteristic then the first
Until mid - half semester of total semester at my college, I have not found sense in this department, I still think about medicine department is the best choice in life. But, from day to day I found sense in this department and I also perform like that. Many practical in the laboratory applied and this made me have a challenge to get a lot of knowledge. Here I learned character and high discipline such as practical, research and presentation with lecturer. This character still brought until now and I'm very happy with that lesson, now I feel that lesson required in my job and really applied in the job world.

My message from my experience choose Chem. Eng is don't regret choose that department, because it is one of department which learn all of study in engineering. Chem. Eng learn about process, construction, electric, instrumentation control, mechanical process, environmental management, statistic, economic, design and many others. So, you will get a lot of knowledge and more ready if you will looking for a job and if you are positioned in any position so you have a basic knowledge in the field. Many friends tell about interest in Chem. Eng, by their opinion Chem. Eng is a king in industrial because they know that leading project and production.  Most of job vacancies where empty is Chem . Eng and wherever you see job vacancies, try look that Chem. Eng almost fill in vacancy and why these thing happen? because all of industries need process in manufacturing product so engineer in Chem. Eng can handle this position.

I have a great expectation to be a real engineer, can be a inovator with update innovation. I will do research in according to my educational background. Can provide for many people sharing knowledge so that have benefit for me and other people.

Premium vs Pertamax Plus

Diposting oleh On Wednesday, January 08, 2014

Sedikit berbagi pengalaman menggunakan pertamax plus dan premium. Ane menggunakan sepeda motor satria Fu dari Surabaya – Blitar dan juga sebaliknya. Ane ingin membandingkan penggunaan antara kedua bahan bakar tersebut. Dilihat dari kompresi mesin ini yang sudah DOHC 4 valve dengan kompresi 10,2 : 1 yg seharusnya memang memakai pertamax karena sudah lumayan tinggi kompresinya. Spesifikasi motor ane : karburator butterfly, leher knalpot diameter besar dan CDI unlimited. Jadi dengan kondisi yg geber nonstop, cuaca waktu itu agak panas pada musim kemarau akan ke musim penghujan. 
Dari Surabaya – Blitar ane selalu mengisi  premium 30.000 (setara 4,6 liter) dengan jarak 170 km yg dihitung akan ketemu 37 km / liter, yg menurut normalnya 35 km / liter. Ini sudah ane lakukan berkali-kali dan selalu habis premium dengan jumlah itu. 

Dilain hari sewaktu balik dari Blitar – Surabaya ane coba pakai pertamax plus dg nominal 30.000 (setara 2,6 liter) yg dihitung akan ketemu 65 km / liter. Ane sempat kaget dan bingung dg hal ini, kelebihan pakai pertamax plus adalah suara halus dan minim sekali knocking mesin, tarikan lebih galak tapi pembakaran awal sedikit susah saat di starter. Dari pengalaman ane ini dapat disimpulkan bahwa jika kita memakai premium maupun pertamax akan kena pada biaya sama namun keefektifan pembakaran jauh lebih efektif pertamax plus dg perbandingan premium : pertamax plus (4,6 : 2,6) hampir separuhnya. Pemakaian bahan bakar harus disesuaikan dg rasio kompresi mesin dan ini pengalaman ane ini bisa diterapkan pada motor dg rasio kompresi diatas 9: 1. 

Teori yg kita pelajari sudah menyebutkan jika penggunaan bahan bakar dg oktan tinggi akan menghasilkan tingkat efisiensi yg tinggi, namun kita perlu menerapkannya benar-benar karena kalau cuma sekedar teori belum ada bukti kuat yg mengikat. Proses mendapatkan bahan bakar ber oktan tinggi dapat dilihat di "Proses Pengolahan Minyak Bumi"