Trending Topik

Pantai Lorena Lamongan Jawa Timur, Spot Instragammable Utara Jawa di Jalur Pantura

Diposting oleh On Wednesday, November 11, 2020

Pantai Lorena terletak di Paciran Lamongan dekat dengan lokasi Wisata Bahari Lamongan (WBL). Pantai Lorena sangat mudah diakses karena letaknya yang tepat di jalanan Pantura. Bagi pengendara yang melintasi jalur Pantura pasti akan melihat Pantai Lorena. Pantai ini menyajikan spot instragammable yang indah untuk swafoto bersama keluarga.

Bagi pengunjung yang ingin menikmati keindahan alam Laut Jawa bisa mampir di kafe pinggiran pantai. Disana pengunjung bisa langsung melihat Pantai Lorena. Pengalaman kami mengajak si buah hati cukup senang main di pantai karena banyak terumbu karang dan ikan-ikan kecil yang terjebak diantara karang. Dengan menyewa jaring kecil, si buah hati bisa bermain sepuasnya dengan ikan-ikan laut kecil disana.

Saksikan Keseruan Kami Main di Pantai Lorena Berikut:


Referensi:

[1] Youtube Channel "Jejak Eksplorasi Official"

Seberapa Efektifkah Bisnis Influencer di Tahun 2020 Keatas

Diposting oleh On Tuesday, November 10, 2020

Sangat terasa perubahan era di perbatasan Tahun 2020 ini, dimana digital IT hampir 100% digunakan karena adanya pemaksaan protocol pencegahan penyebaran COVID-19. Bisa kita ketahui bersama bahwa sekarang channel youtube sudah menyediakan hampir semua kebutuhan hiburan, pengetahuan, tips dan trik yang kita butuhkan. Penyajian kreatif oleh youtuber layaknya pemeran artis di TV dan setiap orang bisa menjadi artis dengan penyiaran live atau lewat suguhan drama, komedi dan ulasan bak siaran di acara di TV.

Selain itu, media sosial lain seperti instagram, facebook dan blogger juga menyuguhkan acara serupa yang lebih menarik dan hidup dibandingkan dahulu. Banyak para pengguna media sosial berlomba-lomba menyajikan isi yang semenarik mungkin untuk mengundang para viewers, yang mana ini nanti menjadi asset berharga mereka untuk melakukan aksi yang sebenarnya. Ketika para viewers banyak mampir ke channel mereka maka setiap acara/isi yang disiarkan akan dilihat dan masuk ke alam bawah sadar mereka dan inilah yang disebut dengan "Influencer".

BACA JUGA: Bisnis yang Cocok Menyambut Era Industri 5.0

Influencer bisa menjadi baik dan buruk sehingga dimasa sekarang ini, semua orang dituntut untuk crosscheck setiap informasi yang diterima karena banyak juga informasi HOAX yang belum jelas sumber beritanya namun sudah tersebar secara masif. Dibutuhkan individu yang kritis dan banyak keingintahuan untuk bisa survive di tahun digital IT ini.  Banyak produsen lebih memilih endorse ke channel-channel millineal karena lebih tepat sasaran dibandingkan dengan koran/tabloid yang sudah mulai ditinggalkan, media TV yang dinilai kurang menarik dan tidak sesuai ekspektasi. Hal ini disebabkan karena pertumbuhan teknologi yang sangat pesat yaitu smartphone yang ada pada genggaman setiap orang. Semua media ada di genggaman sehingga bisa dengan mudah mendapatkan hal yang diinginkan dan lebih cepat.

Tantangan bisnis di tahun digital 2020 ketas adalah kecepatan, ketepatan, ketertarikan dan keunikan, dimana untuk artikel ini yang dibahas adalah potensi seorang influencer dimana kecepatan mereferensikan channel yang dilihat ringan diakses dengan loading cepat, ketepatan mereferensikan tema channel dengan produk yang diulas (misal blogger) harus sama atau kalau iklan di sosial media karena yang melihat para millineal maka produk juga harus sesuai dengan kebutuhan para millineal. Ketertarikan mereferensikan acara/siaran yang ditampilkan menarik para pengunjung dengan sajian konten terkini dan diperlukan oleh masyarakat luas sedangkan keunikan karena banyak orang bisa menjadi influencer dan memiliki channel sendiri maka untuk bisa bersaing dibutuhkan kreatifitas yang lebih agar unik sehingga produsen tertarik dan tepat menghabiskan biaya iklan mereka.

Menghidupkan dan membangun media sosial akan lebih baik dimulai dari sekarang untuk membangun asset di masa 5-10 tahun kedepan, dimana ketika semua sudah full digital IT dan Artificial Intelligence (AI) maka kita memiliki asset yang berharga dan siap menghadapi kompetisi jaman. Semua informasi ini berdasarkan pengalaman penulis berselancar di berbagai media dan mencoba menggeluti untuk beradaptasi dengan perubahan jaman yang semakin cepat.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Analisa Profil Kerusakan WATER SIDE TUBE (INNER) Boiler PLTU (1 of 3)

Diposting oleh On Saturday, November 07, 2020

Tube boiler adalah komponen di PLTU yang berfungsi sebagai converter air menjadi uap bertekanan. Dalam operasinya, boiler bisa mengalami serangkaian failure baik dari sisi dalam (inside) maupun luar (outside). Kemungkinan penyebab dari sisi inside adalah:

  • Deposit karena silica, hardness water (Ca/Mg), phospate
  • Korosi karena injeksi kimia berlebihan sehingga air bersifat pH rendah atau pH tinggi
  • Korosi karena kelebihan dissolved gas (CO2 dan O2)

Sedangkan kemungkinan penyebab dari sisi outside adalah:
  • Abrasi karena pasir silica, sootblower treatment, fly ash
  • Slagging karena agglomerasi batubara
  • Korosi karena sulfur batubara

Berikut beberapa gambar dan penjelasan failure di tube boiler:
  • Oxygen Pitting/Oxygen Corrosion
Pitting (korosi sumuran) adalah localized corrosion yang artinya korosi yang terpusat parah di titik tertentu saja. Ciri khas dari pitting adalah lubang dalam dengan luasan kecil, bisa terlihat di permukaan atau didalam material. Posisi yang didalam inilah yang sangat berbahaya karena tidak diketahui dan tiba-tiba material sudah kehilangan sifat mechanical properties-nya.

Pitting bisa disebabkan oleh keberadaan oksigen terlarut dan umumnya terjadi di operasi tekanan rendah [The Babcock & Wilcox Company]. Oksigen bisa menyebabkan reaksi oksidasi dan menyebabkan korosi dan salah satu bentuknya adalah pitting. Detail baca artikel berikut: Kontaminan Gas Terlarut di Boiler Water. Reaksi sebagai berikut: [Feriyanto, 2018]

2 Fe + 2 H2O + O2 ---> 2 Fe(OH)2

4 Fe(OH)2 + 2 H2O + O2 ---> 4 Fe(OH)3

Fe(OH)2 adalah senyawa yang tidak stabil dan merupakan bibit korosi (agent corrosion) sedangkan Fe(OH)3 adalah produk korosi.

Terdapat profil yang cukup berbeda untuk oxygen corrosion berdasarkan handbook Port and Herro, (1991), seperti berikut:

  • Phospate Corrosion/Phospate Attack

Korosi ini disebabkan karena pengaruh pemberian Tri Sodium Phospate (TSP) di steam drum melebihi ambang batas dengan standar acuan normal mol rasio Na/PO4 < 2.8 [The Babcock & Wilcox Company]. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:

Na3PO4 + Fe + 2 H2O ---> NaFePO4 + 2 NaOH + H

Pengalaman yang pernah kami temui untuk kasus ini adalah ketika pengujian menggunakan XRD ditemukan kandungan Na yang terlalu tinggi di surface material dan menyebabkan crack failure. Keberadaan Na yang tinggi ini menandakan purity phospate yang rendah atau kelebihan injeksi phospate. Dalam investigasi kami, ditemukan penyebabnya adalah purity phospate yang rendah <85% (standar yang disarankan >95%) dengan pH 1% pelarutan 10-11 (standar >12) sehingga untuk buffering harus menggunakan dosis lebih banyak dibandingkan dengan purity tinggi. Disebabkan melimpahnya Na dari injeksi maka bisa berpotensi carry-over di steam drum dan menempel pada tube boiler dan blade turbine [Feriyanto, 2020]. Baca selengkapnya di: Analisa Deposit pada Blade Turbine

Berdasarkan EPRI Cycle Chemistry Guidelinesphospate harus dijaga di boiler system agar terhindar dari phospate attack dengan standar minimum phospate (PO4) 0.2 ppm dan maksimum phospate (PO4) 10 ppm.

  • Acid Corrosion/Acid Attack & Hydrogen Damage/Hydrogen Embrittlement
Keberadaan hydrogen juga membahayakan tube boiler, karena banyaknya konsentrasi Hmengindikasikan nilai pH ke arah asam (acid). Hydrogen yang terakumulasi di sistem bisa bereaksi dengan carbon steel (FeC) membentuk metana (CH4), seperti reaksi berikut: [Feriyanto, 2019] [Frayne, 2002].

Fe3C + C + 4 H2 ---> 2 CH4 + 3 Fe

Hydrogen bisa berasal dari disosiasi chemical yang digunakan sebagai injeksi kimia seperti NH3, N2H4, H2S dan H2O. Berikut profil kerusakan tube boiler akibat hydrogen damage: [The Babcock & Wilcox Company; Port and Herro, 1991]
Hydrogen damage dengan kehadiran metana membuat getas material sehingga mudah terserang korosi.
Berdasarkan handbook Port and Herro (1991), produksi hydrogen bisa berasal dari reaksi korosi pada pH rendah (asam) dan juga pH tinggi (basa). Pada pH rendah kejadian mirip seperti penjelasan diatas, sedangkan pada pH tinggi, urutan reaksi kimia mirip dengan caustic gouging (penjelasan detail dibawah) dengan urutan kejadiannya adalah: (i) caustic melarutkan/mengelupaskan lapisan magnetite; (ii) air bereaksi dengan iron steel dan membebaskan hydrogen, seperti reaksi berikut:

3 Fe + 4 H2O ---> Fe3O4 + 8 H

;(iii) caustic menyerang langsung ke iron steel dan dihasilkan juga hydrogen; dan (iv) hydrogen hasil dari proses tahap (ii) dan (iii) kemudian menyerang iron carbide membentuk metana, seperti reaksi berikut:

Fe3C + 4H ---> CH4 + 3 Fe

Berdasarkan EPRI (2006) sebagai berikut:
Hydrogen attack terjadi pada carbon dan low alloy steel pada tekanan dan temperatur tinggi >200 oC dalam jangka panjang sehingga terjadi reaksi penyerapan hydrogen (H2) dan iron carbide (FeC) atau carbon (C) pada larutan hydrocarbon (CxHy). Berikut reaksinya:

2 H2 + Fe3C ---> CH4 + 3 Fe

CH4 yang merupakan hydrocarbon yang tidak larut di iron lattice mengalami proses decarburization (pelepasan unsur carbon) sehingga sifat strength menjadi menurun. Proses decarburization terjadi pada temperature >540 oC (pada surface metal) dan >200 oC (pada internal metal) (Schweitzer, 2010).

  • Caustic Gouging/Caustic Attack/Caustic Embritllement/Ductile Gouging & Hydrogen Damage/Hydrogen Embrittlement
Failure ini lebih disebabkan karena tingkat alkalinitas yang tinggi (pH basa kuat >12) pada boiler water. Failure ini juga berhubungan dengan hydrogen damage/hydrogen embrittlement (penjelasan detai ikut di atas untuk acid corrosion/acid attack). Keberadaan caustic ini bisa disebabkan karena berlebihnya penggunaan soda caustic (NaOH) atau berlebihnya NaOH produk hasil reaksi antara caustic phospate (Na3PO4) dengan air di steam drum, seperti reaksi berikut: [Feriyanto, 2020]

Na3PO4 + H2O ---> Na2HPO4 + NaOH


NaOH di PLTU digunakan untuk genjot kenaikan pH namun jika berlebihan bisa menyebabkan caustic gouging/caustic embrittlement/caustic corrosion sehingga penggunaannya harus dikendalikan tidak boleh >7.5-10%=7,500-10,000 ppm [Frayne, 2002].

Keberadaan NaOH atau penambahan NaOH ini sebenarnya dibutuhkan dalam operasional boiler PLTU sebagai buffering pH ketika terjadi kebocoran di tube condenser (cooling air laut), namun jika berlebihan bisa menyebabkan failure yang fatal. Berikut profil kerusakan tube boiler akibat caustic gouging: [The Babcock & Wilcox Company]
Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi seperti hal diatas, maka digunakan penjagaan standar nilai pH boiler water pada range 9.2-10.5 dengan pengaturan bukaan valve injeksi phospate
Mekanisme korosi ini didahului dengan pengrusakan lapisan magnetite oleh soda caustic kemudian bereaksi dengan iron steel, berikut reaksi kimianya: [Port and Herro, 1991]

4 NaOH + Fe3O4 ---> 2 NaFeO2 + Na2FeO2 + 2 H2O

Ketika magnetite (Fe3O4) sudah terkelupas menyebabkan caustic (NaOH) langsung menyerang iron steel seperti reaksi berikut:

Fe + 2 NaOH ---> Na2FeO2 + H

Caustic corrosion pada permukaan inner tube boiler akibat reaksi diatas seperti ditunjukkan gambar berikut:

Berdasarkan EPRI Cycle Chemistry Guidelines, didapatkan informasi bahwa caustic gouging/caustic embrittlement bisa terjadi ketika penambahan soda caustic (NaOH) >2 ppm pada steam drum boiler.
Berdasarkan EPRI (2006) sebagai berikut:

  • Short-term Overheating
Failure ini disebabkan oleh pemanasan yang tidak merata dan hanya ada di bagian tertentu saja. Lebih dikenal dengan fish mouth failure (crack mulut ikan) dan pengalaman sendiri di lapangan untuk kasus ini banyak disebabkan oleh deposit hardness water yang sudah level scale (mengeras/mengkristal di inner tube boiler). Seperti penampang gambar berikut: [The Babcock & Wilcox Company; Feriyanto, 2019b]
Ketika laju aliran tersumbat scale maka aliran air menjadi tidak lancar dan panas dari furnace tidak mengalami penukaran panas oleh air sehingga material tube boiler terus-menerus terbakar (sampai suhu antara 850-950 oC) dan karena tube boiler yang tersumbat memiliki tekanan yang tinggi maka mechanical properties akan turun dan menyebabkan leakage (pecah). Berikut profil kerusakan tube boiler akibat short-term overheating: [The Babcock & Wilcox Company; Feriyanto, 2019b]

Dikutip dari handbook Port and Herro (1991), short-term overheating terjadi dalam waktu yang cepat antara 454-730 oC bahkan bisa lebih. Berikut profil kerusakannya:

Kebocoran tube seperti ini sangat dirasakan ketika konsumsi air boiler meningkat pesat dan pasti diputuskan untuk segera dilakukan shutdown PLTU untuk perbaikan.
Berdasarkan EPRI (2006) sebagai berikut:
  • Stress Corrosion Cracking (SCC)
Crack pada tube boiler yang disebabkan stress material karena tertekan/tertarik sehingga terdapat perenggangan (pori-pori material membesar) dan retak rambut [Feriyanto, 2019a]. Skematik profil kerusakan karena SCC seperti berikut: [The Babcock & Wilcox Company]
Pembesaran 500x menggunakan mikroskop untuk mengetahui profil mikrostruktur sebagai berikut: [Port and Herro, 1991]
Berikut profil cacat akibat stress cracking:
Tipe failure ini cukup berbahaya karena crack yang tersembunyi dan tidak kelihatan sehingga bisa parah ketika sudah terjadi kegagalan seperti patah atau jebol.
Berdasarkan EPRI (2006) sebagai berikut:
  • Creep Failure/Long-Term Overheating
Kerusakan ini lebih disebabkan karena korosi dan abrasi yang merata pada semua tube boiler baik dari inside maupun outside. Selain itu juga bisa disebabkan karena long-term overheating yang merusak mechanical properties material profil kerusakan adalah memanjang/menjalar rata pada permukaan luar tube seperti gambar berikut ini: [The Babcock & Wilcox Company, Port and Herro, 1991]

Bisa dilihat dari profil tersebut bahwa ketika terjadi pemanasan berlebih pada material tube boiler (carbon steel) bisa menyebabkan kegetasan sehingga material menjadi rapuh. Selain itu, dari inside tube akan terlihat magnetite terangkat membentuk gelembung-gelembung dan siap terkelupas.
Mekanisme failure long-term overheating pada temperatur > 427 osering disebut dengan "Chain Graphitization" yaitu leaching Fe dari iron steel (FeC) sehingga hanya menyisakan graphite (C) yang bersifat brittle [Feriyanto, 2019c]. Kejadian failure chain graphitization muncul setelah terjadinya long-term overheating, berikut profil kerusakannya: [Port and Herro, 1991]
Jika dilihat profilnya mirip seperti fish mouth pada short-term overheating dan memang inti dari keduanya adalah material tube getas karena pemanasan kemudian karena tekanan manyebabkan pecah pada sisi yang mengalami deformasi paling besar. Perbedaan mendasar adalah fish mouth pada long-term overheating umumnya terjadi pada area las-lasan [Port and Herro, 1991] sedangkan short-term overheating tidak.
Berikut rangkuman jenis kerak (scale/deposit) dan karakteristiknya di tube boiler: [Port and Herro, 1991]
Berikut rangkuman jenis failure di boiler system: [EPRI Guideline]

Kutip Artikel Ini (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2020). Analisa Profil Kerusakan Tube Boiler PLTU, Best Practice Experience in Power Plant. www.caesarvery.com. Surabaya

Referensi:
[2] The Babcock & Wilcox Company. Water and Steam Chemistry, Deposits and Corrosion
[5] Feriyanto, Y.E. (2019b). Training Boiler Failure Analysis. Yogyakarta
[6] Port, R.D., and Herro, H.M. (1991). The Nalco Guide to Boiler Failure Analysis. McGraw-Hil, Inc
[8] Feriyanto, Y.E. (2019). Analisa Kebocoran Tube APH, Best Practice Experience in Power Plant. Kajian Enjiniring. Surabaya
[9] EPRI. Guidelines for the Non-destructive Exmaintaion of Boiler
[10] EPRI. Cycle Chemistry Guidelines for Combined Cycle Heat Recovery Steam Generators
[11] Frayne, C. (2002). Boiler water Treatment, Principle and Practice. Vol. 1 and 2. New York-USA
[12] EPRI. (2006). Boiler Condition Asseement Guideline, Fourth Edition
[13] Schweitzer, P.A. (2010). Handbook of Fundamentals of Corrosion Mechanisms, Causes, and Preventative Methods. CRC Press. London & New York

Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi KLIK

Pengalaman Jual-Beli Online di Marketplace Shopee

Diposting oleh On Sunday, November 01, 2020

Shopee merupakan marketplace pendatang baru di Indonesia dan mulai meningkat pesat di awal Tahun 2020. Pengalaman penulis sebagai seller di awal-awal Shopee masuk Indonesia adalah platform yang kurang easy untuk user karena menu yang cukup tersembunyi sampai pada sampai akhirnya penulis meninggalkan platform ini cukup lama.
Shopee terus mencoba mengalahkan dominansi Bukalapak dan Tokopedia di Indonesia, lewat fitur-fitur menarik, promo gila-gilaan dan gratis ongkir tanpa batas. Teknik membunuh 2 raksasa marketplace di Indonesia terbukti sukses setelah sekian tahun berbenah dan puncaknya di Tahun 2020. Penulis mencoba menjadi buyer pertama kalinya di akhir Tahun 2019, disana buyer sudah disuguhkan cashback extra + gratis ongkir. Betapa terkejutnya penulis melihat subsidi yang diberikan oleh Shopee tersebut sampai akhirnya penulis betah menjadi buyer Shopee sampai hari ini.


Kehadiran Shopee ini terbukti menjadi raja marketplace Tahun 2020 di Indonesia dan platform lain seperti Bukalapak di era kepimpinan baru menerapkan strategi yang mirip di Shopee yaitu diskon dan gratis ongkir yang terus-terusan sedangkan Tokopedia adem ayem tenang tanpa ada ekspresi ingin ber-inovasi (akankah Tokopedia menjadi tumbal berikutnya atau kehabisan dana setelah bakar-bakara uang kala itu). Bukalapak dengan teknik barunya sudah telat dan kini tinggal kenangan pada Bukalapak dan menyambut platform yang lebih bisa menyajikan kebutuhan milineal.
Pengalaman penulis menjadi seller di Shopee dimulai Tahun 2020 awal karena melihat potensi perkembangan pasar yang cukup baik dan betapa terkejutnya ternyata kelemahan Shopee ada di potongan biaya penjualan yang cukup besar bagi seller dibandingkan platform lain. Kelemahan ini tidak diambil pusing oleh seller karena di Shopee tidak ada namanya iklan yang diprioritaskan dan semuanya sama sehingga para seller menganggap biaya potongan sebagai iklan di toko mereka karena disajikan embel-embel cashback extra + gratis ongkir di tampilan produk.
Tahun 2020, Bukalapak menerapkan pengetatan penjualan dengan berbagai sanksi jika ini itu, ketat dalam hal dropshipper, target penjualan dan lain-lain yang malah membuat lari para seller dari platform tersebut sedangkan Tokopedia tetap tenang, cool dan tidak berbenah sehingga seller nyaman di platform hijau tersebut. Shopee dalam hal peraturan juga cukup ketat, namun potensi keuntungan lain bagi seller juga ada sehingga menambah nyaman seller maupun buyer yang memakai platform tersebut.


Sampai saat ini, Shopee adalah marketplace yang memberikan subsidi kepada buyer tidak tanggung-tanggung, gratis ongkir + cashback extra yang terus-menerus lewat sistem pembayaran digitalnya Shopee Pay. Sistem komplain Shopee ke CS adalah yang terbaik dari CS marketplace Bukalapak & Tokopedia. Disisi lain, untuk pembayaran tagihan Shopee juga memberikan diskon yang paling baik daripada platform lain, namun sayang Shopee per Agustus 2020 sudah beralih ke pembayaran cashless semua yang ini sangat dibenci para dropshipper padahal dropshipper adalah yang memberi warna dan menghidupkan arus transaksi di marketplace
Dengan adanya perubahan total ke cashless tersebut, para seller mulai move on kembali ke Tokopedia dan Bukalapak karena masih menyediakan sistem manual dan semoga kedepan antara ketiga marketplace ini tetap memberikan yang terbaik disamping memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Pengalaman penulis sebagai buyer produk lebih senang memakai Shopee karena subsidinya besar, sebagai seller lebih suka Tokopedia karena layanan ada yang manual dan otomasi judul yang bekerja maksimal dan sebagai investor lebih suka Bukalapak karena produk reksadana yang banyak pilihannya serta tabungan emas yang bagus dalam sistem jual-belinya.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Fungsi Limestone/Kapur (CaCO3) pada Boiler CFB

Diposting oleh On Tuesday, October 27, 2020

Circulating Fluidized Bed (CFB) boiler adalah salah satu tipe boiler yang umum digunakan di PLTU. Bahan yang digunakan pada boiler ada 3 macam yaitu batubara, pasir dan kapur/limestone. Penjelasan fungsi pasir, bisa dibaca detail di "Macam-Macam Boiler".

Kapur/Limestone (CaCO3 atau CaO) di CFB boiler difungsikan untuk beberapa sebab yaitu (i) sebagai sorbent (penyerap) pada proses desulfurization yaitu pengikat kandungan gas SO2, karena didalam batubara terdapat kandungan  beberapa unsur salah satunya sulfur (S). Baca detail kandungan batubara di "CoA Batubara Uji Laboratorium". Ketika batubara dibakar akan bereaksi sebagai berikut:

S + O2 ---> SO

(ii) sebagai reducing agglomeration yang disebabkan oleh keberadaan K2O dan Na2O [Mettanant et al, 2009], berikut kutipannya:

CFB boiler didesain bisa sirkulasi terus-menerus dengan adanya cyclone separator sehingga campuran gas CO2 dan SO2 akan terus sirkulasi dan sulit dikendalikan gas tersebut sehingga dalam aplikasinya tidak dipasang desulfurization seperti Flue Gas Desulfurization (FGD) yang umumnya terdapat di boiler tipe pulverizer (lebih detail bisa dibaca di "Teknik Pengendalian Gas SO2"). Aplikasi yang diterapkan di CFB boiler adalah mengikutkan langsung kapur ke dalam pembakaran. Menurut jurnal penelitian Diego et al (2018) terdapat 4 faktor yang mempengaruhi sulfation reaction yaitu:

  1. Temperatur
  2. Parsial gas CO
  3. Konsentrasi SO2
  4. Ukuran partikel

Reaksi sulfation (pembentukan sulfate) bisa terjadi secara langsung (sorbent CaCO3) dan tidak langsung (mulai dari CaCO3 menjadi CaO terlebih dahulu), hal ini tergantung oleh 2 faktor yaitu temperatur dan parsial gas CO2

Reaksi direct terjadi ketika parsial gas CO2 lebih besar dari tekanan udara pembakaran sehingga bisa mengalami 2 fase reaksi yaitu melewati proses calcination atau non-coalcination. Proses non-calcination terjadi ketika temperatur sistem dibawah temperatur calcination, sesuai reaksi berikut: (Diego et al., 2018)

CaCO3 + SO2 + ½ O2 <---> CaSO4CO2 (proses desulfurization)

Reaksi indirect terjadi karena temperatur sistem diatas temperatur calcination, reaksi sebagai berikut: (Diego et al., 2018)

CaCO<---> CaO + CO2  (proses calcination)

CaO + SO2 + ½ O2 <---> CaSO4 (proses desulfurization) 

Batu kapur (CaO) ketika terbakar bersama batubara di boiler dan kontak dengan gas CO2 mengalami reaksi calcination membentuk CaCOdengan reaksi endothermik (menyerap panas dari luar). Berikut persamaan kesetimbangan reaksinya:

Persamaan tersebut bisa dilihat bahwa faktor reaksi dipengaruhi oleh temperatur dan parsial gas CO2Calsium  dari CaCO3 sebagai sorbent digunakan untuk mengikat SOpada temperatur tinggi 925-950 oC untuk CFB boiler dan untuk konvensional pembakaran pada 850 oC
Failure yang sering terjadi di boiler CFB adalah slagging (pengerakan keras di dinding sisi luar tube boiler) dan agglomerasi (penggumpalan ash sangat keras sisa pembakaran batubara). Menurut Rajavel et al., (2013) sebagai berikut:
Agglomerasi bisa terjadi karena reaksi hydration kemudian diikuti carbonation. Reaksi hydration sebagai berikut:

CaO + H2O <---> Ca(OH)2

Kemudian diikuti reaksi carbonation sebagai berikut:

Ca(OH)2 + CO2 <---> CaCO3 + H2O

Reaksi keduanya terjadi pada temperatur  450 oC. Disisi lain, agglomerasi juga bisa terjadi ketika batubara banyak mengandung unsur K, Na dan V namun ketika kandungan unsur tersebut rendah (bisa dilihar dari CoA laboratorium) maka bisa dipastikan agglomerasi melewati 2 reaksi diatas.

Pengalaman kami sendiri menguji kerak yang ada pada sisi luar tube boiler menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) didapatkan kandungan dominan adalah CaCOdan CaO padahal boiler tidak menggunakan media kapur. Jika dirunut asal calsium maka didapatkan data bahwa penggunaan batubara CFB boiler adalah tipe low rank, dimana batubara ini masih muda yang letaknya masih beberapa meter dari lapisan permukaan tanah sehingga masih mengandung senyawa calsium. Boiler yang bahan bakar mengandung kapur yang cukup banyak seperti pada low rank coal tersebut bisa digunakan di CFB boiler tanpa penambahan kapur dari luar dan memang terbukti efektif dalam minimalisir gas SO2. Namun juga memiliki dampak yang cukup berarti yaitu mudah sekali agglomerasi sehingga bottom ash harus sering dilakukan tindakan drain agar tidak menjadi penyumbat aliran udara dari bawah.

Kutip Artikel sebagai Referensi (Citation)

Feriyanto, Y.E. (2020). Fungsi Limestone/Kapur (CaCO3) pada Boiler CFB. www.caesarvery.com. Surabaya

Referensi:
[1] Black & Veatch. (1996). Power Plant Engineering, Coal & Limestone Handling. Handbook Springer
[2] Diego, L.F et al. (2018). Characterization of a Limestone in a Batch Fluidized Bed Reactor for Sulfur Retention Under Oxy-Fuel Operating Conditions
[3] Rajavel, M et al. (2013). Influence of Sorbent Characteristics on Fouling and Deposition in CFB Boiler Firing High Sulfur.
[4] Feriyanto, Y.E. (2020). Best Practice Experience in Power Plant, Surabaya

Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi KLIK