Trending Topik

Analisis Perusahaan Rokok Go-Public di Indonesia (2 of 2)

Diposting oleh On Thursday, August 02, 2018

Adopted from : YE Feriyanto ST, MMT

IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN
Data yang dikaji mendalam di makalah ini adalah PT Gudang Garam Tbk (PT GG Tbk) dengan analisa keuangan standar yaitu perbandingan internal dengan peride 5 tahun ke belakang dan perbandingan eksternal dengan perusahaan sejenis yaitu PT HM Sampoerna Tbk (PT HMS Tbk), PT Bentoel International Tbk (PT BI Tbk), PT Gelora Djaja Tbk (PT GJ Tbk) dan PT Phillips Morris Indonesia Tbk (PT PMI Tbk). Setiap laporan keuangan dari masing-masing perusahaan rokok disajikan tabel yang berisi tentang income statement (laporan laba rugi), balance sheet (laporan kas, kewajiban dan ekuitas) serta analisis ratio.
4.1 Laporan Keuangan PT Gudang Garam Tbk (PT GG Tbk)
4.1.1 Laporan Income Statement (Laba-Rugi) PT GG Tbk
Laporan laba-rugi adalah laporan aktifitas operasional PT GG Tbk dalam penjualan rokok dan data dibawah ini adalah laporan keuangan PT GG Tbk dari tahun 2012-2016 yang bersumber dari website perusahaan ini sendiri yaitu http://www.gudanggaramtbk.com/.
4.1. Laporan Laba-Rugi PT Gudang Garam Tbk Tahun 2012-2016
4.1.2 Laporan Balance Sheet PT Gudang Garam Tbk
Balance sheet digunakan untuk memberikan informasi kepada pihak yang berkepentingan mengenai aliran kas, hutang dan modal yang digunakan untuk menjalankan perusahaan. Melalui neraca ini keputusan investasi pendanaan dilakukan untuk mengembangkan perusahaan. Data terpenting dari neraca ini adalah aset lancar, aset tidak lancar, liabilitas jangka pendek, liabilitas jangka panjang dan ekuitas. Berikut neraca-nya :
Tabel 4.2. Balance Sheet PT Gudang Garam Tbk Tahun 2012-2016
4.1.3 Laporan Analisis Ratio PT Gudang Garam Tbk
Analisis ratio adalah informasi tentang kondisi keuangan PT GG Tbk yang dibandingkan dengan masing-masing parameter keuangan sehingga bisa digunakan untuk memprediksi langkah yang tepat dalam memajukan bisnis perusahaan.
Tabel 4.3. Analisis Ratio PT Gudang Garam Tbk
4.1.4 Analisa Laporan Keuangan PT Gudang Garam Tbk (Internal) Berdasarkan Perbedaan Waktu
Analisa laporan ini untuk mengetahui perkembangan usaha PT GG Tbk dari tahun ke tahun sehingga bisa digunakan untuk mengevaluasi kinerja internal perusahaan dan mempersiapkan strategi untuk tetap bisa meningkatkan laba perusahaan.
Grafik 4.1 Kenaikan/Penurunan Laba-Rugi Berdasarkan Nominal PT GG Tbk Tahun 2012-2016
Tabel 4.5 Prosentase Kenaikan/Penurunan Laba-Rugi PT GG Tbk dari Tahun 2012-2016
Grafik 4.2 Kenaikan/Penurunan Laba-Rugi Berdasarkan Prosentase PT GG Tbk Tahun 2012-2016
Analisanya sebagai berikut :
  • Gross Profit dari tahun 2012-2014 mengalami pertumbuhan yang sangat bagus dan mengalami penurunan yang drastis terus-menerus dari tahun 2014-2016 yang mengindikasikan bahwa telah terjadi kenaikan harga pokok penjualan sehingga menurunkan tingkat laba perusahaan
  • Operating Profit dan EBT memiliki kecenderungan prosentase yang sama dari tahun 2012-2016, dimana terjadi kenaikan yang signifikan dari tahun 2012-2014 dan terus mengalami penurunan dari tahun 2014-2016 yang ini bisa disebabkan karena pertanggungan biaya operasional dan bunga cukup tinggi
  • Net Sales mengalami pertumbuhan yang sangat bagus di tahun 2013-2014 dan pertumbuhan terendah di tahun 2015-2016, ini kemungkinan disebabkan oleh kebijakan pemerintah untuk kenaikan cukai rokok serta kenaikan PPN pada tahun tersebut

Grafik 4.3 Laporan Balance Sheet PT GG Tbk Tahun 2012-2016
Analisanya sebagai berikut :
  • Total Current Asset PT GG Tbk dari tahun ke tahun semakin meningkat yang menandakan bahwa aliran kas dari perputaran usaha cukup dibilang likuid walaupun di tahun 2016 mengalami penurunan yang mungkin disebabkan oleh kebijakan pemerintah tentang kenaikan cukai hasil tembakau dan PPN
  • Total Short-term Liabilities mengalami penurunan yang terus-menerus dari tahun 2014 sampai 2016 yang bisa dikatakan bahwa perusahaan semakin bagus dalam pengelolaan hutang sehingga bisa menaikkan nilai ekuitas perusahaan untuk keperluan perputaran usaha

Grafik 4.4 Laporan Liquidity Ratio PT GG Tbk Tahun 2012-2016
Analisanya sebagai berikut :
  • Current Ratio mengalami kenaikan dan penurunan yang fluktuatif yang bisa dikatakan bahwa di tahun 2014 dan 2015 perusahaan kurang cukup baik dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aset lancarnya namun di tahun 2016 sudah semakin membaik
  • Acid Test Ratio yang menggambarkan pendanaan hutang jangka pendek oleh aset lancar tanpa inventory dari tahun ke tahun terjadi trending yang hampir sama dan untuk menilai apakah perusahaan sehat atau tidak maka diperlukan perbandingan dengan perusahaan sejenis
  • Average Collection Period yang mengggambarkan waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengumpulkan tagihan dari konsumen rata-rata dari tahun ke tahun cukup stabil

Grafik 4.5 Laporan Liquidity Ratio PT GG Tbk Tahun 2012-2016
Analisanya sebagai berikut :
  • Operating Efficiency PT GG Tbk terbilang cukup bagus dengan terjadinya kestabilan nilai ratio dari OIROI, operating profit margin, total asset turnover, inventory turnover dan fixed asset turnover.
  • Nilai piutang dari konsumen untuk dijadikan kas sesuai data account receivale turnover untuk tahun 2013 turun drastis namun di tahun 2014-2015 mengalami kenaikan yang terus-menerus dan di tahun 2016 sedikit mengalami penurunan. Secara umum dari 5 tahun kebelakang PT GG Tbk cukup baik dalam pengelolaan piutang menjadi kas

Grafik 4.6 Laporan Leverage Ratio PT GG Tbk Tahun 2012-2016
Analisanya sebagai berikut :
  • PT GG Tbk dari tahun 2013-2015 terus mengalami penurunan dalam kemampuan mambayar beban bunga tetap menggunakan laba operasi namun tahun 2016 sudah cukup bagus yang menandakan tingkat laba perusahaan naik signifikan
  • Total hutang dibandigkan total asetnya dari tahun ke tahun stabil, sehingga manajemen perlu membuat strategi untuk mengurangi tingkat hutang supaya terjadi penurunan debt ratio
  • ROE dari tahun ke tahun juga stabil, yang menandakan bahwa perputaran modal untuk menjadi laba bersih dari tahun ke tahun tidak ada perubahan sehingga kinerja manajemen bisa dibilang kurang terlihat effort-nya

4.1.5 Laporan Keuangan Perusahan Sejenis Go-Public di Indonesia
Laporan keuangan perusahaan sejenis digunakan untuk mengetahui perbandingan ekonomi PT GG Tbk dengan kompetitor dan bisa digunakan untuk menyiapkan strategi perusahaan baik marketing, operasional dan finance agar tetap mampu bersaing di pasaran. Perusahaan sejenis (rokok) go-public di Indonesia yang digunakan adalah PT HM Sampoerna Tbk (PT HMS Tbk), PT Bentoel International Tbk (PT BI Tbk), PT Gelora Djaja Tbk (PT GJ Tbk) dan PT Phillips Morris Indonesia Tbk (PT PMI Tbk). Laporan keuangan setiap perusahaan pembanding tersebut tersaji di Bab Lampiran dan data terpenting untuk dibandingkan dengan PT GG Tbk adalah analisis ratio seperti tersaji dalam tabel dibawah ini :
Tabel 4.6. Analisis Ratio Perusahaan Rokok Go-Public di Indonesia
Warna MERAH adalah data keuangan yang nilainya tidak terdapat di laporan keuangan dan jika ada nilainya maka sangat jauh dengan perusahaan rokok pada umumnya, sehingga dibuang sebagai data “outlier”. Sehingga rata-rata yang didapatkan tidak jauh menyimpang dari pendekatan pada umumnya.

4.1.6 Analisa Laporan Keuangan PT Gudang Garam Tbk (Eksternal) dengan Perbandingan Perusahaan Sejenis
Berikut analisis ratio keuangan PT GG Tbk :
  • Current Ratio (standar rata-rata : 2.52), PT GG Tbk bernilai 1.84 (pencapaian 73%) sehingga bisa dikatakan perusahaan cukup sehat untuk mendanai kewajiban jangka pendek dengan aset lancarnya. Nilai PT GG Tbk lebih tinggi dari PT BI Tbk (1.6) namun jauh jika dibandingkan dengan PT GJ Tbk (2.6) dan PT HMS Tbk (3.4)
  • Acid Test Ratio (standar rata-rata : 0.74), PT GG Tbk bernilai 0.20 (pencapaian 27%) sehingga bisa dikatakan bahwa sumber terbesar dana kas berasal dari inventory dan kategori perusahaan yang terbilang belum cukup mampu membayar hutang jangka pendek dengan aset paling lancarnya dibandingkan dengan PT BI Tbk (0.4), PT GJ Tbk (0.74) dan PT HMS (1.2)
  • Average Collection Period (standar rata-rata : 14.2 hari), PT GG Tbk bernilai 10.3 hari sehingga bisa dikatakan waktu rata-rata yang dibutuhkan perusahaan untuk mengumpulkan tagihan dari konsumen per tahun sangat bagus dibandingkan PT BI Tbk (9377 hari) dan PT GJ Tbk (21 hari) namun masih kalah dengan PT HMS Tbk (8 hari)
  • Operating Income Return on Investment (standar rata-rata 14.5%), PT GG bernilai 14.89% (pencapaian 103%) sehingga bisa disimpulkan laba operasi sudah bagus untuk setiap aset yang digunakan untuk kegiatan operasional. Nilai ini sudah diatas dari PT BI Tbk (0.01%), PT PMI Tbk (0.03%) dan PT GJ Tbk (12.3%) namun masih di bawah PT HMS Tbk (45.49%)
  • Operating Profit Margin (standar rata-rata 12.2%), PT GG Tbk bernilai 13.03% (pencapaian 107%) sehingga bisa disimpulkan bahwa laba operasi dengan penjulalan yang sudah berjalan sudah diatas rata-rata perusahaan sejenis. Nilai ini sudah diatas dari PT BI Tbk (5.6%), PT GJ Tbk (10.1%) namun masih dibawah dari PT PMI Tbk (15.1%) dan PT HMS Tbk (17.8%)
  • Total Asset Turnover (standar rata-rata 1.4), PT GG Tbk bernilai 1.20 (pencapaian 86%) sehingga bisa disimpulkan bahwa kecepatan perputaran aset digunakan untuk menghasilkan pendapatan sudah cukup tinggi dengan perbandingan perusahaan sejenis. Nilai ini sama dengan PT GJ Tbk (1.2) namun diatas PT BI Tbk (0.5) serta dibawah PT HMS Tbk (2.5)
  • Account Receivable Turnover (standar rata-rata 30.28), PT GG Tbk bernilai 36.92 (pencapaian 122%) yang bisa dikatakan bahwa perputaran piutang usaha dari konsumen cepat masuk menjadi kas dan perusahaan boleh dibilang cukup likuid. Nilai ini sudah diatas PT BI Tbk (18) dan PT GJ Tbk (20) namun masih dibawah PT HMS Tbk (52)
  • Inventory Turnover (standar rata-rata 1.96 kali), PT GG Tbk bernilai 1.51 kali (pencapaian 77%) yang artinya nilai perputaran inventory tiap tahun masih dibawah standar rata-rata perusahaan sejenis, dimana hanya unggul dari PT BIl Tbk (0.92 kali) dan masih dibawah dari PT GJ Tbk (1.58 kali) apalagi PT HMS Tbk (3.4 kali)
  • Fixed Asset Turnover (standar rata-rata 6.7 kali), PT GG Tbk bernilai 3.6 kali (pencapaian 54%) yang artinya PT GG Tbk melakukan pengunaan aset tetap untuk memproduksi barang yang menghasilkan income dibilang cukup rendah, namun nilainya masih diatas PT BI Tbk (1.6 kali) namun dibawah PT GJ Tbk (5.75 kali) apalagi PT HM Sampoerna Tbk (12.87 kali)
  • ROE (standar rata-rata 36.3%), PT GG Tbk bernilai 16.08% (pencapaian 44.3%) yang artinya bahwa kemampuan PT GG Tbk dalam menggunakan modal untuk menghasilkan laba bersih masih cukup rendah, namun masih diatas PT BI Tbk (-27.1%) dan PT GJ Tbk (13.3%) serta dibawah PT HMS Tbk (59.3%)
  • Debt Ratio (standar rata-rata 67.32%), PT GG Tbk bernilai 39.64% yang artinya aktiva perusahaan PT GG yang didanai oleh hutang dibilang rendah dan dibawah standar rata-rata perusahaan sejenis sehingga mengindikasikan bahwa perusahaan dalam kategori sehat untuk investor. Nilai ini diatas PT PMI Tbk (110%) dan PT BI Tbk (87.1%) namun dibawah PT HMS Tbk (37.1%) dan PT GJ Tbk (35%)
  • Times Interest Earned Ratio (standar rata-rata 58 kali), PT GG Tbk bernilai 4.9 kali (8.4%) yang artinya jaminan keuangan PT GG Tbk untuk mendanai bunga hutang jangka panjang terbilang rendah dari standar rata-rata dan nilai jauh dari PT PMI Tbk (11.9 kali), PT GJ Tbk (14.4 kali) dan PT HMS Tbk (147.7 kali)

KESIMPULAN
Dari analisa laporan keuangan PT Gudang Garam Tbk (PT GG Tbk) dapat disimpulkan bahwa :
  • Laba bersih PT GG Tbk dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dari segi nominal namun jika dilihat dari segi prosentase kenaikan per-tahun maka pada periode 2 tahun terakhir mengalami penurunan yang cukup fantastis karena pengaruh kebijakan kenaikan cukai hasil tembakau dan PPN. Secara umum profitability PT GG Tbk sudah cukup bagus
  • Rasio Likuiditas PT GG Tbk cukup bagus dibandingkan perusahaan sejenis
  • Rasio Efisiensi Operasi PT GG Tbk cukup bagus dibandingkan perusahaan sejenis
  • Rasio Solvabilitas PT GG Tbk masih dalam kategori rendah dibandingkan perusahaan sejenis

DAFTAR PUSTAKA
[1] Berk, J. DeMarzo, P., dan Harford, J. (2015). Fundamentals of Corporate Finance, 3th Edition. Pearson Global Edition, USA.
[2] Gunarta, I Ketut. (2018). Analisis Laporan Keuangan, Slide Presentasi Mata Kuliah MMT-ITS, Surabaya
[3] https://www.bentoelgroup.com/ diakses tanggal 03 April 2018
[4] https://www.gudanggaramtbk.com/ diakses tanggal 03 April 2018
[5] https://www.pmi.com/ diakses tanggal 03 April 2018
[6] https://www.sampoerna.com/ diakses tanggal 03 April 2018
[7] https://www.wismilak.com/ diakses tanggal 03 April 2018
[8] Lynch, Merrill. (2000). Journal of How to Read a Financial Report.

Analisis Perusahaan Rokok Go-Public di Indonesia (1 of 2)

Diposting oleh On Friday, July 27, 2018


Adopted from : YE Feriyanto ST, MMT (2018)

I. PENDAHULUAN
Laporan keuangan dibuat oleh suatu perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan suatu perusahaan. Laporan ini penting sebagai informasi kepada pihak yang berkepentingan seperti investor (pemberi modal), kreditur (bank sebagai pinjaman uang) dan pemerintah (penentuan pajak).
Dalam makalah ini, diambil laporan keuangan perusahaan rokok di Indonesia karena memang menarik sekali untuk dibahas karena dalam laporan di media www.cnnindonesia.com per 28 April 2017 dalam 10 terbesar perusahaan emiten di Indonesia terdapat 2 diantaranya adalah perusahaan rokok yaitu PT HM Sampoerna Tbk sebagai peringkat ke-1 dan PT Gudang Garam Tbk sebagai peringkat ke-8.
Gambar 1.1 Peringkat 10 Terbesar Emiten di Indonesia, (www.cnnindonesia.com, 28 April 2017)
Perusahaan rokok menjadi topik yang menarik untuk dibahas apalagi tingkat pertumbuhan dan labanya mengalahkan perusahaan-perusahaan go-publik lainnya. Kuartal 1 tahun 2017 pemerintah mengeluarkan kebijakan baru yaitu kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 8,7% menjadi 9,1 % dan kenaikan cukai hasil tembakau menjadi 10,54% sehingga memaksa harga jual eceran rokok naik sebesar 12,26%. Dengan kebijakan ini, ternyata perusahaan rokok tetap tidak tergoncang dan malah menunjukkan tingkat pendapatannya yang semakin meningkat. Data tersebut bisa untuk menyimpulkan bahwa konsumsi rokok masyarakat Indonesia cenderung tinggi dan tidak berkurang walaupun harga mengalami kenaikan yang signifikan.
Perusahaan rokok go-public yang dikaji mendalam di makalah ini adalah PT Gudang Garam Tbk dengan pembanding data untuk menghasilkan rata-rata kenormalan menurut analisis ratio keuangan menggunakan PT HM Sampoerna Tbk, PT Gelora Djaja (Wismilak) Tbk, PT Bentoel International dan PT Phillips Morris Indonesia (PMI) Tbk.

II. TUJUAN PENELITIAN
  • Mendapatkan informasi lebih mendalam tentang kesehatan PT Gudang Garam Tbk dari sisi keuangan
  • Sebagai media pembelajaran untuk pertimbangan seorang investor yang akan menginvestasikan uangnya di bursa saham

III. KAJIAN PUSTAKA
Menurut jurnal “how to read a financial report” karangan Merryl Lynch standar pembuatan balance sheet (neraca keuangan) adalah sebelah kiri berupa asset (aktiva) sedangkan sebelah kanan adalah liability (hutang) dan equity (modal). Laporan keuangan (financial statement) adalah laporan ekonomi secara periodik yang memberikan informasi performa keuangan yang sudah dijalankan dan menjadi gambaran financial position (Berk et al., 2015). Terdapat beberapa komponen penting untuk menganalisa kesehatan suatu perusahaan dari sisi ekonomi yaitu income statement (neraca laba-rugi), balance sheet (laporan kas) dan analisis ratio. Berikut dijelaskan masing-masing komponen dari neraca tersebut :

3.1 Income Statement (Neraca Laba-Rugi)
Neraca ini menggambarkan laporan laba/rugi suatu perusahaan dalam aktifitas usahanya dan digunakan dalam penentuan keputusan dividen. Berikut standar tabel pelaporannya adalah :
Tabel 1.2 Standar Pelaporan Neraca Laba-Rugi
  • Sales (penjualan) : pendapatan dari hasil transaksi usaha (barang maupun jasa)
  • Cost of Good Sales (harga pokok penjualan/HPP) : biaya pokok yang dikeluarkan untuk keperluan produksi barang
  • Gross profit (laba kotor/bruto) adalah sales (penjualan) - cost of good sales (harga pokok penjualan/HPP)
  • Operating profit (laba usaha/operasi) atau Earning Before Interest and Tax (EBIT) adalah gross profit - (biaya pemasaran + penjualan + beban umum + biaya administrasi + penyusutan)
  • Laba sebelum pajak penghasilan atau Earning Before Tax (EBT) : operating profit - interest
  • Net income (laba netto) atau Earning After Tax (EAT) : EBT - pajak penghasilan

Dari laba net income/EAT tersebut dibuatkan prosentase untuk pembagian laba apakah ditahan atau dibagi ke pemegang saham sesuai rapat umum pemegang saham (RUPS).

3.2 Balance Sheet
Neraca ini menggambarkan aliran pemasukan dan pengeluaran suatu perusahaan untuk keputusan investing (investasi) di sisi asset dan keputusan financing (pendanaan) di sisi liability + equity. Standar urutannya adalah aliran kas paling likuid (dana mudah dicairkan) ke yang non-likuid. Standar neraca ini untuk sisi kiri adalah “asset” dan sisi kanan “liability + equity” dengan rumusnya adalah total asset = total liability + total asset. Berikut standar tabel pelaporannya :
Tabel 1.3 Standar Pelaporan Balance Sheet
Berikut penjelasan dari masing-masing komponen di balance sheet :
3.3 Asset, adalah sumber ekonomi yang diharapkan memberikan manfaat usaha. Asset dibagi menjadi 2 yaitu :
3.3.1 Current asset (aset lancar)  : aset yang dapat digunakan dalam waktu dekat (<1 tahun), seperti berikut :
  • Cash (uang kas) : uang yang bisa dicairkan dalam tempo yang cepat (umumnya <90 hari)
  • Account Receivable (piutang usaha) : uang yang diterima dari hasil pembayaran hutang oleh konsumen (kreditur)
  • Advanced Payment (uang muka) : uang tanda pembayaran awal oleh konsumen
  • Inventory (persediaan) : aset berwujud yang menjadi sumber pemasukan namun masih digudang (bahan baku, barang setengah jadi maupun produk jadi)
  • Prepaid Expenses (beban dibayar di muka) : manfaat yang diperoleh dibelakang dengan pengeluaran lebih dahulu misalkan asuransi, pajak dibayar di muka dll
  • Marketable Securities : surat berharga yang bisa diperdagangkan seperti deposito, saham, obligasi dan sertifikat bank.

3.3.2 Fixed Asset (aset tidak lancar) : aset yang bisa digunakan >1 tahun (jangka panjang), seperti berikut :
  • Building (properti bangunan), factory (pabrik), machine (alat produksi, mesin) dan office accesories (perlengkapan kantor)
  • Goodwill : kelebihan laba perusahaan di masa yang akan datang (tidak berwujud) karena pembelian sekarang melebihi harga pasar namun dari segi ekonomi mendapatkan prospektif laba ke depannya
  • Intangible (aset tidak berwujud) : aset yang tidak berwujud benda, seperti : patent, copyright dan trademark

3.3.3 Liability, adalah kewajiban/hutang yang harus dilunasi atau pelayanan yang harus dilakukan ke konsumen. Ada 2 macam liability yaitu :
3.3.3.1 Short-Term/Current Liability (kewajiban jangka pendek) : kewajiban yang harus dibayar dalam jangka waktu < 1 tahun, seperti berikut :
  • Short-Term Loan atau Notes Payable : pinjaman bank jangka pendek
  • Account Payable (hutang usaha) : sejumlah uang yang dibayarkan ke supplier (kredit) untuk produk/jasa yang diberikan
  • Tax Payable (hutang pajak penghasilan)

3.3.3.2 Long-Term/Non-Current Liability (kewajiban jangka panjang) : kewajiban yang harus dibayar dalam jangka waktu > 1 tahun, seperti berikut :
  • Deferred Tax Liability (pajak tangguhan)
  • Long-Term Notes (imbalan kerja jangka panjang)
  • Mortgages (hutang dalam jaminan)
  • Equity/Capital (modal), adalah modal yang dimiliki oleh perusahaan, seperti berikut :

3.3.4 Modal sendiri
3.3.5 Modal dari investor (penjualan saham)
3.3.6 Retained Earning (laba ditahan)

3.4 Analisis Ratio
Analisis ratio adalah analisis laporan keuangan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang keadaan (kemampuan) keuangan perusahaan pada suatu periode dengan cara menghubungkan antara parameter keuangan satu dengan yang lain. Pada dasarnya analisis ratio bisa dikelompokkan menjadi :
3.4.1 Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan melihat aset lancar perusahaan terhadap hutang lancarnya. Perusahaan dikatakan likuid jika asset lancar > hutang lancar.
  • Current Ratio (rasio lancar), adalah ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aset lancar yang dimiliki
  • Acid Test Ratio/Quick Ratio (rasio cepat), adalah ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengam menggunakan aset lancar yang dimilikinya tanpa memanfaatkan inventory (persediaan). Di antara komponen aset lancar, persediaan biasanya dianggap sebagai aset yang paling tidak likuid. Hal ini berkaitan dengan semakin panjangnya tahap yang dilalui untuk sampai menjadi kas dan juga terjadi ketidakpastian nilai persediaan. Dengan alasan di atas, persediaan dikeluarkan dari aset lancar untuk perhitungan rasio cepat
  • Average Collection Period (waktu rata-rata pengumpulan), adalah waktu rata-rata yang dibutuhkan perusahaan untuk mengumpulkan hutang konsumen dalam periode waktu tertentu

3.4.2 Rasio Solvabilitas/Leverage
Rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan dikatakan solvable jika total asset > total hutang.
  • Debt Ratio, adalah ukuran perbandingan antara jumlah hutang dengn jumlah aset yang tersedia, sehingga bisa untuk menentukan kemampuan keuangan perusahaan untuk melunasi hutang-hutangnya
  • Time Interest Earned Ratio, adalah ukuran untuk menghitung besar laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) yang tersedia untuk menutup beban bunga tetap
  • Return on Equity (ROE), adalah ukuran untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.

3.4.3 Rasio Aktifitas/Operating Efficiency
Rasio ini untuk menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif.
  • Operating Income Return on Investment (OIROI), adalah ukuran suatu perusahaan dengan menggunakan total aset untuk menghasilkan laba operasi
  • Operating Profit Margin, adalah ukuran perusahaan menghasilkan laba operasi dengan penjualan yang sudah dicapai
  • Total Asset Turnover, adalah ukuran untuk mengetahui keefektifan perusahaan dalam menggunakan perputaran total aset-nya untuk menghasilkan pendapatan
  • Account Receivable Turnover, adalah ukuran kecepatan perputaran piutang usaha untuk dijadikan kas
  • Inventory Turnover, adalah ukuran kecepatan perputaran persediaan untuk dijual sehingga mengurangi biaya yang terlalu banyak
  • Fixed Asset Turnover, adalah ukuran kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva tetapnya.

Menurut Berk et al. (2015) analisa laporan keuangan bisa dilakukan dengan 2 cara yaitu :
  • Membandingkan laporan keuangan dengan perbedaan waktu

Laporan keuangan ini digunakan untuk menilai perusahaan secara internal dengan melakukan trending tahun ke tahun. Hasil dari analisa digunakan untuk melakukan strategi perbaikan dari dalam sehingga terjadi penambahan value
  • Membandingkan laporan keuangan dengan perusahaan sejenis berdasarkan rasio keuangan

Laporan keuangan ini digunakan untuk membandingkan ekonomi perusahaan dengan perusahaan sejenis, sehingga bisa menjadi tolok ukur tingkat keberhasilan rata-rata perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Berk, J. DeMarzo, P., dan Harford, J. (2015). Fundamentals of Corporate Finance, 3th Edition. Pearson Global Edition, USA.
[2] Gunarta, I Ketut. (2018). Analisis Laporan Keuangan, Slide Presentasi Mata Kuliah MMT-ITS, Surabaya
[3] https://www.bentoelgroup.com/ diakses tanggal 03 April 2018
[4] https://www.gudanggaramtbk.com/ diakses tanggal 03 April 2018
[5] https://www.pmi.com/ diakses tanggal 03 April 2018
[6] https://www.sampoerna.com/ diakses tanggal 03 April 2018
[7] https://www.wismilak.com/ diakses tanggal 03 April 2018
[8] Lynch, Merrill. (2000). Journal of How to Read a Financial Report.

Analisa Kinerja Keuangan PT Ad*ro Energy Tbk Dibanding Perusahaan Sejenis (2 of 2)

Diposting oleh On Saturday, July 07, 2018


  • Rasio Likuiditas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban  finansialnya yang harus segera  dipenuhi atau kewajiban jangka pendek. Secara umum, tingkat likuiditas semakin tinggi semakin baik dan menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi  kewajiban-kewajian finansialnya. Analisa Rasio Likuiditas PT. Adaro Energy Tbk (ADARO) meliputi:
Sumber Gambar : www.akurat.co
1. Current Ratio
Current   Ratio   mengukur   kemampuan   perusahaan   memenuhi kewajiban  jangka  pendek dengan  aset  lancar. Hasil pengukuran Current Ratio untuk ADARO dan industri sejenis ditabulasikan sebagai berikut :

Current Ratio
2016
2015
2014
2013
2012
Adaro
2.47
2.40
1.64
1.77
1.57
Atlas
0.18
0.20
0.33
0.26
0.39
Bayan
2.55
1.89
0.62
1.10
1.16
Bukit Asam
1.66
1.54
2.08
2.87
4.92
Bumi
0.69
0.10
0.35
0.41
0.88
Darma Henwa
1.11
1.25
1.40
1.28
1.41
Delta Dunia
1.36
3.00
2.38
1.41
1.87
Average
1.43
1.48
1.26
1.30
1.74

Secara umum, Current Ratio ADARO lebih tinggi daripada industri sejenis. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan ini mampu membayar semua kewajiban-kewajiban jangka pendek. Namun analisa current ratio perlu diverifikasi dengan analisa days sales outsanding dan inventory turnover,  untuk  melihat sejauh mana  aset  lancar  berupa  piutang dan inventori dapat segera dicairkan.
  • Acid Test Ratio
Acid test ratio dikenal juga sebagai quick ratio merupakan rasio likuiditas yang lebih mempertajam hasil current ratio dengan pendekatan yang lebih konservatif. Acid test ratio mengukur hanya aset yang benar- benar lancar dengan menghilangkan inventori dan aset lancar lain.
Secara  umum,  ADARO  memiliki  Acid  Test  Ratio  lebih  baik daripada industri sejenis. Nilai tahunan menunjukkan pengolahan likuiditas yang lebih baik daripada industri sejenis, dan mengalami trend kenaikan. Sehingga ADARO tidak akan mengalami kesulitan dalam menutup kewajiban-kewajiban lancar-nya, serta trend kenaikan menunjukkan kenaikan pendapatan (revenue growth) lebih baik daripada industri sejenis.
  • Cash Conversion Cycle
Cash Conversion Cycle mengukur jumlah hari yang diperlukan oleh suatu perusahan dalam pengolahan operasional dan keuntungan yang didapatkan dari pembayaran oleh kreditor.
Grafik menunjukkan Cash Conversion Cycle ADARO lebih rendah daripada industri sejenis. Hal ini mengindikasikan efisiensi ADARO dalam merubah inventori menjadi penjualan dan penjualan menjadi  kas relatif lebih baik daripada industri sejenis.  Cash  Conversion  Cycle  yang  lebih pendek berarti likuiditas lebih baik, peluang untuk mendapatkan diskon dari pembelian material baku dan naiknya kapasitas pendanaan ekspansi bisnis.
  • Average Collection Periods
Average Collection Periods mengukur seberapa cepat perusahaan mendapatkan pembayaran piutang-piutang  perusahaan. Pembayaran piutang-piutang oleh pihak rekanan relatif lebih lancar daripada industri sejenis. Dengan kata lain, tata kelola piutang ADARO lebih baik daripada industri sejenis.
  • Free Cash Flow/Sales
Rasio Cash Flow mengukur kas yang dihasilkan oleh pengelolaan perusahaan. Rasio ini dapat memberikan pemahaman mengenai kesehatan finansial dan kinerja  dari  suatu  perusahaan.  Free Cash Flow/Sales mengukur cash flow perusahaan terhadap penjualan (atau pendapatan), sehingga memberikan pemahaman mengenai kemampuan perusahaan mengubah penjualan menjadi kas. Free Cash Flow/Sales ADARO menunjukkan nilai yang positif, sedangkan rata-rata industri sejenis menunjukkan trend negatif. Hal ini mengindikasikan  tingkat kas yang dihasilkan dari penjualan relatif lebih baik daripada industri sejenis.
  • Rasio Profitabilitas
Profitabilitas suatu perusahaan menjadi penting dikarenakan meskipun tujuan suatu perusahaan adalah meningkatkan nilai, tapi pengukuran nilai yang terpenting adalah profit (keuntungan). Secara akuntansi, profit adalah pendapatan dikurangi pengeluaran. Sehingga rasio profitabilitas adalah rasio pendapatan suatu perusahaan dibandingkan dengan pengeluaran perusahaan. Rasio profitabilitas diantaranya adalah :
  • Gross Margin
Gross Margin mengukur tingkat keuntungan kotor dengan tingkapenjualan. 
  • Operating Margin
Operating Margin mengukur tingkat  keuntungan kotor dengan tingkat penjualan. Rumus Operating Margin adalah sebagai berikut:
Grafik  untuk  Operating  Margin  ADARO  dan  industri  sejenis ditunjukkan sebagai berikut:
Operating  Margin  ADARO  jauh  lebih  baik  daripada  rata-rata industri sejenis yang secara umum berada di nilai minus. Hal ini menunjukkan  beban  penjualan,  umum  dan  administrasi  ADARO  lebih rendah daripada industri sejenis. Dengan kata lain, pengelolaan biaya-biaya non produksi ADARO lebih baik daripada rata-rata industri sejenis.
  • Net Margin
Net Margin mengukur tingkat pendapatan bersih suatu perusahaan dibandingkan dengan nilai penjualan. Net Margin ADARO di tahun 2016 relatif dibawah rata-rata industri sejenis, tetapi  kecenderungan  tahunan  menunjukkan nilai yang stabil dengan trend kenaikan. Perlu diketahui, pada tahun 2014 dan 2015 harga batubara dunia sempat mengalami penurunan drastis yang berimbas pada margin perusahaan. Namun tata kelola ADARO relatif stabil sehingga fluktuasi grafik tidak terlalu signifikan.
  • EBITDA Margin
Hampir sama dengan Operating Margin, EBITDA Margin ADARO relatif lebih baik daripada industri sejenisyang secara umum berada di nilai minus.
  • Effective Tax Rate
Effective  Tax Rate mengukur  seberapa banyak pajak  yang harus dibayar dibandingkan dengan penghasilan sebelum pajak mengikuti kaidah hukum perpajakan. Rumus Effective Tax Rate adalah sebagai berikut:
Effective Tax Rate ADARO lebih tinggi daripada industri sejenis, hal ini menunjukkan kewajiban pajak yan dibayar tahunan dari pendapatan adalah lebih tinggi daripada industri sejenis. Kestabilan Effective Tax Rate menunjukkan beban pajak tangguhan ADARO relatif stabil, dengan tunggakan pajak yang minim.
  • Return on Assets (ROA)
ROA mengukur tingkat  pendapatan  bersih dibandingkan  dengan rata-rata total aset  yang dimiliki perusahaan.  Semakin tinggi nilai ROA menunjukkan tingkat efisiensi yang semakin baik. Nilai ROA tahunan ADARO lebih tinggi daripada rata-rata industri sejenis. Hal ini menunjukkan pengelolaan aset ADARO lebih efisien dan menghasilkan net income lebih tinggi daripada industri sejenis.
  • Return on Equity (ROE)
ROE merupakan rasio perbandingan antara net income dengan ekuitas perusahaan. Semakin tinggi nilaiROE suatu perusahaan menunjukkan tingginya  tingkat  pengembalian modal yang ditanam oleh pemegang sahampada suatu perusahaan. Nilai ROE ADARO selalu berada di atas rata-rata industri sejenis. Meskipun nilainya tidak setinggi di tahun 2012 karena perkembangan harga batubara dunia, namun tidak pernah lebih rendah daripada industri sejenis. Hal ini menunjukkan  tingginya  tingkat  pengembalian  ekuitas  penanam modal ADARO dibandingkan dengan industri sejenis.
  • Return on Invested Capital (ROIC)
ROIC merupakan pengukuran efisiensi perusahaan dalam mengalokasikan  kapital untuk suatu  investasi.  ROIC memberikan  suatu pemahaman mengenai bagaimana suatu investasi menghasilkan tingkat pengembalianbagi  suatu  perusahaan. Nilai ROIC ADARO selalu berada di atas rata-rata industri sejenis. Meskipun nilainya tidak setinggi di tahun 2012 karena perkembangan harga batubara dunia, namun tidak pernah lebih rendah daripada industri sejenis. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat pengembalian investasi yang dilakukan ADARO dibandingkan dengan industri sejenis.
  • Capex as a % of sales
Capex to Sales Ratio mengukur level investasi yang dilakukan suatu perusahaan dan tingkat nilai penjualan yang dihasilkan dalam suatu periode. Nilai ROIC ADARO selalu berada di atas rata-rata industri sejenis. Meskipun nilainya tidak setinggi di tahun 2012 karena perkembangan harga batubara dunia, namun tidak pernah lebih rendah daripada industri sejenis. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat pengembalian investasi yang dilakukan ADARO dibandingkan dengan industri sejenis.
  • Capex as a % of sales
Capex to Sales Ratio mengukur level investasi yang dilakukan suatu perusahaan dan tingkat nilai penjualan yang dihasilkan dalam suatu periode. 
  • Rasio Aktivitas
Rasio  Aktivitas  mengukur  kinerja  operasi  dari  suatu  perusahaan.   Rasio Aktivitas yang ditinjau dalam penelitian ini adalah:
  • Fixed Assets Turnover
Rasio Fixed Assets Turnover mengukur tingkat produktivitas aset tetap suatu perusahaan dalam menghasilkan  pendapatan.  Semakin tinggi tingkat turnover, semakin baik pengelolaan aset tetap perusahaan tersebut dalam  menghasilkan  pendapatan. Fixed Assets Turnover ADARO lebih rendah daripada rata-rata industri sejenis. Hal ini mengindikasikan aset tetap ADARO menghasilkan penjualan yang lebih rendah dibandingkan industri sejenis. Rasio ini bisa juga diartikan tingkat belanja aset tetap ADARO yang lebih tinggi daripada industri sejenis.
  • Total Assets Turnover
Total Asset  Turnover  Ratio merupakan  indikator  efisiensi perusahaan dengan jalan mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan dengan membandingkan terhadap Total Assets
Total Asset Turnover ADARO lebih rendah daripada rata-rata industri sejenis. Hampir sama dengan Fixed Assets Turnover, rasio ini mengindikasikan  aset total ADARO  menghasilkan  penjualan  yang lebih rendah dibandingkan industri sejenis. Rasio ini bisa juga diartikan tingkat belanja aset total ADARO yang lebih tinggi daripada industri sejenis.
  • Accounts Receivable Turnover
Accounts Receivables Turnover mengukur tingkat keefektifan suatu perusahaan dalam mengelola aset berupa piutang. Pada dasarnya, rasio ini mengindikasikan tingkat pengembalian kredit oleh konsumen. Suatu perusahaan dengan nilai Accounts Receivables Turnover yang tinggi menunjukkan  tingginya  nilai  piutang  perusahaan.  Hal  ini  akan mempengaruhi tingkat arus kas perusahaan. Accounts Receivables Turnover. Nilai Accounts Receivables Turnover ADARO tahunan lebih rendah daripada  industri  sejenis,  meskipun  di tahun  2016  relatif  lebih  tinggi daripada industri sejenis. Hal ini mengindikasikan tingkat pembayaran piutang dari konsumen yang relatif lebih lancar daripada industri sejenis.
  • Inventory Turnover
Inventory Turnover mengukur tingkat efisiensi suatu perusahaan dalam merubah inventori menjadi penjualan. Nilai Inventory Turnover ADARO lebih tinggi daripada rata-rata industri  sejenis. Hal ini mengindikasikan  tingkat  pengelolaan  inventori ADARO lebih baik daripada industri sejenis.
  • Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas mengukur kemampuan suatu perusahaan menangani hutanghutangnya.
  • Debt Ratios
Debt Ratios merupakan perbandingan  antara total hutang dengan total aset. Debt Ratios mencerminkan level risiko finansial perusahaan dan pemegang sahamnya. Hutang merupakan suatu bentuk financial leverag. Semakin tinggi tingkatnya,  maka level risiko  finansial  perusahaan  akan semakin tinggi. Namun, di sisi lain, leverage dapat meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Suatu perusahaan akan berusaha mencari titik optimum dari financial leverage. Debt Ratio ADARO lebih rendah daripada industri sejenis, hal ini menunjukkan tingkat leverage ADARO lebih rendah dan tingkat ekuitas ADARO lebih tinggi daripada  industri  sejenis.  Hal  ini  sejalan  dengan analisa ROE yang sudah dilakukan.
  • Debt/Equity
Debt/Equity Ratio adalah analisa leverage lain dengamembandingkan total liabilities terhadap totaekuitas. Rasio ini mengukupersentasi hutang terhadap ekuitas perusahaan Grafik untuk Debt/Equity Ratio ADAROdan industri sejenis ditunjukkan sebagai berikut: Rasio Debt/Equity ADARO lebih rendah daripada perusahaasejenis.  Hal ini menunjukka tingka kecenderungan hutang perusahaalebih rendah daripada industri sejenis. Perusahaan lebih mengandalkaekuitas dalam pendanaan perusahaan.
  • Interest Coverage Ratios
Rasio ini mengukur kemudahan perusahaan dalam membayar beban bunga. Semakin rendah rasio ini, maka perusahaan akan makin terbebani dengan beban bunga. Nilai Interest Coverage Ratio ADARO tahun 2015 dan 2016 lebih tinggi daripada rata-rata industri sejenis. Hal ini mengindikasikan kemampuan ADARO membayar hutang outstanding menggunakan pendapatan. Safety Margin bagi kreditor lebih baik untuk ADARO, dan meningkatkan kepercayaan kreditor dalam memberikan hutang kepada perusahaan.
  • Indikator Kinerja Operasi
Indikator  kinerja operasi mengukur  tingkat efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan. Indikator Kinerja Operasi yang dianalisa dalam penelitian ini adalah :
Days Sales Outstanding (DSO)
DSO merupakan  indikator  tingkat pembayaran piutang dari konsumen perusahaan. Nilai DSO ADARO mulai tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 berada di kisaran  40 hari,  sedangkan  industri  sejenis  berada di rentang ratusan hari. Hal ini menunjukkan pengelolaan piutang ADARO menjadi pembayaran sangat baik jika dibandingkan dengan rata-rata industri sejenis.
  • Days Inventory Outstanding (DIO)
DIO  mengukur   jumlah  hari  yang  dibutuhkan   untuk  merubah inventori menjadi pendapatan. Nilai DIO ADARO tahunan berada di kisaran belasan hari, sedangkan industri sejenis berada di kisaran 35 hari. Hal ini menunjukkan pengelolaan inventory ADARO menjadi pembayaran sangat baik jika dibandingkan dengan rata-rata industri sejenis.
  • Days Payables Outstanding (DPO)
DPO mengukur berapa lama suatu perusahaan membayar tagihan dari kreditor. Nilai DIO ADARO di kisaran 40 hari, sedangkan rata-rata industri sejenis di kisaran 90 hari. Hal ini menunjukkan  kemampuan cash flow ADARO jauh lebih baik daripada industri sejenis. Dengan nilai DPO yang rendah, maka tingkat kepercayaan kreditor akan lebih baik di perusahaan. Berdasarkan analisis yang dilakukan,  dapat diambil kesimpulan  sebagai berikut: Tingkat kesehatan keuangan PT. Adaro Energy Tbk. relatif lebih baik dibandingkan dengan industri sejenis. Hal ini dapaat terlihat dari rasio likuiditas, profitabilitas dan solvabilitas yang lebih baik  daripada industri sejenis selama kurun periode penelitian. Kinerja keuangan PT. Adaro  Energy Tbk relatif lebih baik dibandingkan dengan industri sejenis. Hal ini dapaat terlihat dari rasio aktivitas dan indikator yang lebih baik daripada industri sejenis selama kurun periode penelitian.

Daftar Pustaka
[1] Keown, et al. (2005), Financial Management Principles and Application, 10th Edition
[2] Berk, J. De Marzo, P., dan Harford, J. (2015), Fundamentals of Corporate Finance, 3th
Edition. Pearson Global Edition
[3] Vance, David E., (2003), Financial Analysis & Decision Making, McGraw-Hill
[4] Riyanto, Bambang, 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4 Yogyakarta
[5] Soetjipto, Kery (2000), Analisis Pengaruh Akuntansi Tingkat Harga Umum Terhadap Neraca, Laporan LabaRugi, Laba Ditahan, Dan Rasio Keuangan, JA/FE Untar, Th.IV/01/2000/Edisi Khusus Penelitian.
[6] Munawir. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Jogjakarta
[7] http://www.adaro.com/  diakses tanggal 7 April 2018
[8] http://www.atlas-coal.co.id/  diakses tanggal 7 April 2018
[9] http://www.bayan.com.sg/index.php/en/ diakses tanggal 7 April 2018
[10] http://www.ptba.co.id/en  diakses tanggal 7 April 2018
[11] http://www.bumiresources.com diakses tanggal 7 April 2018
[12] http://www.ptdh.co.id/ diakses tanggal 7 April 2018
[13] https://www.deltadunia.com/  diakses tanggal 7 April 2018