Trending Topik

Macam-Macam Korosi Material

Diposting oleh On Tuesday, February 05, 2019

Korosi adalah kembalinya logam ke bentuk bijihnya (caesarvery, 2015). Material yang dipakai bisa dicegah proses korosi-nya dengan beberapa metode seperti yang tertulis di: Macam-Macam Cara Pencegahan Korosi. Berikut diulas detail tentang macam-macam korosi :
  • Stress Corrosion Cracking (SCC)
Korosi yang berada di area yang tertarik atau tertekan (stress) pada material logam. Pada area yang tertekan/tertarik tersebut umumnya terdapat retak rambut atau bintik-bintik lubang (pit) sehingga bisa menjadi tempat reaksi korosi antara fluida yang mengalir dengan material logam. Umumnya reaksi yang merugikan adalah oksidasi dan pengelupasan lapisan pasifasi permukaan logam yang menyebabkan sifat properties seperti strength dan hardness turun sehingga menyebabkan failure. Parrot et al (2011) melakukan percobaan pengaruh ion chloride (Cl) terhadap material austenitic dan penelitian oleh Jones et al (1992) didapatkan informasi bahwa hal-hal yang mempengaruhi SCC adalah :
  1. Temperature
  2. pH
  3. Oxygen level humidity
  4. Residual stress
  5. Alloying and impurities di material
  6. Tingkat sensitifitas material
  7. Cyclic condition
  8. Pressure
  9. Konsentrasi fluida
  10. Potensial elektrokimia
  11. Viskositas
  12. Mixing atau stirring
Berdasarkan Schweitzer (2010) berikut penyebab beberapa material mengalami SCC:
  • Galvanic Corrosion/Bimetalic Corrosion/Dissimilar Metal Corrosion
Korosi yang disebabkan karena perbedaan potesial elektrokimia antara 2 material yang berbeda yang disatukan. Korosi ini terjadi ketika material menyentuh lingkungan yang bisa menyebabkan korosi seperti kelembaban, larutan elektrolite dan ion fluida. Gejala awal korosi ini adalah salah satu metal mudah teroksidasi berdasarkan "DERET VOLTA" sehingga korosi diantara metal cepat terjadi.

Proses terjadinya sebagai berikut:
Misalnya besi (Fe) disambung dengan zinc (Zn) dimana Zn terletak disebelah kiri dari Fe berdasarkan deret volta dan Zn lebih mudah teroksidasi daripada Fe. Metal Fe akan selalu mencari kestabilan untuk kembali ke bentuk asal bijihnya (kodrat semua senyawa logam) sesuai reaksi : Fe2+ + 2e ---> Fe. Elektron akan mudah terikat oleh lingkungan yang banyak ion-nya seperti elektrolit dan akan terikat oleh ion positif. Namun karena didekat metal Fe terdapat Zn yang mudah sekali teroksidasi sesuai reaksi : Zn ---> Zn2+ + 2e dan mudah melepaskan elektron maka elektron Zn akan terus menggantikan elektron Fe yang hilang sehingga lama-kelamaan metal Zn terkikis habis. Proses korosi yang disebabkan karena perbedaan potensial kimia 2 metal inilah yang disebut galvanic corrosion.
  • Pitting Corrosion/Korosi Sumuran/Korosi Lokal/Korosi Lubang
Korosi yang paling berbahaya karena sulit dideteksi dan sistemnya yang menggerogoti dari material bagian dalam. Umumnya pitting akan menyebabkan material fracture secara total tanpa ada gejala terlebih dahulu.
Beberapa penyebab pitting corrosion adalah:
  1. Chemical terperangkap sampai jenuh dalam waktu yang lama di area terlokalisir terlebih ketika material sudah mengalami damage terlebih dahulu. Chemical paling bahaya adalah asam, kelebihan ion chloride dan minim dissolved oxygen (menyebabkan lapisan pasif material menjadi tidak stabil dan mudah terkelupas)
  2. Lapisan protektif coating yang kurang tepat
  3. Struktur penyusun material yang tidak uniform (masih belum homogen ketika proses casting)
Cara pencegahan pitting corrosion adalah:
  1. Memilih material yang tepat dengan menyesuaikan lingkungan tempat aplikasi
  2. Mengontrol pH, konsentrasi ion Cl dan temperatur
  3. Penerapan cathodic/anodic protection
  • Erosion Corrosion/Abrasion Corrosion/Flow-Accelerated Corrosion (FAC)
Korosi yang disebabkan oleh aliran fluida yang korosif atau material yang bergerak pada fluida korosif. Di kebanyakan literatur dan aplikasi di lapangan erosion corrosion hampir disamakan dengan flow-accelerated corrosion (FAC) dimana FAC menggerus lapisan pasifasi material yaitu magnetite (Fe3O4) sehingga material lebih mudah terserang korosi.
Cara pencegahan erosion corrosion adalah:
  1. Mengurangi belokan aliran fluida sehingga turbulensi bisa ditekan sekecil mungkin
  2. Mengontrol kecepatan fluida
  3. Menggunakan material yang lebih tahan erosi
  4. Menggunakan inhibitor untuk menghambat erosi seperti rubber, chemical, dan coating
  5. Menggunakan cathodic protection
  6. Mengontrol oksigen terlarut dan temperatur di fluida
  7. Memberi filter agar solid particle tidak terikut fluida
  • Fretting Corrosion/Korosi Gesekan
Korosi yang disebabkan karena 2 permukaan metal saling bersentuhan sehingga menimbulkan luka di kedua permukaan metal. Umumnya pengelupasan lapisan metal sangat kecil tidak terlihat karena skala mikron namun karena lingkungan yang korosif menyebabkan timbul korosi di permukaan yang luka tersebut.
Cara untuk mencegah freting corrosion adalah:
  1. Memberikan pelumas (oil, grease) untuk mengurangi gesekan yang terjadi
  2. Menambah hardness material kedua logam yang kontak
  3. Menggunakan seal untuk menyerap vibrasi yang terjadi dan juga bisa untuk mencegah kelembaban atau oksigen masuk diantara permukaan yang bergesekan
  • Fatigue Corrosion
Korosi yang disebabkan karena kerusakan logam akibat gerakan yang berulang (cyclic). Fatigue corrosion hampir mirip dengan SCC dimana SCC untuk material yang tidak berputar berulang atau non-statis misalnya dibengkokkan, ditekuk atau ditekan.
Cara pencegahan fatigue corrosion adalah:
  1. Mengurangi tensile strength material
  2. Memasang corrosion inhibitor
  3. Coating atau memberikan lapisan terhadap material
  • Crevice Corrosion/Korosi Celah
Korosi yang terjadi diantara celah-celah sambungan metal sehingga memberikan ruang/celah tempat berkumpulnya konsentrasi chemical. Chemical yang berkumpul dalam konsentrasi besar akan berekasi dengan logam sehingga menurunkan sifat properties dan menyebabkan failure.
Cara pencegahan crevice corrosion adalah:  (Schweitzer, 2010)
  1. Mendesain sambungan yang baik misalnya menutup rapat celah lasan dengan filler welding sesuai material yang dilas, menggunakan non-absorbent gasket pada flange joint
  2. Menjauhi penggunaan gasket yang berpori dan disarankan menggunakan gasket yang kedap air
  3. Menambah campuran unsur yang tahan korosi ketika proses casting material, misalnya SS tahan terhadap crevice dengan penambahan Cr, Ni, Mo dan N
  4. Mengendalikan operasi agar laju korosi material menurun dengan upaya menurunkan temperature, mengurangi Cl content dan mengurangi kontak asam
  5. Pada tepian/sambungan tangki sebaiknya ditambal menggunakan tar atau bitumen sehingga air hujan tidak terperangkap di celah-celah sambungan
  • Hydrogen Damage/Embrittlement
Korosi yang disebabkan oleh kehadiran H2 yang berasal dari H2S, NH3, H2O. Unsur ini menyebabkan metal menjadi kehilangan ketanggguhannya (toughness) dan menjadi rapuh sehingga mudah terserang korosi. Proses reaksinya adalah hydrogen bereaksi dengan carbon hasil disosiasi carbon steel membentuk metana yang bersifat brittle.
4 H2 + C + Fe3C ---> 2 CH4 + 3 Fe
Hydrogen attack terjadi pada carbon dan low alloy steel pada tekanan dan temperatur tinggi >200 oC dalam jangka panjang sehingga terjadi reaksi penyerapan hydrogen (H2) dan iron carbide (FeC) atau carbon (C) pada larutan hydrocarbon (CxHy). Berikut reaksinya:

2 H2 + Fe3C ---> CH4 + 3 Fe

CH4 yang merupakan hydrocarbon yang tidak larut di iron lattice mengalami proses decarburization (pelepasan unsur carbon) sehingga sifat strength menjadi menurun. Proses decarburization terjadi pada temperature >540 oC (pada surface metal) dan >200 oC (pada internal metal) (Schweitzer, 2010).

  • Uniform (General) Corrosion/Korosi Seragam/Korosi Merata
Salah satu bentuk korosi yang paling sederhana dan bisa dilihat secara visual karena merata pada permukaan terbuka. Penyebab umum uniform corrosion adalah chemical attack dan terlarut-nya senyawa metal ke bentuk ion-nya atau berikatan dengan oksigen membentuk iron oxide scale (kerak kemerah-merahan). Sebenarnya lapisan metal (iron) terbentuk lapisan film pasifasi berwarna kehitam-hitaman yaitu magnetite, namun karena sebab tertentu lapisan tersebut terlarut (Schweitzer, 2010).
  • Intergranular Corrosion
Salah satu tipe korosi yang diambil tempatnya pada grain boundaries sehingga hanya terbatas area korosinya bertindak seolah-olah anoda dan area disekitarnya yang lebih besar seolah-olah adalah katoda. Aliran energi/ion dari anoda ke katoda menyebabkan korosi yang menyebabkan kehilangan strength dan ductility. Contohnya pada austenitic stainless steel yang dipanaskan atau didinginkan pada temperatur 800-1650 oF atau 427-899 oC maka unsur chromium (Cr) cenderung berekasi dengan carbon membentuk chromium carbide yang dikenal dengan istilah "sensitization atau carbide precipitation" sehingga dengan adanya ini terlah terjadi korosi pada grain boundaries tersebut (Schweitzer, 2010).
  • Biological Corrosion/Microbiologically Influenced Corrosion (MIC)
Korosi ini disebabkan oleh aktifitas organisme/bakteri/biota laut seperti ekskresinya yang berbahaya karena mengandung sulfur atau dikenal juga dengan istilah sulphide attack. Berdasarkan Schweitzer (2010), ada 5 penyebab MIC yaitu: (i) sulphuric acid oleh genus Thiobacillus yang konsentrasinya bisa mencapai 10-12%; (ii) hydrogen sulphide oleh sulphate reducing bacteria; (iii) organic acid; (iv) nitric acid; dan (v) ammonia
  • Selective Leaching
Selective leaching adalah pengelupasan salah satu komponen alloy oleh korosi. Sebagai contoh dezincification (leaching zinc dari brass), graphitic corrosion (leaching iron dari gray cast iron), denickelification (leaching nickel dari copper nickel), decarburization (leaching carbon dari carbon steel). Berikut leaching pada beberapa material by Ahmad (2006):
  • Atmospheric Corrosion
Sebenarnya ini bukan salah satu jenis korosi, dimana kejadiannya mirip dengan proses elektrokimia yang berhubungan dengan atmosfer. Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah relative humidity, temperatur udara, sulphur content, chlorine content, curah hujan, debu, lokasi geografis. Berikut reaksi terjadinya atmospheric corrosion:
Berdasarkan Revie & Uhlig (2008), atmospheric corrosion harus didukung adanya elektrolit seperti moisture content, particulate content, dan impurities gas. Sedangkan untuk es dan iklim dingin tidak mendukung korosi bahkan cenderung menghambat. Impurities gas yang dimaksud seperti H2S, SO2, NH3, HCl, NO2, O3, RCOOH (alkyl alkanoat).
Berikut reaksi ketika iron surface terkena acid rain (hujan asam) karena banyak impurities gas yang mengandung SO2


  • Exfoliation
  • Filiform Corrosion
Korosi yang terjadi  dibawah coating dalam bentuk distibusi random seperti benang/filamen

Kutip Artikel ini sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2019). Macam-Macam Korosi Material, Best Practice Experience in Power Plant. www.caesarvery.com. Surabaya

Referensi:
[1] Feriyanto, Y.E. (2017). Analisa Kerak Tube Boiler & CondenserBest Practice Experience in Power Plant. Surabaya
[2] Parrot, R., dan Pitt, H. (2011). Chloride Stress Corrosion Cracking in Austenitic Stainless Steel. Health and Safety Laboratory. United-Kingdom
[3] Jones, R.H., dan Ricker, R.E. (1992). Mechanisms of Stress Corrosion Cracking. SCC Materials Performance and Evaluation. ASM International
[4] Corrosion Institute. (2000). Bimetallic Corrosion. Teedington
[5] https://www.nace.org/
[6] http://www.cdcorrosion.com/
[7] Schweitzer, P.A. (2010). Handbook of Fundamentals of Corrosion Mechanisms, Causes, and Preventative Methods. CRC Press. London & New York
[8] Revie, R.W., and Uhlig, H.H. (2008). Corrosion and Corrosion Control, An Introduction to Corrosion Science and Engineering. Fourth Edition. John Willey & Sons
[9] Ahmad, Z. (2006). Handbook Principles of Corrosion Engineering and Corrosion Control. Elsevier

Strategi Akumulasi Buy and Hold (Membeli dan Menahan Saham)

Diposting oleh On Thursday, January 31, 2019

Akumulasi buy berarti membeli terus-menerus seperti prinsip menabung dan alangkah baiknya membeli ketika IHSG sedang jatuh. Sedangkan "hold" berarti menahan atau mengendapkan saham sampai benar-benar memberikan profit maksimal.
Sumber Gambar : www.shutterstock.com
Mengapa harus memakai strategi buy and hold ??
Sebagai investor receh bukan bandar, jika menerapkan trading dengan sistem buy and sell dengan menerapkan cut loss maka uang yang diinvestasikan akan mudah terbawa oleh permainan bandar. Alangkah baiknya sebagai investor kecil menerapkan strategi bottom fishing atau buy low and sell high. Investor receh akan cenderung menjadi investor jangka panjang agar uang yang diinvestasikan berkembang dan tidak malah berkurang tergerus permainan pasar sehingga membutuhkan strategi hold sampai menunggu penjualan dimana harga saham benar-benar naik.

Saham seperti apa yang cocok dilakukan strategi buy and hold ??
Saham dengan fundmental bagus berdasarkan analisa keuangan perusahaan atau jika belum kompeten melakukan perhitungan maka bisa memilih saham blue chips yang sudah terindeks LQ45. Dengan strategi akumulasi buy and hold maka prinsipnya sama seperti menabung sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit dan tentunya jika investasi di saham blue chips maka return yang didapatkan akan melebihi dari semua instrument investasi lainnya.

Bagaimana penerapan yang harusnya dilakukan untuk strategi buy and hold ??
Prinsip utama yang harus dipegang oleh investor adalah diversifikasi yaitu meratakan di semua lini investasi, maksudnya jika memilih saham sebagai sarana investasi maka jangan memilih 1 saham saja namun memilih setidaknya >3 saham dengan sektor yang berbeda-beda misalnya konstruksi, consumer good dan perbankan. Mengapa demikian ?? karena pergerakan harga saham berubah-ubah tergantung kondisi ekonomi, politik dan sosial baik nasional maupun global dan kita tidak tahu prospek bidang apa yang terbaik di tahun mendatang. Setelah melakukan diversifikasi maka mulai melakukan buy ketika harga wajar dan terus melakukan buy seperti pada strategi average down.

Apakah strategi buy and hold terbukti efektif ??
Sangat terbukti, karena di dalam investasi saham tidak ada yang namanya rugi namun adanya istilah tertahan (hold). Jika saham masih tertahan maka modal belum bisa dikatakan rugi (loss) kecuali kalau saham sudah terjual dibawah harga beli. Investasi saham sangat berbeda dengan investasi/trading forex dimana forex jika sudah dibeli dan investasi terus dibawa turun oleh pasar maka uang akan hilang sedangkan investasi saham tidak akan pernah hilang namun sekedar tertahan. Oleh karena itu, pemerintah me-legalkan investasi ini karena tidak pernah merugikan investor.

Apakah penulis juga menerapkan strategi buy and hold ??
Ya benar, penulis melakukan strategi tersebut untuk konstruksi yang diprediksi di masa mendatang memberikan prospek yang menggiurkan yaitu sektor consumer good, konstruksi dan telekomunikasi. Strategi yang diterapkan adalah kebalikan rekomendasi dari market, dimana ketika IHSG turun penulis melakukan akumulasi buy terus-menerus sampai akhirnya tercapai average down dan sesudah beberapa bulan sekiranya return sudah mencapai >15% sebagian bisa dijual dan sebagian digunakan untuk investasi jangka panjang. Mengapa sebagian saham harus dijual ?? karena didalam pergerakan saham ada naik-turun, sehingga nanti penulis akan membeli kembali saham tersebut ketika low price dan dari aktifitas tersebut penulis sudah mendapatkan capital gain dan mendapatkan saham kembali seperti semula.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Perbedaan Carbon Steel, Stainless Steel dan Galvanis Steel

Diposting oleh On Sunday, January 27, 2019

"Steel" adalah "baja" yaitu campuran besi (Fe) dan pengotornya sehingga menjadi paduan logam (alloy). Fe di alam tidak bisa didapatkan dengan sendirinya dan harus melalui proses pemurnian dengan pemisahan dari pengotornya. Fe merupakan unsur terbanyak dialam dan sangat berguna dalam bidang teknik konstruksi. Berikut macam-macam steel :
  • Carbon Steel (CS)
Komposisi senyawa CS adalah : Fe3C + Mn, S, P (Si) dengan kandungan standar umum Carbon (C) ≤2% namun untuk keperluan konstruksi lain, Carbon Steel dibedakan menjadi 3 yaitu :
  1. Carbon (C) rendah ---> jika kandungan C ±0.25%
  2. Carbon (C) sedang ---> jika kandungan C ±0.4%
  3. Carbon (C) tinggi ---> jika kandungan C ±2%
Semakin tinggi C maka sifat baja adalah lunak, mudah ditekuk namun sifat strength menurun
  • Stainless Steel (SS)
"Stain" artinya kotoran dan "less" artinya minim/kurang sehingga diartikan Carbon Steel yang minim pengotor. Bagaimana cara meminimalkan pengotor ?? yaitu dengan menambahkan unsur paduan lain ketika proses peleburan (casting) agar sifat properties yang diinginkan bisa muncul di paduan. Komposisi senyawa SS adalah Fe3C + Mn, S, P (Si) + Cr, Ni. Unsur Cr dan Ni memiliki sifat tahan karat dan menambah nilai estetika yaitu mengkilap dan mudah dibersihkan dari pengotor yang menempel sehingga aplikasi sering digunakan pada bidang kesehatan, kosmetik dan makanan. Kandungan Cr yang diijinkan adalah minimal 12%.

BACA JUGA : Macam-Macam Stainless Steel



Diagram perbandingan antara macam-macam stainless steel (SS) sebagai berikut :
  • Galvanized Steel
Adalah Carbon Steel yang dilapisi Zinc (Zn) dengan komposisi senyawa adalah Fe3C + Mn, S, P (Si) + Zn. Proses pembuatannya adalah Zn cair dipanaskan pada suhu 435-440 degC kemudian Carbon Steel (CS) dicelupkan dengan cepat. Proses pencelupan bisa dilakukan berulang-ulang untuk membentuk lapisan Zn berlapis-lapis sesuai kebutuhan aplikasi.

Apakah pipa galvanis sama dengan galvalum ??
Tidak sama, galvalum adalah galva (Zn) + alum (Al) dengan kandungannya adalah 55% Al, 43.5% Zn dan 1.5% Si. Galvalum berarti Alumunium dilapisi Zinc untuk menambah anti karat dan aplikasi umumnya di rangka perumahan karena sifatnya yang ringan, tahan karat namun kuat.

Kutip Artikel ini sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2019). Perbedaan Carbon Steel, Stainless Steel dan Galvanis Steel. www.caesarvery.com. Surabaya

Referensi
[1] Feriyanto, Y.E. (2018). Training ASME PTC Material. Yogyakarta

Strategi Bottom Fishing-Buy Low Sell High (Membeli Ketika Harga Murah dan Menjual Ketika Tinggi)

Diposting oleh On Friday, January 25, 2019

Bottom Fishing adalah strategi memancing saham pada harga bawah. Strategi ini mirip dengan "buy low-sell high" dan memang inilah yang harus dilakukan oleh investor jangka panjang dalam men-deposit-kan hartanya sehingga lambat laun uang-nya akan berkembang karena diputar untuk modal bisnis perusahaan.
Sumber Gambar : www.blogs.wsj.com
Mengapa harus memakai strategi bottom fishing ??
Karena didalam pergerakan saham ada 3 istilah yang umum yaitu bullish, bearish dan sideways. Ketika bearish dan mencapai support terbawah tentunya harga akan memantul kembali ke harga atas sehingga seorang investor berlomba-lomba menemukan dimana letak titik support ketika bearish. Seni yang dipakai untuk mencari titik tersebut dinamakan analisa teknikal menggunakan pendekatan fibonacci. Pergerakan harga saham akan terus berpola sama yaitu ketika naik tajam (bullish) maka pada waktunya akan jenuh dan mencapai titik teratas (resistance) kemudian stagnan pada beberapa periode tertentu (sideways) dan seketika akan turun tajam (bearish) karena sentimen negatif dan kurang percaya diri terhadap kondisi ekonomi sampai mencapai level terendahnya (support).

Bagaimana cara mengetahui waktu yang tepat ketika investor harus memakai strategi tersebut ??
Melihat tujuan investasi dahulu apakah jangka panjang atau pendek, melihat analisa fundamental perusahaan apakah harga masih wajar atau sudah tinggi, melihat produk yang dihasilkan apakah kompetitif di masa yang datang atau tidak dan melihat tipe investor apakah risk aversion atau risk preference. Investor dengan tipe risk preference (suka resiko) maka akan membeli pada kebalikan rekomendasi diluar seperti ketika IHSG turun atau ketika harga saham sedang bearish dan berharap menemukan titik support dimana harga saham dinilai sangat murah. Sedangkan investor tipe risk aversion (menjauhi resiko) akan selalu follow the giant dimana akan mengikuti rekomendasi diluar dan apa yang dilakukan oleh bandar atau akan membeli ketika IHSG sudah memantul dari titik support-nya dan sedang menuju fase bullish.

Saham seperti apa yang tepat dilakukan strategi bottom fishing ??
Saham PBV yang masih undervalue cocok digunakan untuk strategi ini, karena potensi volatile-nya yang masih tinggi dengan return yang besar. PBV (price to book value) adalah perbandingan harga saham di pasaran terhadap harga normalnya berdasarkan kondisi keuangan perusahaan. PBV overvalue maupun undervalue belum sepenuhnya bisa untuk men-judge apakah perusahaan dalam kategori wajar, mahal atau murah karena diluar faktor yang dapat dilihat dan terukur seperti laporan keuangan dan market yang besar (faktor tangible). Disamping faktor tersebut, masih terdapat faktor intangible yang tidak bisa terukur seperti aset merk, aset terkenal di pasar dan aset kepercayaan publik untuk bertahan di kondisi apapun. Bandar/investor pada umumnya menyerbu saham lapis 2 dan 3 untuk trading karena bisa memberikan tingkat imbal hasil yang umumnya lebih cepat dibandingkan saham blue chip yang pergerakannya sedikit lebih lambat.

Apakah penulis pernah menggunakan strategi bottom fishing ??
Pernah, pada saham GIAA, SKRN, FILM dan KPAS dimana ketika dibeli dikisaran harga gopek dan dalam tempo <1 minggu naik >15%. Analisa yang digunakan ketika itu adalah PBV yang undervalue, terlebih berita terkini memberitahukan terdapat informasi positif terhadap ekspansi perusahaan sehingga bisa dipastikan peluang perusahaan di masa mendatang akan berkembang.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Perhitungan Efisiensi Boiler PLTU Menurut ASME PTC 4.1 - Metode Indirect or Heat-Loss (2 of 2)

Diposting oleh On Tuesday, January 22, 2019

Metode INDIRECT atau HEAT-LOSS adalah metode selain direct/input-output dengan menyempurnakan kekurangan yang ada kemudian memberikan perhitungan detail tentang asal losses yang mungkin terjadi.

Berikut disampaikan detail metode heat-loss berdasarkan ASME PTC 4-1:
Poin yang bisa disimpulkan adalah :
  • Efisiensi boiler heat loss method = 100% - (Σlosses)
  • Data yang digunakan sangat kompleks untuk menunjang per item losses yang terjadi dan memperhitungkan asal losses
  • Perhitungan yang ada di artikel ini lebih ditekankan di PLTU bahan bakar batubara dengan kapasitas <100 MW dimana CBD tidak full open, tidak ada reheater boiler
  • Rumusan heat loss masih belum dibagi gross caloric value (GCV) coal yang terbakar menurut perhitungan ASME PTC 4-1, namun supaya hasil sudah dalam %heat loss maka di artikel ini disampaikan rumus yang berbeda (sudah membagi dengan GCV coal)
Perhitungan awal metode heat loss :

1. Kebutuhan Udara Teoritis Pembakaran Sempurna (kg udara/kg coal)
Rumus, [(11.6 x C) + 34.8 (H- O2/8) + (4.35 x S)] / 100
Keterangan :
Nilai analisa batubara C, H2, O2 diisikan dalam %v/v langsung

2. Kebutuhan CO2 Teoritis (%)
Rumus, 
%CO2= [mol C] / [mol N2 + Mol C]
Dimana,
Mol N2 = [wt N2 in theoritical air/mol wt N2] + [wt N2 in coal/mol wt N2]
Mol C = (%C di coal/100)/12

3. Excess Air (%)
Rumus, 7900 x [(CO2%)t-(CO2%)a] / (CO2%)a x [100 - (CO2 %)t]
Keterangan
CO2%)t : teoritis (berdasarkan perhitungan stoikiometri)
CO2%)a : aktual (berdasarkan pengukuran di flue gas

4. Aktual Massa Udara (kg/kg coal)
Rumus, [1 + Excess Air/100] x udara teoritis

5. Aktual Massa Dry Flue Gas (kg/kg coal)
Rumus, mass of CO+ mass of N2 in coal + mass of Nin the combustion + mass of Oin flue gas

Beberapa macam losses yang terjadi:
1. Heat Loss Due to Unburned Carbon in Dry Ash (batubara/carbon yang tidak terbakar dan masih terdapat di sistem pembuangan)
Poin-poin yang dapat disimpulkan adalah:
  • Dry ash menurut ASME PTC 4.1 adalah ash pit, boiler hopper, economizer hopper, air heater hopper, dust collector hopper
  • Dry ash di PLTU diambil yang dominan saja menurut artikel ini yaitu bottom ash dan fly ash
  • %Heat loss karena unburned carbon = [(massa dry ash/coal terbakar) x GCV dry ash]/[GCV coal]
Rumus, %L uc = [(m dry ash/m coal) x GCV dry ash]/[GCV coal]
Sehingga jika terdapat 2 ash maka masing-masing dihitung dengan pembeda adalah massa dry ash diganti massa fly ash or massa bottom ash dan GCV dry ash diganti GCV fly ash or GCV bottom ash sesuai hasil analisa laboratorium.

BACA JUGAPerhitungan Efisiensi Boiler PLTU Menurut ASME PTC 4.1 - Metode Direct or Input-Output (1 of 2)

Jika tidak ada fasilitas laboratorium, bagaimana menentukannya ??
Dengan memakai perbandingan fly ash/bottom ash dan di ASME PTC ditentukan 10/90, kemudian efisiensi boiler diestimasi 70-80% (stocker) dan 80-85% (CFB) maka jika GCV coal diketahui dari COA supplier maka GCV total ash yang tidak digunakan adalah sisa efisiensi boiler. GCV total ash masih dimiliki oleh 2 ash yaitu fly ash dan bottom ash dengan melihat hasil ash content di proximate analysis coal maka bisa dihitung massa riil ash di coal yang terbakar. Nilai massa fly ash dan massa bottom ash didapatkan dari perkalian rasio ash dan massa riil ash dan dengan mengalikan GCV total ash akan didapatkan GCV masing-masing ash.

2. Heat Loss Due to Dry Flue Gas (panas yang terbuang sampai di flue gas)
Poin-poin yang dapat disimpulkan adalah:
  • % Heat loss karena dry flue gas = [(massa dry gas/massa coal terbakar) x heat specific dry flue gas x (T flue gas - T ambient)]/(GCV coal]
Rumus, %L dg = [(m dg/ m coal) x Cp dg x (Tfg - Ta)]/[GCV coal]
  • Dry flue gas menghilangkan kandungan H2O atau Hdi flue gas
Perhitungan massa dry gas (m dg) diawali dari analisa orsat (hasil flue gas analyzer) dimana hasil yang didapatkan dalam %v/v (volume) sehingga harus dibawa ke "mol" dahulu kemudian dibawa ke %w/w (berat) dengan melibatkan berat molekul masing-masing senyawa.
  • Cp dry flue gas, bisa dicari dari Tabel dibawah ini
Catatan : C/H adalah perbandingan di bahan bakar/coal, umumnya C/H bernilai 5-10 dan flue gas temperatur rata-rata 170-190 degC = 248.4- 284.4 F sehingga rata-rata Cp yang digunakan 0.23-0.25

3. Heat Loss Due to Moisture in Fuel (karena kelembaban/air di bahan bakar)
Poin-poin yang dapat disimpulkan adalah:
  • Moisture adalah kandungan H2O di COA batubara (proximate analysis)
  • m H2O adalah total moisture dari proximate analysis atau perhitungan stoikiometri ultimate analysis
  • Cp adalah specific heat superheated steam
Rumus, 
% heat loss due to moisture in coal = [m H2O coal per kg coal x {584+Cp x (Tf-Ta)}]/GCV coal

4.  Heat Loss Due to Moisture from H2 in Coal (karena kandungan H2 di bahan bakar)

Poin-poin yang dapat disimpulkan adalah:
  1. Moisture dari H2 di coal berikatan dengan O2 bisa membentuk H2O sehingga bersifat merugikan kandungan tersebut di batubara karena menurunkan nilai kalor
Rumus, 
% heat loss due to moisture from Hin coal = [8.936 x Hx{584+Cp x (Tf-Ta)}]/GCV coal

5. Heat Loss Due to Moisture in the Air (karena kandungan H2O di udara pembakaran)
Poin-poin yang dapat disimpulkan adalah:
  • Udara pembakaran yang mengandung H2O berlebih akan menurunkan tigkat pembakaran sehingga kalori bahan bakar ikut turun
  • Humidity factor didapatkan dari pembacaan grafik wet dry bulb (seperti Tabel dibawah)
Rumus,
%heat loss due to moisture in air : [(aktual massa udara x humidity factor x Cp x (Tf-Ta)]/GCV coal
Keterangan : temperatur ambient normal adalah 30-31 degC sehingga di kordinan X dipilih kemudian mengikuti garis lengkung sampai keatas dan humidity factor sekitar 0.020-0.021

6. Heat Loss Due to Atomizing Steam
Poin-poin yang dapat disimpulkan adalah:
  • Di PLTU batubara kapasitas kecil <100 MW umumnya tidak memakai heat loss ini karena tidak ada atomizing steam
7. Heat Loss Due to CO (pembentukan CO berarti pembakaran tidak sempurna)

Poin-poin yang dapat disimpulkan adalah :
Rumus, %Heat loss due to CO : [(%CO x C)/(%CO + %CO2)] x [5744/GCV coal]

8. Heat Loss Due to Unburned H

Poin-poin yang dapat disimpulkan adalah:
  • Flue gas analyzer umumnya tidak menyertakan parameter H2 sehingga tidak masuk perhitungan untuk PLTU batubara 
9. Heat Loss Due to Unburned Hydrocarbon 
Poin-poin yang dapat disimpulkan adalah:
  • Pada umumnya unburned hydrocarbon dan hydrogen sudah masuk di perhitungan dry ash (fly ash & bottom ash)
10. Heat Loss Due To Radiation and Convection
Poin-poin yang dapat disimpulkan adalah:
  • Selama pembakaran di boiler, terdapat heat yang hilang karena proses radiasi dan konveksi ke ambient
Rumus, {0.548 x [(Ts/55.55)^4 - (Ta/55.55)^4] + 1.957 x (Ts-Ta)^1.25 x sqrt of [(196.85 x Vm + 68.9)/68.9]} x 0.86 x surface boiler area / (GCV coal x m coal)
  • Perhitungan tersebut membutuhkan luasan boiler dan kecepatan angin (Vm)
Kutip Artikel ini sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2019). Perhitungan Efisiensi Boiler PLTU Menurut ASME PTC 4.1 - Metode Indirect or Heat-Loss, Best Practice Experience in Power Plant. www.caesarvery.com. Surabaya

Referensi: 
[1] Feriyanto, Y.E. (2018). Training ASME PTC 4.1. Yogyakarta
[2] Feriyanto, Y.E. (2019). Audit Energi. Surabaya
[3] Feriyanto, Y.E. (2020). Best Practice Experience in Power Plant. Surabaya

Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi KLIK

Analisa FUNDAMENTAL Perusahaan untuk Pertimbangan Beli Saham

Diposting oleh On Friday, January 18, 2019

Analisa Fundamental adalah analisa terhadap dasar-dasar dari perusahaan mulai dari aset, sistem kinerja dan pengelolaan serta prediksi berkembang di masa depan. Pada umumnya investor jangka panjang akan melakukan analisa fundamental perusahaan untuk menginvestasikan hartanya. Analisa ini menjadi sangat penting karena didalam sebuah bisnis tentunya bisa untung dan rugi sehingga investor harus jeli melihat secara statistik laporan keuangan perusahaan yang mencerminkan laporan seluruh aktivitas di perusahaan terbuka.

BACA JUGA : Analisa Perusahaan Rokok Go-Public di Indonesia

Macam-macam parameter di analisa fundamental perusahaan adalah :
  1. EPS (Earning Per Share) : laba per lembar saham yang beredar. Nilai EPS yang besar menunjukkan dividen yang dibagikan ke investor besar sehingga indikasi perusahaan memiliki profit yang besar dengan tingkat pengembalian (return) yang menggiurkan 
  2. PER (Price to Earning Ratio) : harga saham dibandingkan dengan EPS. Artinya adalah harga saham yang ada bisa menyamai tingkat pengembaliannya melalui dividen yang diberikan
  3. PBV (Price to Book Value) : price (harga saham update per lembar) dan book value (asset bersih sesudah dikurangi liabilitas per lembar saham). Nilai ini memberikan indikasi apakah harga saham sekarang overvalue (>1) atau undervalue (<1). PBV mengindikasikan apakah uang investor akan kembali seandainya perusahaan dijual (likuidasi)
  4. ROE (Return on Equity) : laba bersih per ekuitas. Ekuitas ini adalah modal keseluruhan (perusahaan + dari investor) sehingga dengan adanya ROE ini berarti menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan besarnya laba per modal yang ada
  5. DER (Debt to Equity Ratio) : rasio hutang terhadap modal yang mengindikasikan seberapa banyak hutang perusahaan terhadap aset yang mereka miliki. Semakin tinggi berarti semakin buruk perusahaan karena banyak hutang daripada pemasukan



Berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan tersebut, bisa disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
  1. EPS : 3470 ---> menunjukkan deviden yang dibagikan ke investor
  2. PER : price (82000), EPS (3470) sehingga PER = 82000/3470 = 23.63 ---> menunjukkana harga wajar saham
  3. PBV : price per lembar (82000), book value atau ekuitas bersih per lembar saham (55 trilyun - 25 trilyun = 30 trilyun/2.3 milyar saham = 13043) sehingga PBV = 82000/13043 = 6.29 ---> menunjukkana harga wajar saham
  4. ROE : laba bersih (6.7 trilyun), ekuitas (25 trilyun) sehingga ROE = 6.7 trilyun/25 trilyun = 0.268 ---> menunjukkan tingkat pengembalian
  5. DER : debt (25 trilyun), ekuitas (30 trilyun) sehingga DER = 25 trilyun/30 trilyun = 0.83 ---> menunjukkan hutang perusahaan cukup rendah
Mengapa dalam analisa fundamental harus menggunakan semua parameter tersebut ??
Karena bisa jadi suatu saham misalnya A dan B jauh berbeda menurut parameter PBV dimana saham A sangat tinggi (>5) sedangkan saham B rendah (<1). Kita tidak bisa judge langsung bahwa saham A tidak layak dibeli karena bisa jadi saham A dinilai investor memang memiliki kekuatan brand dan pasar yang sangat bagus dalam jangka panjang misalnya sektor consumer good, perbankan dan infrastruktur. Sedangkan saham B dengan PBV rendah karena memang kondisi keuangan perusahan yang kurang bagus serta produknya di masa depan yang diprediksi lambat berkembang. Berdasarkan hal tersebut maka parameter lain harus diikutkan misalkan ROE dan PER sehingga dengan data tambahan tersebut bisa untuk men-judge mengapa PBV saham bernilai sedemikian.

Analisa fundamental digunakan untuk apa dan siapa ??
Digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi jangka panjang oleh investor sehingga dengan hanya bermodal 5 parameter tersebut seorang sudah bisa menempatkan diri sebagai smart investor yang tidak hanya mengandalkan rekomendasi dari berita dan broker. Dengan begitu, seorang investor bisa tenang berinvestasi untuk tabungan kelak karena memiliki landasan yang kuat.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Perhitungan Efisiensi Boiler PLTU Menurut ASME PTC 4.1 - Metode Direct or Input-Output (1 of 2)

Diposting oleh On Tuesday, January 15, 2019

ASME  adalah American Society of Mechanical Engineer, yaitu suatu perkumpulan standard oleh para ahli teknik mesin di Amerika untuk berbagai bidang di seputar mechanical engineering.
PTC adalah power test code, yaitu standard di bidang energi dan salah satunya adalah steam generator atau boiler
Sebenarnya ASME adalah produk turunan dan berikut sejarahnya:
Induk standar di Amerika adalah ASTM (American Standard Testing and Material) dan memiliki 3 turunan standard yaitu :
  1. ASM (Americal Standard Material) kemudian memiliki turunan lagi yaitu AISI (American Iron and Steel Institute)
  2. ASME (American Society of Mechanical Engineer) kemudian memiliki turunan lagi yaitu SAE (Society of Automotive Engineer) dan PTC (Power Test Code)
  3. API (American Petroleum Institute) kemudian memiliki turunan lagi yaitu RBI (Risk Based Inspection)
EFISIENSI : perbandingan energi aktual dengan standard 

Berdasarkan ASME PTC 4-1 terdapat 2 metode untuk menghitung efisiensi boiler yaitu :
  • METODE DIRECT / INPUT-OUTPUT
Efisiensi : heat output/heat input
Kelebihan Metode Input-Output:
  • Perhitungan cepat
  • Membutuhkan sedikit parameter perhitungan dan peralatan pengukuran
Kekurangan Metode Input-Output :
  • Tidak memberikan root cause asal penyebab nilai efisiensi
  • Tidak menghitung berbagai kerugian yang mungkin terjadi
  • Perhitungan bisa keliru jika uap masih mengandung banyak uap air
  • METODE INDIRECT / HEAT LOSS
Efisiensi : 100% -(Σ%losses)

Berikut kutipan di jurnal ASME PTC 4-1:




Berikut dikupas perhitungan 2 metode tersebut:

1. DIRECT METHOD / INPUT-OUTPUT METHOD
Poin-poin yang bisa didapatkan adalah: 
Efisiensi boiler : [(heat output superheater + heat output desuperheater)/(gross caloric value x flow rate coal)] + [(heat output reheater + heat output reheat spray water + heat output blowdown) / (gross caloric value x flow rate coal))]

Keterangan:
  • Heat output superheater (steam kering yang siap digunakan untuk menggerakkan turbine) : berat uap x (h superheater- h feed water inlet)
Rumus : ho = wu x (h sh - h fw)
  • Heat output desuperheater (berfungsi menurunkan temperatur superheater agar bisa dinaikkan lagi tekanannya dengan menambah panas sehingga pada kondisi ini terdapat heat yang keluar dan dihitung sebagai output ) : flow spray DSH x (h superheater - h spray DSH)
Rumus : ho = wDSH x (h sh - h DSH) 
  • Heat output reheater (umumnya terdapat di PLTU besar dengan turbine 3 stage yaitu high, medium dan low pressure sedangkan untuk PLTU kecil <100 MW ex Luar Jawa tidak ada sehingga bisa dihilangkan faktor ini) : berat reheat x (h reheater outlet - h reheater inlet)
  • Heat output reheat spray water : flow spray water reheat x (h reheater outlet - h spray water reheat)
  • Heat output blowdown (digunakan jika sistem blowdown dioperasikan terus-menerus sehingga terdapat heat yang terbuang) : flow blowdown x (h blowdown - h feed water inlet)
  • Gross caloric value (GCV) adalah nilai bruto bahan bakar yang digunakan atau lebih terkenal disebut higher heating value (HHV) yaitu nilai kalor tertinggi bahan bakar 
  • Nilai enthalphy (h) didapatkan dari pembacaan Tabel Superheated Steam dan Saturated Steam pada P&T operasi dengan teknik Interpolasi atau lebih gampang menggunakan software khusus dengan menambahkan "add-ins di excel". Catatan superheated sudah kering, sedangkan feed water adalah saturated liquid


Poin-poin yang bisa didapatkan adalah:
  • Jika terdapat properties yang berbeda misalkan dari volume konstan ke tekanan konstan maka bisa dikonversi sesuai perhitungan di ASME PTC tersebut
  • Jika bahan bakar yang digunakan adalah gas/BBM dengan sistem pemanasan awal (preheater) maka juga memerlukan perhitungan tersendiri
  • Bahan bakar yang digunakan terlalu moisture maka juga harus diperhitungkan
  • Untuk PLTU batubara kapasitas kecil <100 MW tanpa reheater maka cukup rumusan yang dipaparkan diatas untuk analisa metode direct/input-output
Dalam memanaskan air (feed water) menjadi uap kering (superheated) didapatkan perubahan fase sebagai berikut :
  • Tahap-1. Feed water pada T=15.5 degC dipanaskan sampai mendidih di T=100 degC dengan memanfaatkan sensible heat
  • Tahap-2. Air yang mendidih kemudian tetap dipanaskan dan menyebabkan perubahan fase dengan memanfaatkan latent heat dan didapatkan saturated steam
  • Tahap-3. Saturated steam terus dipanaskan sampai 150 degC pada tekanan tetap 1 bar dan berubah menjadi superheated steam
  • Kesimpulan : jika memanaskan air terus-menerus pada tekanan tetap (misal 1 bar) maka pada T=150 degC air akan berubah menjadi superheated steam (bisa dilihat dari Tabel Uap-Air) sedangkan aplikasi di lapangan sangat sulit membuat sistem tertutup dengan tekanan tetap dan pasti membutuhkan temperatur yang lebih tinggi lagi ketika ingin mencapai superheated steam. Kelemahan superheated steam yang dihasilkan pada 1 bar ini adalah tekanan terlalu kecil jika digunakan untuk menggerakkan turbine sehingga membutuhkan treatment lanjutan dimana tekanan dibuat besar sehingga berimbas pada kenaikan temperatur untuk mencapai titik superheated steam. Perbandingan P dan T inilah yang dilakukan oleh engineer untuk mengoperasikan boiler agar bisa digunakan untuk menggerakkan turbine.
Kutip Artikel ini sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2019). Perhitungan Efisiensi Boiler PLTU Menurut ASME PTC 4.1 - Metode Direct or Input-Output, Best Practice Experience in Power Plantwww.caesarvery.com. Surabaya

Referensi
[1] Feriyanto, Y.E. (2018). Training ASME PTC 4-1. Yogyakarta
[2] Feriyanto, Y.E. (2019). Audit Energi. Surabaya
[3] Feriyanto, Y.E. (2020). Best Practice Experience in Power Plant. Surabaya

Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi KLIK

Strategi Wait and See (Menunggu dan Melihat Pergerakan Harga Saham)

Diposting oleh On Friday, January 11, 2019

Wait and See adalah strategi yang sudah umum dilakukan di dunia pasar modal saham. Strategi tersebut menganjurkan investor untuk menunggu dan melihat perkembangan keuangan tanah air maupun global untuk memutuskan aksi beli dan jual. Strategi ini berhubungan dengan melakukan riset terhadap analisa fundamental dan teknikal perusahaan agar bisa menentukan entry point pada harga saham yang wajar. Hal ini karena jika investor salah masuk di harga yang masih mahal maka akan membutuhkan waktu lama untuk dapat profit atau bahkan harus menerapkan strategi lain seperti average down untuk menurunkan harga akumulasi buy-nya.

BACA JUGA : Strategi Average Down

Sumber Gambar : www.sis.mob.org
Mengapa harus menggunakan strategi wait and see ??
Karena dunia pasar modal saham sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi/keuangan global karena investor berasal dari berbagai negara walaupun terbesar di BEI adalah investor Indonesia. Strategi tersebut digunakan untuk menganalisa apakah bandar saham sedang menggoreng saham atau memang benar-benar investasi karena fundamental perusahaan bagus. Perlu diwaspadai juga, kenaikan harga saham yang drastis bisa disebabkan juga karena ada moment emiten akan melakukan aksi korporasi atau pembagian deviden. Sangat penting bagi seorang investor untuk belajar tentang bandarmology yaitu ilmu yang mempelajari aktifitas yang dilakukan oleh bandar seperti akumulasi dan distribusi. Ketika bandar sedang akumulasi maka harga saham akan terkerek naik sedangkan ketika distribusi berarti bandar sedang menjual ke retail saham dan harga perlahan akan turun.

BACA JUGA : Strategi Cut Loss

Tahun 2019, strategi apa yang cocok digunakan ??
Pesta demokrasi di Indonesia dilakukan Bulan April 2019 dan menurut analisa para ahli siklus 5-10 tahunan akan terus berulang dimana tahun 1998 terjadi krisis moneter dengan jatuhnya rezim orde baru, kemudian tahun 2008 terjadi inflasi yang besar yang menyebabkan emiten banyak yang berguguran, tahun 2010 sektor pertambangan juga mulai goyah dan diprediksi tahun 2019 juga terjadi penurunan nilai IHSG karena terdapat gejolak politik selama masa pesta demokrasi. Dengan berdasarkan analisa tersebut, para ahli menyarankan strategi wait and see untuk berinvestasi dan menunggu keadaan ekonomi-politik sudah membaik.

Sektor apa yang direkomendasikan di tahun 2019 ??
Saran penulis dan juga inline dengan para ahli diluar yaitu sektor konstruksi dan consumer good adalah yang paling bersinar dan tentunya dilakukan ketika pesta demokrasi sudah dilaksanakan dan kondisi negara sudah kondusisif. Sektor konstruksi meliputi JSMR, PTPP, WSKT sedangkan consumer good meliputi UNVR, GOOD, INDF, ICBP. Sektor perbankan merupakan alternatif pilihan juga karena program FINTECH yang terus digencarkan dan program CASHLESS yang hampir wajib di semua lini transaksi. Sektor perbankan yang direkomendasikan adalah BBCA, BBNI, BBRI, BMRI, BBTN.

BACA JUGA : Mengapa Harga Saham Naik-Turun

Strategi wait and see seperti apa nanti yang harus dilakukan ??
Bulan 1-4 tahun 2019, melihat pergerakan nilai IHSG apakah akan terus naik atau cenderung volatile dan sebaiknya membeli saham-saham blue chips karena sewaktu-waktu terjadi kondisi ekonomi yang tidak kondusif maka saham tersebut akan berdampak tidak signifikan terhadap modal yang diinvestasikan. Saham blue chips berarti saham yang memiliki kapitalisasi pasar yang besar, diminati banyak investor dan menjadi penggerak harga saham. Sektor yang banyak direkomendasikan oleh para analis diluar ketika ekonomi kurang baik namun masih aman untuk investasi adalah sektor consumer good dan construction.

Strategi apa yang dilakukan penulis memasuki tahun 2019 ??
Saham yang mengendap di tahun 2018 dan bukan blue chips akan terus dilakukan strategi average down sampai akhirnya bisa segera dijual dan wait and see untuk investasi kembali dengan melihat beberapa parameter di analisa fundamental. Sedangkan saham yang sudah masuk blue chips akan terus disimpan karena penulis yakin dengan kondisi keuangan apapun masih akan terus bertahan.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Pilih Mana : EC Plant, NaOCl 10-12%, Copper Ion, Non-Oxidizing atau Gas Chlor

Diposting oleh On Monday, January 07, 2019

Anti-Biofouling Agent adalah teknologi yang digunakan untuk menghambat pengerakan / pertumbuhan biota di sistem peralatan terutama di jalur perpipaan atau tube. Sistem bisa berupa penggunaan chemical, mechanical atau physical dengan target utama adalah fouling tidak terjadi. Anti-biofouling diinjeksikan di intake water sehingga air umpan ditujukan terbebas dari pertumbuhan biota. Teknologi yang umum digunakan di sistem pre-treatment water seperti tertera dibawah ini:


1. Electrochlorination (EC) Plant

Kelebihan adalah :
  • Tipe oxidizing agent familiar di PLTU pada umumnya dan terbukti efektif contohnya injeksi chlorine
  • Injeksi kontinyu dimungkinkan lebih efektif daripada sistem batch untuk area intake water yang kecil karena kurangnya residence time untuk bereaksi
  • Sistem kontrol injeksi lebih mudah dilakukan karena terdapat online analyzer dan tangki penampung dari PE/PP
  • Produksi bisa dilakukan kapanpun dengan tidak tergantung bahan baku
Kekurangan adalah :
  • Membutuhkan biaya cukup besar di awal investasi meliputi electrolyzer, tangki penampung, blower, acid cleaning system, rectifier, instrumentation dan control panel
  • Air umpan yang digunakan harus memenuhi sistem operasi elektrolisis misalnya parameter kualitas air salinitas, conductivity dan chloride
  • Jika kondisi air umpan kurang memenuhi syarat maka modifikasi sistem seperti penambahan garam, penambahan jumlah seri electrolyzer akan menambah biaya yang keefektifan-nya belum cukup teruji di lapangan karena masih sedikit yang meng-aplikasikannya

2. Pembelian NaOCl Cair 10-12% 

Kelebihan adalah:
  • Tidak terbebani sistem produksi dan maintenance
  • Lebih ramah untuk operator dan lingkungan 
  • Keefektifan lebih bisa terjamin karena dengan sistem injeksi kontinyu membuat biota tidak memiliki kesempatan untuk berlembangbiak karena intake water full beracun
Kekurangan adalah:
  • Akumulasi biaya dalam jangka panjang sangat mahal
  • Ketergantungan dengan vendor penyedia bahan NaOCl cair dan jika terdapat keterlambatan akan berpengaruh besar terhadap kerusakan tube condenser
  • Sistem peralatan dozing cukup banyak seperti tangki concentrate, tangki dillute, pompa dan sistem perpipaan
3. Sistem Non-Oxidizing Agent

Kelebihan adalah:
  • Biaya yang dikeluarkan di awal cukup kecil
  • Lebih ramah untuk operator dan lingkungan 
  • Sistem dozing simple
Kekurangan adalah:
  • Akumulasi biaya dalam jangka panjang cukup mahal
  • Analisa dosis yang digunakan memerlukan reagent khusus dan kurang familiar
  • Untuk sistem intake water area yang kecil kurang cocok diaplikasikan
  • Masih jarang diaplikasikan di sebagian besar PLTU di Indonesia
4. Teknologi Copper Ion

Kelebihan adalah:
  • Cukup efektif dalam operasinya karena sistem membuat racun di intake water
  • Peralatan simple yaitu electrode, rectifier dan control panel
  • Minim maintenance
Kekurangan adalah:
  • Biaya pemasangan awal cukup mahal
  • Jarang diaplikasikan di PLTU
  • Consummable cupper metal (electrode) per tahun cukup mahal
5. Sistem Gas Cl2 atau ClO2

Kelebihan  adalah:
  • Sangat efektif dalam mematikan biota laut, karena gas sangat beracun
Kekurangan adalah:
  • Jika menggunakan reactor untuk menghasilkan gas tersebut maka bahan baku kimia sulit didapatkan karena terindikasi bahan precursor
  • Jika membeli dalam tabung khusus maka harga mahal, berbahaya, beracun dan transportasi susah
  • Biaya mahal
  • Cukup berbahaya untuk operator dan lingkungan karena gas beracun
BACA JUGA: Anti-Biofouling Agent Oxidizing dan Non-Oxidizing

Terdapat perbedaan pemilihan teknologi yang tepat sebagai injeksi di intake water sebagai berikut:
  • Air payau dan air laut berbeda dalam hal salinitas sebagai bahan baku produk elektrolisis
  • Luasan area intake water, dimana sistem yang kontinyu akan cocok untuk luasan berapapun
  • Minim engineer maintenance cocok untuk teknologi yang tidak membutuhkan pemantauan dengan memilih teknologi dengan sistem yang hanya berkurang anoda-nya
  • Area aplikasi jauh dari jangkauan manusia maka sistem gas adalah yang paling cocok
  • Seluruh aplikasi kurang cocok dan terbukti masih ditumbuhi biota, sehingga sistem yang paling cocok adalah beli chemical jadi dan sistem gas
Kutip Artikel ini sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2019). Pilih Mana : EC Plant, NaOCl 10-12%, Copper Ion, Non-Oxidizing atau Gas Chlor, Best Practice Experience in Power Plant. www.caesarvery.com. Surabaya

Referensi:
[1] Feriyanto, Y.E. (2019). Pemilihan Teknologi Tepat untuk Anti-Biofouling Agent, Best Practice Experience in Power Plant. Surabaya

Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi KLIK