Trending Topik

Pengalaman Jual-beli Online di Lazada

Melihat tutorial di youtube dan pengalaman jual-beli online di 3 marketplace yaitu Bukalapak, Tokopedia dan Shopee, ternyata banyak youtuber yang mulai menjajaki Lazada. Penulis di Lazada dahulu hanya sebagai pembeli dan itupun karena barang di 3 marketplace tersebut sedang kosong sehingga harus terpaksa mengakses ke Lazada. Dari 4 marketplace yang bersaing di Indonesia yang menerapkan iklan landing page (ketika buka internet dan klik apa tiba-tiba tertuju ke aplikasi lain) adalah Lazada. Hal itu dialami sendiri oleh penulis, dimana sudah sangat sering download aplikasi, buka di play store dan baca berita tiba-tiba link landing page mengarah ke aplikasi Lazada.

Dari segi barang yang dijual, di Lazada terbilang cukup sedikit dan kurang bergairah transaksi di aplikasi ini. Para youtuber-pun juga mengingatkan hal itu, namun di setiap marketplace memiliki pembeli dengan karakteristik masing-masing yang senangnya hanya memakai aplikasi itu-itu saja (fanatik), sehingga potensi untuk jualan online masih menggiurkan. Penulis langsung membuka toko di Lazada dengan persyaratan yang cukup ringan dan setelah itu rentang 3 hari ditelepon CS Lazada (suara seperti robot) untuk melakukan dekorasi toko. Penulis mencari tahu cara dan tutorial tidak ketemu dan hanya mengganti profil serta melengkapi dokumen administrasi saja kemudian upload barang. Dari sini poin bahwa aplikasi tidak ramah bagi user sudah terlihat dan menyulitkan penjual untuk meramaikan produk.

Semakin melangkah jauh hari demi hari, dimana yang awal-awal diberi traffic 200-an orang/hari dan sekarang tidak ada sama sekali menandakan aturan Lazada sangat ketat bahkan ekspedisi pengirimannya-pun terbatas pada yang bermitra dan memiliki nama sendiri. Kesimpulan yang bisa ditarik adalah Lazada masih sangat jauh dibilang marketplace apalagi bersaing dengan 3 kompetitor sejenisnya yang sangat perkasa. Lazada sudah mirip mall online menurut pendapat penulis karena penjual sangat dibatasi akses oleh aturan yang ketat dan penon-aktifan traffic tanpa penjelasan yang diketahui penjual.

Penulis menyimpulkan bahwa Lazada hanya ingin bermain tunggal karena memang kepanjangan tangan Ali Baba (mall online tersebesar di China) dan hati-hati Lazada bisa menjadi tempat memasukkan barang impor dan merusak pasar lokal UMKM Indonesia. Gencarnya iklan landing page, seperti ingin menyusupi menggaet pembeli dengan memaksa tanpa kelihatan kompetitor dan Lazada mengambil untung secara pelan lewat pembeli fanatik yang tidak tahu menahu tentang marketplace lain karena memang ke situs jual-beli online hasil dari perangkap landing page.

Referensi:

[1] Pengalaman Pribadi Penulis pada Tema Terkait. www.caesarvery.com

Previous
« Prev Post