Trending Topik

Analisa Kinerja Keuangan PT Ad*ro Energy Tbk dengan Perusahaan Sejenis (1 of 2)

Diposting oleh On Sunday, July 01, 2018

Adopted from : Andik Santoso ST, MMT (2018)


I. Latar Belakang

PT Adaro Energy Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak di sektor pertambangan batubara dan tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan nama ADARO. Sebagai  salah  satu  raksasa  penguasa cadangan batubara di Indonesia tentunya terjadinya fluktuasi menyebabkan Adaro terlihat mengalami kesulitan dalam menghadapi kondisi tersebut. Terlihat di tahun 2015 Adaro mengalami penurunan produksi batubara sebesar 5,93 persen menjadi 13,16 metrik ton dibanding dengan produksi tahun 2014 sebanyak13,39  metrik ton. Menurunnya produksi juga ikut berimbas pada kondisi keuangan PT Adaro Energy Tbk terutama laba dari perusahaan mengalami penurunan yang cukup signifikan sebesar 16% selama awal tahun 2015 mengingat fokus bisnis Adaro adalah penambangan dan perdagangan batubara.
Dengan fluktuasi harga yang terus menurun, seluruh perusahaan di sektor pertambangan dituntut untuk menjaga kondisi keuangan perusahaan agar tetap bisa menjalankan usahanya, ada juga perusahaan yang tidak kuat dalam menghadapi kondisi sulit pada tahun 2015 dan menyebabkan banyak perusahaan sektor tambang batubara gulung tikar.
Salah satu cara melihat kondisi keuangan suatu perusahaan yaitu dengan menggunakan analisis rasio keuangan adalah rasio solvabilitas, rasio profitabilitas dan rasio  likuiditas.  Ketiga  rasio  tersebut dihitung menggunakan formula yang hasilnya dapat digunakan untuk menilai apakah tujuan dari perusahaan tersebut tercapai sehingga kepentingan para investor dapat dipenuhi oleh perusahaan. Dari penilaian tersebut juga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat keputusan oleh manajemen perusahaan dalam mengambil langkah yang tepat di waktu yang akan datang.
Menurut mulyadi (2001:415) penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik afektivitas  operasional  suatu organisasi,  bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Kinerja perusahaan merupakan kata umum untuk menggambarkan keberhasilan atau kesuksesan suatu perusahaan. Kinerja yang baik menunjukkan bahwa perusahaan dikelola dengan baik. Dalam operasional dunia usaha kerja perusahaan dapat dirumuskan sebagai hasil kerja yang diperoleh atas kegiatan atau operasi yang dilakukan oleh perusahaan selama periode waktu tertentu, dan laba merupakan salah satu tolak ukur penting dalam penilaian kinerja perusahaan (standar akuntansi keuangan, 2001).
Terdapat beberapa pendekatan yang bisa digunakan untuk menganalisa kondisi dan kinerja suatu perusahaan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Cara untuk mengetahui baik buruknya kinerja  keuangan dalam suatu perusahaan dapat diketahui dengan cara menganalisis hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan.
Adapun  alat  analisis  kinerja keuangan  pada  perusahaan yang  digunakan meliputi rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio profitabilitas (rentabilitas), rasio aktivitas. Analisis rasio keuangan merupakan metode analisis yang sering dipakai karena merupakan metode yang paling cepat untuk mengetahui kinerja keuangan PT. Adaro Energy Tbk. Dengan mengetahui kinerjanya, PT. Adaro Energy Tbk. akan dapat melakukan perkiraan keputusan apa yang akan diambil guna mencapai tujuannya. Analisis rasio keuangan pada PT. Adaro Energy Tbk. akan menyederhanaka informasi  yang menggambarkan hubungan antara pos-pos tertentu dengan pos lainnya yang dilaporkan. Dalam hal ini analisis rasio keuangan pada PT. Adaro Energy Tbk. akan menggali informasi dari laporan neraca dan laporan hasil usahanya.

II. Rumusan Masalah 
Analisis rasio keuangan PT. Adaro Energy Tbk. digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut : 

  1. Bagaimana tingkat kesehatan keuangan PT. Adaro Energy Tbk.?
  2. Bagaimana kinerja keuangan PT. Adaro Energy Tbk. dibandingkan dengan industri sejenis yang berada di Indonesia

III. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis kinerja keuangan PT. Adaro Energy Tbk untuk melihat kesehatan keuangan  dan  melakukan perbandingan kinerja keuangan dengan industri sejenis yang berada di Indonesia.

IV. Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup dan permasalahan  yang harus diselesaikan pada penelitian ini, maka penelitian dibatasi pada :

  1. Analisis kinerja perusahaan PT. Adaro Energy Tbk. dan perusahaan pembanding menggunakan analisis kinerja keuangan. 
  2. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari Annual Report perusahaan-perusahaan  pertambangan  batubara  yang  terdaftar  di  Bursa Efek Indonesia dalam periode 5 tahun mulai dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.
V. Analisa dan Pembahasan

  • Teknik Analisis Laporan Keuangan

Beberapa teknik analisis laporan keuangan dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Analisis Perbandingan
Analisis perbandingan adalah teknik analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan membandingkan antara satu dengan yang lain, dengan menunjukan informasi keuangan atau data lainnya baik berupa rupiah atau dalam unit.

2. Analisis Trend
Analisis trend ini bertujuan untuk mengetahui tendensi atau kecendrungan keadaan suatu perusahaan di masa yang akan datang baik kecenderungan naik, turun maupun tetap.

3. Common size
Teknik common size menggunakan pola atau teknik penyederhanaan angka dalam laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dengan teknik ini memerlukan angka  dasar  sebagai  dasar perhitungan  konversi,  untuk neraca biasanya menggunakan total aktiva atau total pasiva sebagai dasar dengan angka 100%.

4. Analisis Rasio keuangan
Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
Kegunaan rasio keuangan keuangan bagi kelompok utama pemakai laporan keuangan adalah sebagai berikut :

  • Manajer yang  menerapkan  rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan kemudian meningkatkan operasi perusahaan
  • Analisis  kredit,  temasuk  peugas  pinjaman  bank  dan  analisis  peringkat obligasi, yang menganalisis  rasio-rasio untuk membantu memutuskan kemampuan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya
  • Analisis   saham,   yang   tertarik   pada   efisiensi,   resiko,   dan   prospek pertumbuhan perusahaan 

Analisis  rasio  keuangan  memiliki  beberapa  keunggulan  dan  keterbatasan sebagai alat analisis, yaitu:
Keunggulan Analisis Rasio

  • Rasio  merupakan  angka-angka  atau  ikhtisar  statistik  yang  lebih  mudah dibaca dan ditafsirkan.
  • Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 
  • Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.
  • Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.
  • Keterbatasan Analisis Rasio

Disamping keunggulannya, teknik ini mempunyai beberapa keterbatasan, yaitu sebagai berikut :

  • Kesulitan  dalam  memilih  rasio  yang tepat  yang dapat digunakan  untuk kepentingan pemakai.
  • Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti :
  • Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment  yang dapat dinilai bias atau subyektif. 
  • Nilai yang terkandung  dalam laporan keuangan  dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar
  • Klasifikasi  dalam  laporan keuangan  bias berdampak  pada angka rasio.
  • Jika   data  untuk   menghitung   rasio   tidak  tersedia   maka  akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
  • Jika dua perusahaan atau lebih dibandingkan bisa saja teknik standar akuntansi yang dipakai tidak sama.
  • Sulit jika data yang tersedia tidak sinkron

Penggolongan Angka Rasio

Menurut  S.  Munawir  (2004:68),  Berdasarkan  sumber  datanya,  angka  rasio dapat dibedakan menjadi:

  • Rasio-rasio Neraca (Balance Sheet Ratios) yang tergolong dalam kategori ini adalah semua rasio yang semua datanya diambil atau bersumber pada neraca, misalnya current ratio, acid test ratio
  • Rasio-rasio  Laporan Laba Rugi (Income Statement Ratios)  yaitu angka- angka  rasio  yang dalam  penyusunannya   semua  datanya  diambil  dari Laporan Laba Rugi, misalnya gross profit margin, net operating margin, operating ratio dan lain sebagainya 
  • Rasio-rasio antar Laporan (interstatement ratios) ialah semua angka rasio yang penyusunan datanya berdasar dari neraca dan data lainnya dari laporan Laba Rugi, misalnya tingkat perputaran persediaan (inventory turn over), tingkat   perputaran   piutang   (account   receivable   turn  over),   sales   to inventory, sales to fixed asset dan lain sebagainya.

Pengukuran Kinerja Keuangan Menggunakan Analisis Rasio

Kinerja perusahaan adalah suatu usaha formal yang dilaksanakan perusahaan untuk mengevaluasi efisien dan efektivitas dari aktivitas perusahaan  yang telah dilaksanakan pada periode waktu tertentu. Djarwanto (2008:19) menyatakan bahwa kinerja adalah tingkat prestasi(kerja) hasil nyata yang kadang-kadang digunakan untuk tercapainya hasil positif atau hasil dari banyak keputusan yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen untuk mencapai tujuan terntentu.
Analisis rasio merupakan angka-angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan laporan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (Harahap,2007:297).
Secara garis besar ada empat jenis rasio yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, antara lain :

  • Rasio likuiditas

Rasio yang menunjukkan hubungan antara kas perusahaan dan aktiva lancar lainnya dengan hutang lancar. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban finansialnya yang harus segera dipenuhi atau kewajiban  jangka pendek. Rasio  Likuiditas  yang  umum dipergunakan adalah:

1. Current Ratio (Rasio Lancar)
Rasio  lancar  adalah rasio  yang digunakan  untuk mengukur  kemampuan likuiditas jangka   pendek  perusahaan  dengan  melihat  aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (kewajiban perusahaan).

2. Quick Ratio/ Acid Test Ratio (Rasio Cepat)
Rasio cepat adalah kemampuan untuk membayar hutang yang harus segera dipenuhi oleh aktiva lancar yang lebih likuid (quick asset).

  • Rasio aktivitas

Rasio keuangan yang mengukur bagaimana perusahaan  secara  efektif mengelola aktiva-aktivanya. Rasio ini digunakan untuk melihat seberapa besar tingkat aktiva tertentu yang dimiliki  perusahaan,  apakah sudah sesuai dan beralasan, sangat tinggi atau sangat rendah jika dipandang dari tingkat penjualan saat ini. Semakin tinggi rasio aktivitas semakin efektif perusahaan dalam mendayagunakan sumber  dayanya.  Rasio  aktivitas  yang  umum  dipergunakan adalah:

1. Total Assets Turn Over
Total  Asset  Turnover  Ratio  merupakan  indikator  efisiensi  perusahaan dengan jalan mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan dengan membandingkan terhadap Total Assets.

2. Inventory Turn Over
Inventory Turn Over digunakan untuk mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagangan. Rasio ini merupakan informasi yang cukup popular untuk menilai efisiensi operasional yang memperlihatkan seberapa baiknya manajemen mengontrol modal yang ada pada persediaan.

  • Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya. Rasio profitabilitas yang umum dipergunakan adalah:

1. Net Profit Margin
Net profit margin adalah rasio yang mengukur seberapa banyak keuntungan operasional yang bisa diperoleh dari setiap rupiah penjualan.

2. Return On Assets
Return on assets adalah rasio antara laba setelah pajak dengan total aktiva. Rasio ini mengukur tingkat keuntungan yang dihasilkan dari investasi total.

3. Return On Equity
Return on equity (ROE) adalah jumlah imbal hasil dari laba bersih terhadap ekuitas dan dinyatakan dalam bentuk persen.

  • Rasio solvabilitas

Rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka panjangnya. Rasio solvabilitas yang umum dipergunakan adalah:

1. Debt To Assets Rasio
Debt to assets ratio merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva.

2. Debt to Equity Rasio
Debt to equity ratio menggambarkan perbandingan antara kewajiban dan ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan modal perusahaan itu sendiri dalam memenuhi seluruh kewajiban perusahaan.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deksriptif. Menurut Nazir (2003:71) metode penelitian deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa. Sesuai dengan perumusan masalah yang ada mengenai analisis rasio keuangan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, maka dapat diketahui bahwa jenis penelitian ini adalah analisis deskriptif, sehingga penelitian ini tidak menggunakan uji hipotesis melainkan pendeskripsian informasi dan analisis sesuai dengan kondisi yang diteliti kemudian mengiterpretasikan.
Populasi atau objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan pertambangan Batubara yang telah terdaftar sebagai perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia, dengan menggunakan laporan keuangan sebagai dasar penelitian untuk membedakan rasio keuangan yang terjadi pada perusahaan pada tahun 2012-2016. Penentuan anggota sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan metode purposive sampling. Metode purposive sampling   adalah   teknik  penentuan   sampel   dengan   kriteria   tertentu.   Dalam penelitian ini peneliti mempunyai pertimbangan bahwa sampel yang diambil memiliki kriteria-kriteria sebagai berikut:
Perusahaan Batubara yang terdaftar di Bursa efek Indonesia sampai tahun 2017.

Perusahaan  Batubara  yang menerbitkan  laporan keuangan  lengkap  dari tahun 2011-2015.
Adapun perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah:
1. PT. Adaro Energy Tbk 
2. PT. Atlas Resources Tbk 
3. PT. Bayan Resources Tbk 
4. PT. Bumi Resources Tbk 
5. PT. Darma Henwa Tbk 
6. PT. Delta Dunia Makmur Tbk 
7. PT. Bukit Asam (Persero) Tbk
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif berupa laporan keuangan perusahaan dari tahun 2011 sampai dengan 2015. Dikatakan kuantitatif karena pengolahan data yang berbentuk angka-angka, dalam hal ini adalah data dari laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan laba rugi yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia.
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan atau diperoleh dari dokumen-dokumen  atau arsip-arsip perusahaan secara literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian Pengumpulan data sekunder yang digunakan pada penelitian ini diperoleh di Bursa Efek Indonesia berupa laporan keuangan perusahaan  yang menjadi sampel penelitian  selama 5 tahun terakhir, yaitu tahun 2012 sampai tahun 2016.

Daftar Pustaka
[1] Keown, et al. (2005), Financial Management Principles and Application, 10th Edition, Pearson
[2] Berk, J. De Marzo, P., dan Harford, J. (2015), Fundamentals of Corporate Finance, 3th
Edition. Pearson Global Edition
[3] Vance, David E., (2003), Financial Analysis & Decision Making, McGraw-Hill
[4] Riyanto, Bambang, 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4 Yogyakarta: BPFE Yogyakarta
[5] Soetjipto, Kery (2000), Analisis Pengaruh Akuntansi Tingkat Harga Umum Terhadap Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laba Ditahan, Dan Rasio Keuangan, JA/FE Untar, Th.IV/01/2000/Edisi Khusus Penelitian.
[6] Munawir. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Jogjakarta
[7] http://www.adaro.com/  diakses tanggal 7 April 2018
[8] http://www.atlas-coal.co.id/  diakses tanggal 7 April 2018
[9] http://www.bayan.com.sg/index.php/en/ diakses tanggal 7 April 2018
[10] http://www.ptba.co.id/en  diakses tanggal 7 April 2018
[11] http://www.bumiresources.com diakses tanggal 7 April 2018
[12] http://www.ptdh.co.id/ diakses tanggal 7 April 2018
[13] https://www.deltadunia.com/  diakses tanggal 7 April 2018

Etika Bisnis Perusahaan Jasa O&M Pembangkit Listrik Menuju Indonesia Terang 2020

Diposting oleh On Sunday, June 10, 2018

Jasa Operation and Maintenance (O&M) di sektor pembangkitan merupakan unit bisnis tersendiri di bidang pengelolaan unit pembangkitan (UP). Sektor jasa O&M di pembangkitan berperan sangat penting dalam menyiapkan personil handal di bidang operasi dan pemeliharaan pembangkit di wilayah Indonesia. Ragam cara pemerintah untuk menyiapkan SDM unggul di bidang ini salah satunya adalah kompetensi personil. Personil yang kompeten diharapkan mampu bersaing dengan dunia global yang terus berkembang. Sertifikasi keahlian menjadi tolok ukur pengakuan yang bisa digunakan untuk penilaian kompetensi personil. Harapan pemerintah Indonesia, SDM dalam negeri siap mandiri dalam pengelolaan pembangkitan dihadapan serbuan investasi asing yang tidak hanya aliran dana yang masuk ke Indonesia namun juga teknologi dan skill SDM asing bakal menggempur untuk waktu yang akan datang. Investasi asing dari negara maju terus mengalir ke Indonesia dan salah satunya adalah Indepedence Power Producer (IPP) sebagai perusahaan listrik swasta yang berproduksi di Indonesia. Dengan dilatarbelakangi hal tersebut, sebagai tuan rumah maka Indonesia harus menyiapkan diri untuk mendampingi dang mengontrol setiap usaha dari perusahaan swasta agar tetap memberikan manfaat untuk masyarakat Indonesia.
Listrik di Indonesia dikuasai penuh oleh negara dan melalui amanat Undang-Undang Dasar (UUD) Pasal 33 Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa “sumber daya alam dikuasai negara dan dipergunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat Indonesia” maka pemerintah mengambil peran penuh terhadap sektor kelistrikan Indonesia. Pemerintah membentuk PT PLN (persero) sebagai perusahaan BUMN yang melakukan kontrol terhadap listrik di Indonesia. Berdasarkan pengembangan pasal 33 UUD 1945 tersebut terdapat unsur yang terpenting yaitu energi dan kebutuhan untuk khalayak banyak dikelola oleh negara dan disalurkan ke seluruh rakyat Indonesia. Dengan berdasarkan pada hal tersebut, PLN sebagai produsen dan penyalur energi mengemban amanah negera untuk menjadikan seluruh wilayah indonesia mendapatkan pasokan listrik.
Program pemerintah dalam penugasan ke PLN melalui beberapa sistem yaitu Fast Track Program 1 (FTP-1) sebesar 10.000 MW berdasarkan PERPRES No. 71/2006 yang telah diamandemen ke PERPRES No. 59/2009 dan FTP-2 sebesar 35.000 MW berdasarkan PERMEN ESDM No. 5 Tahun 2010. Program tersebut semua terus berjalan dan negara mengharapkan penugasan ini selesai dan seluruh wilayah Indonesia teraliri listrik. Komitmen PLN untuk mengemban amanah ini menjadi prinsip utama etika bisnis yang selalu dipegang terus sampai tujuan tercapai.
Program FTP berjalan dari tahun ke tahun dan keberhasilan pencapaian dari kurun waktu yang ditentukan negara menunjukkan bahwa FTP-1 dan FTP-2 tercapai 70% (www.listrikindonesia.com) sedangkan proyek 35.000 MW masih berjalan sampai tahun 2020. Dalam program 35.000 MW PLN diberi kelonggaran negara dengan masuknya perusahaan IPP untuk membantu produksi listrik. Pembagian kapasitas daya yang harus terpasang antara PLN dan IPP diatur oleh negara dengan pembagian yaitu PLN kapasitas 10.681 MW dan IPP kapasitas 25.904 MW. 
PLN selaku asset owner menugaskan ke anak perusahaan seperti PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) dan PT Indonesia Power (PT IP) untuk mengelola amanah negara tersebut. PT PJB selaku asset management berkomitmen besar mensukseskan program  pemerintah dan strategi PT PJB adalah membagi tugas ke anak perusahaannya yaitu PT PJB Services yang fokus bergerak dibidang O&M jasa pembangkitan listrik untuk mengelola sebagian unit PLN yang sudah dilimpahkan untuk dioperasikan. PT PJB Services mendapatkan amanah untuk menyokong program 35.000 MW pemerintah dan terdapat etika-etika yang harus diemban perusahaan untuk mensukseskan program demi pemerataan kemakmuran energi di seluruh wilayah Indonesia.
Salah satu etika terbesar yang wajib diemban PT PJB Services adalah non-profit oriented, ini juga termasuk alasan berdirinya perusahaan BUMN dan anak perusahaannya. Meskipun begitu, PT PJB Services masih termasuk perusahaan yang sehat dan bisa mensejahterakan seluruh karyawannya yang berjumlah ± 5000 orang. PT PJB Services selaku pemain bisnis jasa O&M di sektor pembangkit listrik boleh dibilang cukup mumpuni dibanding perusahaan sejenis dan terbukti mendapatkan predikat “best award jasa O&M terbaik di Indonesia” tahun 2015, 2016 dan 2017. Sebagai perusahaan jasa O&M terbaik tersebut, negara berharap besar PT PJB Services bisa mengoperasikan aset negara demi tercapainya “Indonesia terang 2020” .
Etika bisnis turunan lainnya adalah mengoperasikan aset PLN dengan biaya murah dan kemampudayaan untuk UP Jawa diatas 85% dan UP Luar Jawa ±70%. Berdasarkan hal tersebut, PT PJB Services berkomitmen melakukan proses efisiensi baik di bidang operasional, pemeliharaan dan SDM. Sebagai asset operator, PT PJB Services selalu bersedia kapanpun dan dimanapun sewaktu mendapatkan penugasan dari PLN.  Ruh perusahaan sebagai pendukung operasi dan pemeliharaan sudah mendarah daging untuk menunjang pemerataan program listrik pemerintah.
Awal tahun 2018, pemerintah mengeluarkan isu-isu strategis yaitu program penurunan Biaya Pokok Produksi (BPP). Isu ini ditujukan ke instansi pemerintahan dalam negeri dan perusahaan BUMN untuk meningkatkan efisiensi sehingga APBN bisa diserap merata di semua bidang infrastruktur. PT PLN (persero) selaku perusahaan BUMN sedikit mengalami kegoncangan terkait isu tersebut karena produksi listrik di Indonesia dipengaruhi  besar oleh harga bahan bakar seperti batubara, gas alam dan solar. Menanggapi isu tersebut, PT PLN (persero) melakukan langkah efisiensi seperti penurunan biaya pembelian per kWh yang diproduksi oleh produsen listrik.
PT PLN (persero) dengan cepat mengevaluasi seluruh usahanya dan membuat perincian untuk mengetahui biaya terbesar dalam produksi listrik. Bahan bakar batu bara menjadi pengeluaran terbesar oleh PLN karena sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia menggunakan bahan bakar tersebut. Harga batu bara yang dipakai oleh PLN mengikuti harga pasar dunia sehingga gejolak naik-turun bahan bakar membuat gejolak di keuangan PLN terlebih terdapat isu penurunan BPP membuat PLN harus mengevaluasi bidang usahanya.
Langkah PLN untuk mengatasi gejolak tersebut yaitu mengirimkan surat ke pemerintah untuk menetapkan harga batu bara untuk pembangkit listrik dan meminta prioritas pemenuhan batu bara untuk kebutuhan dalam negeri. Pemerintah memberikan tanggapan positif lewat Kementerian ESDM yaitu KEPMEN No. 1395K/30/MEM/2018 yang berisi penetapan harga batu bara untuk pembangkit listrik sebesar 70 $USD/ton dan KEPMEN ESDM No. 23K/30MEM/2018 yang berisi tentang kewajiban perusahaan batu bara untuk memenuhi minimal 25% produksi untuk kebutuhan dalam negeri sebelum melakukan ekspor. PT PLN (persero) menanggapi positif penetapan ini dan segera melakukan langkah-langkah strategis untuk tetap bisa bertahan beroperasi dalam permasalahan yang sedang terjadi.
Isu penurunan BPP berimbas besar terhadap PT PJB dan PT PJB Services selaku pemain di lapangan yang bergelut di operasional dan pemeliharaan pembangkit. Menanggapi hal tersebut, bisa dipertanyakan apakah etika bisnis di sektor pembangkitan masihkah harus dipegang teguh oleh asset manajemen dan asset operator? Jawabannya “YA” karena kembali lagi di penjelasan awal bahwa perusahaan BUMN dan anak perusahaan bergerak di bidang non-profit oriented. PT PJB Services selaku lini perusahaan terbawah di sektor pembangkitan tentu merasakan dampak terbesar terkait isu tersebut, sehingga program-program efisiensi gencar disosialisasikan dan diterapkan dalam jasa O&M pembangkitan.
PT PJB Services dengan cepat merespon langkah PLN melalui kebijkan barunya tersebut dan yang palinng menonjol adalah efisiensi biaya SDM karena pengeluaran terbesar di perusahaan ini adalah biaya operasional SDM. Komponen biaya terbesar PT PJB Services berbeda dengan PT PLN (persero) karena bidang usaha yang berbeda, dimana PT PJB Services bergerak di bidang jasa O&M dan SDM menjadi asset utamanya sedangkan PT PLN (persero) bergerak di bidang kepemilikan pembangkit listrik.
Etika bisnis PT PJB Services sebagai perusahaan berbasis non-profit oriented masih tetap dijalankan meskipun isu terkait penurunan BPP sangat menggoncang keuangan perusahaan. Program-program untuk mendukung hal tersebut dijalankan tanpa menyimpang dari etika utama perusahaan sehingga perusahaan BUMN dan anak perusahaan akan berjalan in-line dan tidak saling berbenturan satu sama lain.
Pemerintah menargetkan seluruh instansi sasaran program tersebut untuk berkomitmen dan mendukung jalannya program pemerintah. Komitmen tersebut merupakan etika bisnis yang harus dipegang teguh oleh instansi pemerintah dengan sasaran mengutamakan kepentingan negara. Etika bisnis tersebut jika dijalankan dengan benar akan memberikan kontribusi optimal terhadap negara dan ujung-ujungnya kembali lagi di awal bahwa instansi pemerintahan bisa mengemban amanah sesuai pasal 33 UUD 1945 khususnya tujuan “Indonesia Terang 2020” dengan biaya yang kecil.

Kutip Artikel ini Sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2018). Etika Bisnis Perusahaan Jasa O&M Pembangkit Listrik Menuju Indonesia Terang 2020. www.caesarvery.com. Surabaya

Referensi
[1] Feriyanto, Y.E. (2018). Aplikasi Multi-Criteria Decision Analysis Untuk Pemilihan Proses dan Operasi Koagulasi-Flokulasi Terbaik di Pre-Treatment Water System di PLTU. Magister Manajemen Teknologi. ITS-Surabaya.

Contoh Soal Peta Kendali Atribut dan Pembahasannya

Diposting oleh On Sunday, May 27, 2018

Perbedaan Populasi dan Sampel?
Populasi : objek yang memiliki karakteristik tertentu, ditandai dengan data yang memiliki interval dan terkumpul dalam grup
Sampel : bagian data dari populasi, ditandai dengan data yang berdiri sendiri
Berikut kutipan dari "handbook Leland Blank (1980)"

Contoh data sampel dan populasi sebagai berikut:
POPULASI ---> Data A sebanyak 18 orang, B (20 orang), C (22 orang) dan D (24 orang)
SAMPEL ---> 18 orang dengan P(x) ...19 orang dengan P(x)....dst
Contoh penggunaan kata yang menggambarkan populasi dan sampel?
Sebuah data memiliki elemen 500 dan diambil 20 buah sebagai bahan penelitian
Maka, N (jumlah populasi) = 500 dan n (jumlah sampel) = 20

BACA JUGA: Metode TRIZ Analysis (TRIZ 40)

Berikut contoh soal penggunaan populasi dan sampel di statistika
Berikut catatan untuk contoh soal peta kendali atribut:
 ARTIKEL TERKAIT:
1. Contoh Soal Control Chart dan Pembahasan Sesuai Buku Besterfield
2. Analisa Kemampuan Proses (AKP)/Capability Potential (Cp)/Capability Index (Cpk)
3. Rumus Kehandalan (Reliability), Contoh dan Pembahasan Dalam Ilmu Teknik (1 of 3)

Referensi
[1] Feriyanto, Y.E. (2017). Contoh Soal Peta Kendali Atribut dan Pembahasannyawww.caesarvery.com. Magister Manajemen Teknologi, ITS-Surabaya

Strategic Planning (IFE, EFE, CPM, SWOT, SPACE, BCG, IE, Grand Strategy dan QSPM) by David Fred & David Forest

Diposting oleh On Friday, May 11, 2018

Manajemen strategi dibutuhkan oleh suatu perusahaan untuk menentukan perencanaan yang bertujuan untuk mecapai visi dan misi.
Menurut handbook "Strategic Management A Competitive Advantage, Sixteenth Edition by David Fred & David Forest, 2016".
Strategic Planning terdiri dari 3 komponen yaitu : strategic formulation, strategic implementation dan strategic evaluation.
Dibawah ini dibahas strategic formulation seperti berikut :
  • Internal Factor Evaluation (IFE) Matrix
Adalah faktor-faktor internal perusahaan (strength & weakness). Penilaian ada 2 yaitu : 
- Pembobotan (weight) adalah pemberian nilai (score) antara kriteria internal. Weight didasarkan pada industrial based (faktor kepentingan terhadap proses/ruang lingkup usaha di perusahaan)
- Rating adalah skala 1-4 dengan [1 : sangat lemah] dan [4 : sangat kuat]. Rating didasarkan pada company based (faktor pengaruh terhadap perusahaan/jangka panjang)
- Nilai terbobot (weighted score) adalah perkalian antara weight x rating
Tahapan pembentukan matriks IFE adalah:
  • Menentukan 20 faktor internal (strength & weakness) dengan urutan penyusunan adalah strength terlebih dahulu kemudian diikuti weakness 
  • Memberikan bobot (weight) antara 0 (tidak penting) sampai 1 (sangat penting) untuk setiap faktor. Pembobotan tingkat relatif kepentingan mengacu kepada visi-misi perusahaan (industrial based) . Bobot akumulasi strength & weakness harus berjumlah 1
  • Memberi rating antara 1 (sangat lemah) sampai 4 (sangat kuat). Pemberian rating berdasarkan company based untuk strength adalah 3 atau 4 sedangkan untuk weakness adalah 1 atau 2
  • Melakukan perhitungan nilai terbobot (weighted score) : bobot x rating
  • Menjumlahkan weighted score akumulasi strength & weakness untuk analisa IFE perusahaan
Berikut contoh aplikasi matriks IFE:
Sesuai contoh diatas, akumulasi nilai terbobot untuk IFE adalah 2.5
  •  External Factor Evaluation (EFE)
Adalah faktor-faktor eksternal perusahaan (opportunity & threat). Urutan penyusunan adalah dimulai dari opportunity kemudian diikuti threat.
Langkah-langkah pembentukan EFE sama dengan IFE
Berikut contoh aplikasi matriks EFE:
Sesuai contoh diatas, akumulasi nilai terbobot untuk EFE adalah 2.58
  • Competitive Profile Matrix (CPM)
Adalah matriks identifikasi perusahaan dengan kompetitor (bidang usaha sama) yang dilihat dari beberapa aspek seperti strength, weakness, opportunity & threat (SWOT). Matriks CPM mirip dengan EFE namun lebih lengkap karena memasukkan unsur faktor internal (strength & weakness).
Sesuai contoh diatas bisa diketahui yaitu terdapat 8 faktor yang dipilih berdasarkan tingkat persaingan tinggi dalam merebut pasar.
Analisa sebagai berikut:
  • Company 1 mendapat rangking tertinggi dalam persaingan dan kuat dalam ekpansi perusahaan dan kekuatan modal namun lemah dalam segi iklan/informasi ke pasar dan masih rendah untuk pasarnya
  • Company 2 mendapat rangking sedang dan kuat dalam segi iklan (lebih terkenal), pasar paling tinggi diantara kompetitor namun lemah dalam ekpansi perusahaan
  • Company 3 mendapat rangking terendah dan boleh dibilang kalah dari kompetitor dari segi loyalitas pelanggan, manajemen dan harga namun memiliki sedikit kekuatan dari segi terkenalnya di masyarakat luas dan kekuatan modalnya
Analisa model kompetisi menurut "Porter Five-Force Model"
Terdapat 5 model kompetisi yaitu:
  1. Persaingan diatara perusahaan sejenis (rivalry among competing firm)
  2. Daya tawar penyedia produk (bargaining power of supplier)
  3. Daya tawar pemakai produk (bargaining power of consumer)
  4. Potensi pengembangan produk pengganti (potential development of substitute product)
  5. Potensi masuknya kompetitor baru (potential entry of new competitor)
Pada tahap strategic formulation terbagi menjadi 3 stage yaitu:
  1. Input Stage adalah resume informasi dasar sebagai inputan untuk memformulasikan strategi, seperti: IFE, EFE dan CPM
  2. Matching Stage adalah fokus terhadap alternatif strategi yang menguntungkan dan inline dengan inputan faktor internal dan eksternal, seperti: SWOT, SPACE dan BCG
  3. Decision Stage adalah teknik menganalisis, seperti: QSPM (menggunakan input informasi dari "input stage" terhadap tujuan strategi yang menguntungkan di "matching stage"
  • SWOT Matrix 
Adalah matriks strategi yang harus dilakukan dengan mengacu kepada persilangan antara faktor internal (strength & weakness) dan eksternal (opportunity & threat). Komponen SWOT Matrix sebagai berikut:
  1. Strategi SO: menggunakan strength di internal perusahaan untuk mengambil opportunity dari eksternal perusahaan
  2. Strategi WO: memperbaiki weakness di internal perusahaan dengan mengambil manfaat dari opprotunity dari eksternal perusahaan
  3. Strategi ST: menggunakan strength perusahaan untuk menjauhi/mengurangi dampak threat dari eksternal perusahaan
  4. Strategi WT: strategi bertahan untuk mengurangi weakness dan menjauhi threat dari eksternal perusahaan
  • Strategic Position and ACtion Evaluation (SPACE) Matrix
Adalah matriks yang terdiri dari 4 kuadran yang terdiri dari aggresive, conservative, defensive dan competitive. SPACE Matrix berbentuk koordinat x-y dengan pembagian dimensi internal yaitu  financial position (FP) dan competitive position (CP) sedangkan dimensi eksternal yaitu stability position (SP) dan industry position (IP).

 
Langkah-langkah penyusunan SPACE Matrix adalah:
  • Memilih serangkaian variabel untuk mendefinisikan financial position (FP), competitive position (CP), stability position (SP) dan industry position (IP)
  • Memberi penilaian antara +1 (terjelek) sampai +7 (terbaik) untuk setiap variabel yang masuk dalam dimensi FP dan IP. Memberi penilaian antara -1 (terbaik) sampai -7 (terjelek) untuk dimensi SP dan CP. Jadi penilaian FP & IP >< SP & CP. Penilaian FP & SP dibandingkan dengan kompetitor (bidang usaha sama) sedangkan IP & SP dibandingkan dengan perusahaan berbeda usaha
  • Menghitung rata-rata nilai untuk FP, CP, IP dan SP dengan cara menjumlahkan nilai pada setiap variabel dan membagi dengan banyak variabel
  • Mengeplotkan rata-rata nilai tersebut di SPACE Matrix
  • Boston Consulting Group (BCG) Matrix
Adalah matriks yang mirip dengan SPACE Matrix yaitu terdapat koordinat x-y (x: relative market share position dan y: industry sales growth rate) dengan pembagian 4 kuadran yaitu question mark, star, cash cow dan dog.
Berikut penjelasan kuadran tersebut:
  1. Kuadran I (Question Mark) ---> rendah di market share namun tinggi dalam pertumbuhan sales. Modal yang diperlukan tinggi namun pertumbuhan keuangan rendah. Perusahaan harus memutuskan apakah bertahan dengan kondisi tersebut dengan menerapkan strategi di Kuadran I atau menjual perusahaan
  2. Kuadran II (Stars) ---> tinggi di market share dan pertumbuhan sales. Perusahaan dalam jangka panjang memiliki kesempatan untuk tumbuh dan menghasilkan keuntungan. Perusahaan terus-menerus menerima suntikan modal untuk memperkuat posisi dominannya
  3. Kuadran III (Cash Cows) ---> tinggi di market share namun rendah di pertumbuhan sales. Disebut Cow karena menghasilkan laba dengan suntikan modal yang terus-menerus berlebih (disusui). Perusahaan harus menciptakan pengembangan produk atau fitur tambahan agar pasar yang sudah besar tingkat sales-nya tidak turun
  4. Kuadran IV (Dogs) ---> rendah di market share dan pertumbuhan sales. Perusahaan lemah pada faktor internal dan eksternal sehingga harus melakukan cost reduction, pemangkasan atau liquidation (menggunakan aset likuid untuk memenuhi hutang jangka pendek)
  •  Internal-External (IE) Matrix
Adalah matriks untuk plot hasil dari IFE untuk aksis (x) dan EFE untuk ordinat (y). Terdapat 9 area strategi yang harus dilakukan dengan pembagian sebagai berikut:
- Strategi I, II & IV (Tumbuh & Berkembang) ---> backward, forward & horizontal integration; market penetration; market development; product development
- Strategi III, V & VII (Bertahan) ---> market penetration & product development
- Strategi VI, VIII & IX (Tutup atau Dijual) ---> pengurangan, penjualan
  • Grand Strategy Matrix (GSM)
Adalah matriks yang berbentuk koordinat x-y (x: competitive position dan y: market growth). Pembentukan matriks ini cukup sederhana yaitu dengan memutuskan dimana posisi perusahaan dari segi kompetitornya dan pertumbuhan pasarnya.
  • Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
Adalah matriks untuk mengevaluasi strategi alternatif berdasarkan inputan faktor internal dan eksternal.
Langkah-langkah penyusunan QSPM matriks sebagai berikut:
  1. Membuat list dengan urutan faktor eksternal (bisa berasal dari EFE) kemudian diikuti faktor internal (bisa dari IFE)
  2. Memberikan pembobotan (weight) pada list faktor eksternal & internal tersebut sesuai pembobotan di EFE & IFE Matriks
  3. Menyusun strategic alternative yang akan dilakukan perusahaan di kolom & baris teratas sesudah bobot (weight)
  4. Menentukan nilai ketertarikan-Attractiveness Score (AS) yang menunjukkan tingkat relative attractiveness dengan score antara 1 (tidak menarik) sampai 4 (sangat menarik)
  5. Menghitung Total Attractiveness Score (TAS) dengan cara perkalian antara weight x AS
  6. Menjumlahkan TAS setiap strategic alternative
  7. Nilai TAS tertinggi adalah strategi yang harus dilakukan perusahaan
Berikut contoh penggunaan QSPM Matrix:
  1. Dalam matriks ditentukan langkah strategi yaitu membeli lahan baru & membangun toko yang lebih besar atau merenovasi total toko lama
  2. Terdapat 2 pilihan strategi dan masih bingung dipilih untuk keputusan terbaik sehingga dilakukan analisa sesuai kondisi faktor eksternal & internal dengan inputan dari EFE & IFE
  3. Sesudah memasukkan inputan EFE & IFE selanjutnya adalah memberikan weight sesuai nilai di EFE & IFE Matriks
  4. Nilai Attractiveness Score (AS) ditentukan dan mengalikannya dengan weight sehingga dihasilkan Total Attractiveness Score (TAS) 
  5. Menjumlahkan setiap TAS untuk strategic alternative dan sesuai contoh dibawah ini nilai terbesar alternatif membeli lahan baru & membangun toko yang lebih besar

Kutip Artikel ini Sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E (2018). Strategic Planning (IFE, EFE, CPM, SWOT, SPACE, BCG, IE, Grand Strategy dan QSPM). www.caesarvery. Surabaya
Referensi:
[1] David, Fred., dan David Forest. (2016). Strategic Management A Competitive Advantage, Sixteenth Edition
[2] Feriyanto,Y.E. (2018). Tugas Kuliah Magister Manajemen Teknologi. ITS-Surabaya