Trending Topik

Analisa Kinerja Keuangan PT Ad*ro Energy Tbk Dibanding Perusahaan Sejenis (2 of 2)


  • Rasio Likuiditas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban  finansialnya yang harus segera  dipenuhi atau kewajiban jangka pendek. Secara umum, tingkat likuiditas semakin tinggi semakin baik dan menunjukkan kemampuan perusahaan memenuhi  kewajiban-kewajian finansialnya. Analisa Rasio Likuiditas PT. Adaro Energy Tbk (ADARO) meliputi:
Sumber Gambar : www.akurat.co
1. Current Ratio
Current   Ratio   mengukur   kemampuan   perusahaan   memenuhi kewajiban  jangka  pendek dengan  aset  lancar. Hasil pengukuran Current Ratio untuk ADARO dan industri sejenis ditabulasikan sebagai berikut :

Current Ratio
2016
2015
2014
2013
2012
Adaro
2.47
2.40
1.64
1.77
1.57
Atlas
0.18
0.20
0.33
0.26
0.39
Bayan
2.55
1.89
0.62
1.10
1.16
Bukit Asam
1.66
1.54
2.08
2.87
4.92
Bumi
0.69
0.10
0.35
0.41
0.88
Darma Henwa
1.11
1.25
1.40
1.28
1.41
Delta Dunia
1.36
3.00
2.38
1.41
1.87
Average
1.43
1.48
1.26
1.30
1.74

Secara umum, Current Ratio ADARO lebih tinggi daripada industri sejenis. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan ini mampu membayar semua kewajiban-kewajiban jangka pendek. Namun analisa current ratio perlu diverifikasi dengan analisa days sales outsanding dan inventory turnover,  untuk  melihat sejauh mana  aset  lancar  berupa  piutang dan inventori dapat segera dicairkan.
  • Acid Test Ratio
Acid test ratio dikenal juga sebagai quick ratio merupakan rasio likuiditas yang lebih mempertajam hasil current ratio dengan pendekatan yang lebih konservatif. Acid test ratio mengukur hanya aset yang benar- benar lancar dengan menghilangkan inventori dan aset lancar lain.
Secara  umum,  ADARO  memiliki  Acid  Test  Ratio  lebih  baik daripada industri sejenis. Nilai tahunan menunjukkan pengolahan likuiditas yang lebih baik daripada industri sejenis, dan mengalami trend kenaikan. Sehingga ADARO tidak akan mengalami kesulitan dalam menutup kewajiban-kewajiban lancar-nya, serta trend kenaikan menunjukkan kenaikan pendapatan (revenue growth) lebih baik daripada industri sejenis.
  • Cash Conversion Cycle
Cash Conversion Cycle mengukur jumlah hari yang diperlukan oleh suatu perusahan dalam pengolahan operasional dan keuntungan yang didapatkan dari pembayaran oleh kreditor.
Grafik menunjukkan Cash Conversion Cycle ADARO lebih rendah daripada industri sejenis. Hal ini mengindikasikan efisiensi ADARO dalam merubah inventori menjadi penjualan dan penjualan menjadi  kas relatif lebih baik daripada industri sejenis.  Cash  Conversion  Cycle  yang  lebih pendek berarti likuiditas lebih baik, peluang untuk mendapatkan diskon dari pembelian material baku dan naiknya kapasitas pendanaan ekspansi bisnis.
  • Average Collection Periods
Average Collection Periods mengukur seberapa cepat perusahaan mendapatkan pembayaran piutang-piutang  perusahaan. Pembayaran piutang-piutang oleh pihak rekanan relatif lebih lancar daripada industri sejenis. Dengan kata lain, tata kelola piutang ADARO lebih baik daripada industri sejenis.
  • Free Cash Flow/Sales
Rasio Cash Flow mengukur kas yang dihasilkan oleh pengelolaan perusahaan. Rasio ini dapat memberikan pemahaman mengenai kesehatan finansial dan kinerja  dari  suatu  perusahaan.  Free Cash Flow/Sales mengukur cash flow perusahaan terhadap penjualan (atau pendapatan), sehingga memberikan pemahaman mengenai kemampuan perusahaan mengubah penjualan menjadi kas. Free Cash Flow/Sales ADARO menunjukkan nilai yang positif, sedangkan rata-rata industri sejenis menunjukkan trend negatif. Hal ini mengindikasikan  tingkat kas yang dihasilkan dari penjualan relatif lebih baik daripada industri sejenis.
  • Rasio Profitabilitas
Profitabilitas suatu perusahaan menjadi penting dikarenakan meskipun tujuan suatu perusahaan adalah meningkatkan nilai, tapi pengukuran nilai yang terpenting adalah profit (keuntungan). Secara akuntansi, profit adalah pendapatan dikurangi pengeluaran. Sehingga rasio profitabilitas adalah rasio pendapatan suatu perusahaan dibandingkan dengan pengeluaran perusahaan. Rasio profitabilitas diantaranya adalah :
  • Gross Margin
Gross Margin mengukur tingkat keuntungan kotor dengan tingkapenjualan. 
  • Operating Margin
Operating Margin mengukur tingkat  keuntungan kotor dengan tingkat penjualan. Rumus Operating Margin adalah sebagai berikut:
Grafik  untuk  Operating  Margin  ADARO  dan  industri  sejenis ditunjukkan sebagai berikut:
Operating  Margin  ADARO  jauh  lebih  baik  daripada  rata-rata industri sejenis yang secara umum berada di nilai minus. Hal ini menunjukkan  beban  penjualan,  umum  dan  administrasi  ADARO  lebih rendah daripada industri sejenis. Dengan kata lain, pengelolaan biaya-biaya non produksi ADARO lebih baik daripada rata-rata industri sejenis.
  • Net Margin
Net Margin mengukur tingkat pendapatan bersih suatu perusahaan dibandingkan dengan nilai penjualan. Net Margin ADARO di tahun 2016 relatif dibawah rata-rata industri sejenis, tetapi  kecenderungan  tahunan  menunjukkan nilai yang stabil dengan trend kenaikan. Perlu diketahui, pada tahun 2014 dan 2015 harga batubara dunia sempat mengalami penurunan drastis yang berimbas pada margin perusahaan. Namun tata kelola ADARO relatif stabil sehingga fluktuasi grafik tidak terlalu signifikan.
  • EBITDA Margin
Hampir sama dengan Operating Margin, EBITDA Margin ADARO relatif lebih baik daripada industri sejenisyang secara umum berada di nilai minus.
  • Effective Tax Rate
Effective  Tax Rate mengukur  seberapa banyak pajak  yang harus dibayar dibandingkan dengan penghasilan sebelum pajak mengikuti kaidah hukum perpajakan. Rumus Effective Tax Rate adalah sebagai berikut:
Effective Tax Rate ADARO lebih tinggi daripada industri sejenis, hal ini menunjukkan kewajiban pajak yan dibayar tahunan dari pendapatan adalah lebih tinggi daripada industri sejenis. Kestabilan Effective Tax Rate menunjukkan beban pajak tangguhan ADARO relatif stabil, dengan tunggakan pajak yang minim.
  • Return on Assets (ROA)
ROA mengukur tingkat  pendapatan  bersih dibandingkan  dengan rata-rata total aset  yang dimiliki perusahaan.  Semakin tinggi nilai ROA menunjukkan tingkat efisiensi yang semakin baik. Nilai ROA tahunan ADARO lebih tinggi daripada rata-rata industri sejenis. Hal ini menunjukkan pengelolaan aset ADARO lebih efisien dan menghasilkan net income lebih tinggi daripada industri sejenis.
  • Return on Equity (ROE)
ROE merupakan rasio perbandingan antara net income dengan ekuitas perusahaan. Semakin tinggi nilaiROE suatu perusahaan menunjukkan tingginya  tingkat  pengembalian modal yang ditanam oleh pemegang sahampada suatu perusahaan. Nilai ROE ADARO selalu berada di atas rata-rata industri sejenis. Meskipun nilainya tidak setinggi di tahun 2012 karena perkembangan harga batubara dunia, namun tidak pernah lebih rendah daripada industri sejenis. Hal ini menunjukkan  tingginya  tingkat  pengembalian  ekuitas  penanam modal ADARO dibandingkan dengan industri sejenis.
  • Return on Invested Capital (ROIC)
ROIC merupakan pengukuran efisiensi perusahaan dalam mengalokasikan  kapital untuk suatu  investasi.  ROIC memberikan  suatu pemahaman mengenai bagaimana suatu investasi menghasilkan tingkat pengembalianbagi  suatu  perusahaan. Nilai ROIC ADARO selalu berada di atas rata-rata industri sejenis. Meskipun nilainya tidak setinggi di tahun 2012 karena perkembangan harga batubara dunia, namun tidak pernah lebih rendah daripada industri sejenis. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat pengembalian investasi yang dilakukan ADARO dibandingkan dengan industri sejenis.
  • Capex as a % of sales
Capex to Sales Ratio mengukur level investasi yang dilakukan suatu perusahaan dan tingkat nilai penjualan yang dihasilkan dalam suatu periode. Nilai ROIC ADARO selalu berada di atas rata-rata industri sejenis. Meskipun nilainya tidak setinggi di tahun 2012 karena perkembangan harga batubara dunia, namun tidak pernah lebih rendah daripada industri sejenis. Hal ini menunjukkan tingginya tingkat pengembalian investasi yang dilakukan ADARO dibandingkan dengan industri sejenis.
  • Capex as a % of sales
Capex to Sales Ratio mengukur level investasi yang dilakukan suatu perusahaan dan tingkat nilai penjualan yang dihasilkan dalam suatu periode. 
  • Rasio Aktivitas
Rasio  Aktivitas  mengukur  kinerja  operasi  dari  suatu  perusahaan.   Rasio Aktivitas yang ditinjau dalam penelitian ini adalah:
  • Fixed Assets Turnover
Rasio Fixed Assets Turnover mengukur tingkat produktivitas aset tetap suatu perusahaan dalam menghasilkan  pendapatan.  Semakin tinggi tingkat turnover, semakin baik pengelolaan aset tetap perusahaan tersebut dalam  menghasilkan  pendapatan. Fixed Assets Turnover ADARO lebih rendah daripada rata-rata industri sejenis. Hal ini mengindikasikan aset tetap ADARO menghasilkan penjualan yang lebih rendah dibandingkan industri sejenis. Rasio ini bisa juga diartikan tingkat belanja aset tetap ADARO yang lebih tinggi daripada industri sejenis.
  • Total Assets Turnover
Total Asset  Turnover  Ratio merupakan  indikator  efisiensi perusahaan dengan jalan mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan pendapatan dengan membandingkan terhadap Total Assets
Total Asset Turnover ADARO lebih rendah daripada rata-rata industri sejenis. Hampir sama dengan Fixed Assets Turnover, rasio ini mengindikasikan  aset total ADARO  menghasilkan  penjualan  yang lebih rendah dibandingkan industri sejenis. Rasio ini bisa juga diartikan tingkat belanja aset total ADARO yang lebih tinggi daripada industri sejenis.
  • Accounts Receivable Turnover
Accounts Receivables Turnover mengukur tingkat keefektifan suatu perusahaan dalam mengelola aset berupa piutang. Pada dasarnya, rasio ini mengindikasikan tingkat pengembalian kredit oleh konsumen. Suatu perusahaan dengan nilai Accounts Receivables Turnover yang tinggi menunjukkan  tingginya  nilai  piutang  perusahaan.  Hal  ini  akan mempengaruhi tingkat arus kas perusahaan. Accounts Receivables Turnover. Nilai Accounts Receivables Turnover ADARO tahunan lebih rendah daripada  industri  sejenis,  meskipun  di tahun  2016  relatif  lebih  tinggi daripada industri sejenis. Hal ini mengindikasikan tingkat pembayaran piutang dari konsumen yang relatif lebih lancar daripada industri sejenis.
  • Inventory Turnover
Inventory Turnover mengukur tingkat efisiensi suatu perusahaan dalam merubah inventori menjadi penjualan. Nilai Inventory Turnover ADARO lebih tinggi daripada rata-rata industri  sejenis. Hal ini mengindikasikan  tingkat  pengelolaan  inventori ADARO lebih baik daripada industri sejenis.
  • Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas mengukur kemampuan suatu perusahaan menangani hutanghutangnya.
  • Debt Ratios
Debt Ratios merupakan perbandingan  antara total hutang dengan total aset. Debt Ratios mencerminkan level risiko finansial perusahaan dan pemegang sahamnya. Hutang merupakan suatu bentuk financial leverag. Semakin tinggi tingkatnya,  maka level risiko  finansial  perusahaan  akan semakin tinggi. Namun, di sisi lain, leverage dapat meningkatkan pertumbuhan perusahaan. Suatu perusahaan akan berusaha mencari titik optimum dari financial leverage. Debt Ratio ADARO lebih rendah daripada industri sejenis, hal ini menunjukkan tingkat leverage ADARO lebih rendah dan tingkat ekuitas ADARO lebih tinggi daripada  industri  sejenis.  Hal  ini  sejalan  dengan analisa ROE yang sudah dilakukan.
  • Debt/Equity
Debt/Equity Ratio adalah analisa leverage lain dengamembandingkan total liabilities terhadap totaekuitas. Rasio ini mengukupersentasi hutang terhadap ekuitas perusahaan Grafik untuk Debt/Equity Ratio ADAROdan industri sejenis ditunjukkan sebagai berikut: Rasio Debt/Equity ADARO lebih rendah daripada perusahaasejenis.  Hal ini menunjukka tingka kecenderungan hutang perusahaalebih rendah daripada industri sejenis. Perusahaan lebih mengandalkaekuitas dalam pendanaan perusahaan.
  • Interest Coverage Ratios
Rasio ini mengukur kemudahan perusahaan dalam membayar beban bunga. Semakin rendah rasio ini, maka perusahaan akan makin terbebani dengan beban bunga. Nilai Interest Coverage Ratio ADARO tahun 2015 dan 2016 lebih tinggi daripada rata-rata industri sejenis. Hal ini mengindikasikan kemampuan ADARO membayar hutang outstanding menggunakan pendapatan. Safety Margin bagi kreditor lebih baik untuk ADARO, dan meningkatkan kepercayaan kreditor dalam memberikan hutang kepada perusahaan.
  • Indikator Kinerja Operasi
Indikator  kinerja operasi mengukur  tingkat efisiensi manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan. Indikator Kinerja Operasi yang dianalisa dalam penelitian ini adalah :
Days Sales Outstanding (DSO)
DSO merupakan  indikator  tingkat pembayaran piutang dari konsumen perusahaan. Nilai DSO ADARO mulai tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 berada di kisaran  40 hari,  sedangkan  industri  sejenis  berada di rentang ratusan hari. Hal ini menunjukkan pengelolaan piutang ADARO menjadi pembayaran sangat baik jika dibandingkan dengan rata-rata industri sejenis.
  • Days Inventory Outstanding (DIO)
DIO  mengukur   jumlah  hari  yang  dibutuhkan   untuk  merubah inventori menjadi pendapatan. Nilai DIO ADARO tahunan berada di kisaran belasan hari, sedangkan industri sejenis berada di kisaran 35 hari. Hal ini menunjukkan pengelolaan inventory ADARO menjadi pembayaran sangat baik jika dibandingkan dengan rata-rata industri sejenis.
  • Days Payables Outstanding (DPO)
DPO mengukur berapa lama suatu perusahaan membayar tagihan dari kreditor. Nilai DIO ADARO di kisaran 40 hari, sedangkan rata-rata industri sejenis di kisaran 90 hari. Hal ini menunjukkan  kemampuan cash flow ADARO jauh lebih baik daripada industri sejenis. Dengan nilai DPO yang rendah, maka tingkat kepercayaan kreditor akan lebih baik di perusahaan. Berdasarkan analisis yang dilakukan,  dapat diambil kesimpulan  sebagai berikut: Tingkat kesehatan keuangan PT. Adaro Energy Tbk. relatif lebih baik dibandingkan dengan industri sejenis. Hal ini dapaat terlihat dari rasio likuiditas, profitabilitas dan solvabilitas yang lebih baik  daripada industri sejenis selama kurun periode penelitian. Kinerja keuangan PT. Adaro  Energy Tbk relatif lebih baik dibandingkan dengan industri sejenis. Hal ini dapaat terlihat dari rasio aktivitas dan indikator yang lebih baik daripada industri sejenis selama kurun periode penelitian.

Daftar Pustaka
[1] Keown, et al. (2005), Financial Management Principles and Application, 10th Edition
[2] Berk, J. De Marzo, P., dan Harford, J. (2015), Fundamentals of Corporate Finance, 3th
Edition. Pearson Global Edition
[3] Vance, David E., (2003), Financial Analysis & Decision Making, McGraw-Hill
[4] Riyanto, Bambang, 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan Edisi 4 Yogyakarta
[5] Soetjipto, Kery (2000), Analisis Pengaruh Akuntansi Tingkat Harga Umum Terhadap Neraca, Laporan LabaRugi, Laba Ditahan, Dan Rasio Keuangan, JA/FE Untar, Th.IV/01/2000/Edisi Khusus Penelitian.
[6] Munawir. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Jogjakarta
[7] http://www.adaro.com/  diakses tanggal 7 April 2018
[8] http://www.atlas-coal.co.id/  diakses tanggal 7 April 2018
[9] http://www.bayan.com.sg/index.php/en/ diakses tanggal 7 April 2018
[10] http://www.ptba.co.id/en  diakses tanggal 7 April 2018
[11] http://www.bumiresources.com diakses tanggal 7 April 2018
[12] http://www.ptdh.co.id/ diakses tanggal 7 April 2018
[13] https://www.deltadunia.com/  diakses tanggal 7 April 2018

Previous
« Prev Post