Trending Topik

Perhitungan Efisiensi Boiler PLTU Menurut ASME PTC 4.1 - Metode Indirect or Heat-Loss (2 of 2)

Diposting oleh On Tuesday, January 22, 2019

Metode INDIRECT atau HEAT-LOSS adalah metode selain direct/input-output dengan menyempurnakan kekurangan yang ada kemudian memberikan perhitungan detail tentang asal losses yang mungkin terjadi.

Berikut disampaikan detail metode heat-loss berdasarkan ASME PTC 4-1:
Poin yang bisa disimpulkan adalah :
  • Efisiensi boiler heat loss method = 100% - (Σlosses)
  • Data yang digunakan sangat kompleks untuk menunjang per item losses yang terjadi dan memperhitungkan asal losses
  • Perhitungan yang ada di artikel ini lebih ditekankan di PLTU bahan bakar batubara dengan kapasitas <100 MW dimana CBD tidak full open, tidak ada reheater boiler
  • Rumusan heat loss masih belum dibagi gross caloric value (GCV) coal yang terbakar menurut perhitungan ASME PTC 4-1, namun supaya hasil sudah dalam %heat loss maka di artikel ini disampaikan rumus yang berbeda (sudah membagi dengan GCV coal)
Perhitungan awal metode heat loss :

1. Kebutuhan Udara Teoritis Pembakaran Sempurna (kg udara/kg coal)
Rumus, [(11.6 x C) + 34.8 (H- O2/8) + (4.35 x S)] / 100
Keterangan :
Nilai analisa batubara C, H2, O2 diisikan dalam %v/v langsung

2. Kebutuhan CO2 Teoritis (%)
Rumus, 
%CO2= [mol C] / [mol N2 + Mol C]
Dimana,
Mol N2 = [wt N2 in theoritical air/mol wt N2] + [wt N2 in coal/mol wt N2]
Mol C = (%C di coal/100)/12

3. Excess Air (%)
Rumus, 7900 x [(CO2%)t-(CO2%)a] / (CO2%)a x [100 - (CO2 %)t]
Keterangan
CO2%)t : teoritis (berdasarkan perhitungan stoikiometri)
CO2%)a : aktual (berdasarkan pengukuran di flue gas

4. Aktual Massa Udara (kg/kg coal)
Rumus, [1 + Excess Air/100] x udara teoritis

5. Aktual Massa Dry Flue Gas (kg/kg coal)
Rumus, mass of CO+ mass of N2 in coal + mass of Nin the combustion + mass of Oin flue gas

Beberapa macam losses yang terjadi:
1. Heat Loss Due to Unburned Carbon in Dry Ash (batubara/carbon yang tidak terbakar dan masih terdapat di sistem pembuangan)
Poin-poin yang dapat disimpulkan adalah:
  • Dry ash menurut ASME PTC 4.1 adalah ash pit, boiler hopper, economizer hopper, air heater hopper, dust collector hopper
  • Dry ash di PLTU diambil yang dominan saja menurut artikel ini yaitu bottom ash dan fly ash
  • %Heat loss karena unburned carbon = [(massa dry ash/coal terbakar) x GCV dry ash]/[GCV coal]
Rumus, %L uc = [(m dry ash/m coal) x GCV dry ash]/[GCV coal]
Sehingga jika terdapat 2 ash maka masing-masing dihitung dengan pembeda adalah massa dry ash diganti massa fly ash or massa bottom ash dan GCV dry ash diganti GCV fly ash or GCV bottom ash sesuai hasil analisa laboratorium.

BACA JUGAPerhitungan Efisiensi Boiler PLTU Menurut ASME PTC 4.1 - Metode Direct or Input-Output (1 of 2)

Jika tidak ada fasilitas laboratorium, bagaimana menentukannya ??
Dengan memakai perbandingan fly ash/bottom ash dan di ASME PTC ditentukan 10/90, kemudian efisiensi boiler diestimasi 70-80% (stocker) dan 80-85% (CFB) maka jika GCV coal diketahui dari COA supplier maka GCV total ash yang tidak digunakan adalah sisa efisiensi boiler. GCV total ash masih dimiliki oleh 2 ash yaitu fly ash dan bottom ash dengan melihat hasil ash content di proximate analysis coal maka bisa dihitung massa riil ash di coal yang terbakar. Nilai massa fly ash dan massa bottom ash didapatkan dari perkalian rasio ash dan massa riil ash dan dengan mengalikan GCV total ash akan didapatkan GCV masing-masing ash.

2. Heat Loss Due to Dry Flue Gas (panas yang terbuang sampai di flue gas)
Poin-poin yang dapat disimpulkan adalah:
  • % Heat loss karena dry flue gas = [(massa dry gas/massa coal terbakar) x heat specific dry flue gas x (T flue gas - T ambient)]/(GCV coal]
Rumus, %L dg = [(m dg/ m coal) x Cp dg x (Tfg - Ta)]/[GCV coal]
  • Dry flue gas menghilangkan kandungan H2O atau Hdi flue gas
Perhitungan massa dry gas (m dg) diawali dari analisa orsat (hasil flue gas analyzer) dimana hasil yang didapatkan dalam %v/v (volume) sehingga harus dibawa ke "mol" dahulu kemudian dibawa ke %w/w (berat) dengan melibatkan berat molekul masing-masing senyawa.
  • Cp dry flue gas, bisa dicari dari Tabel dibawah ini
Catatan : C/H adalah perbandingan di bahan bakar/coal, umumnya C/H bernilai 5-10 dan flue gas temperatur rata-rata 170-190 degC = 248.4- 284.4 F sehingga rata-rata Cp yang digunakan 0.23-0.25

3. Heat Loss Due to Moisture in Fuel (karena kelembaban/air di bahan bakar)
Poin-poin yang dapat disimpulkan adalah:
  • Moisture adalah kandungan H2O di COA batubara (proximate analysis)
  • m H2O adalah total moisture dari proximate analysis atau perhitungan stoikiometri ultimate analysis
  • Cp adalah specific heat superheated steam
Rumus, 
% heat loss due to moisture in coal = [m H2O coal per kg coal x {584+Cp x (Tf-Ta)}]/GCV coal

4.  Heat Loss Due to Moisture from H2 in Coal (karena kandungan H2 di bahan bakar)

Poin-poin yang dapat disimpulkan adalah:
  1. Moisture dari H2 di coal berikatan dengan O2 bisa membentuk H2O sehingga bersifat merugikan kandungan tersebut di batubara karena menurunkan nilai kalor
Rumus, 
% heat loss due to moisture from Hin coal = [8.936 x Hx{584+Cp x (Tf-Ta)}]/GCV coal

5. Heat Loss Due to Moisture in the Air (karena kandungan H2O di udara pembakaran)
Poin-poin yang dapat disimpulkan adalah:
  • Udara pembakaran yang mengandung H2O berlebih akan menurunkan tigkat pembakaran sehingga kalori bahan bakar ikut turun
  • Humidity factor didapatkan dari pembacaan grafik wet dry bulb (seperti Tabel dibawah)
Rumus,
%heat loss due to moisture in air : [(aktual massa udara x humidity factor x Cp x (Tf-Ta)]/GCV coal
Keterangan : temperatur ambient normal adalah 30-31 degC sehingga di kordinan X dipilih kemudian mengikuti garis lengkung sampai keatas dan humidity factor sekitar 0.020-0.021

6. Heat Loss Due to Atomizing Steam
Poin-poin yang dapat disimpulkan adalah:
  • Di PLTU batubara kapasitas kecil <100 MW umumnya tidak memakai heat loss ini karena tidak ada atomizing steam
7. Heat Loss Due to CO (pembentukan CO berarti pembakaran tidak sempurna)

Poin-poin yang dapat disimpulkan adalah :
Rumus, %Heat loss due to CO : [(%CO x C)/(%CO + %CO2)] x [5744/GCV coal]

8. Heat Loss Due to Unburned H

Poin-poin yang dapat disimpulkan adalah:
  • Flue gas analyzer umumnya tidak menyertakan parameter H2 sehingga tidak masuk perhitungan untuk PLTU batubara 
9. Heat Loss Due to Unburned Hydrocarbon 
Poin-poin yang dapat disimpulkan adalah:
  • Pada umumnya unburned hydrocarbon dan hydrogen sudah masuk di perhitungan dry ash (fly ash & bottom ash)
10. Heat Loss Due To Radiation and Convection
Poin-poin yang dapat disimpulkan adalah:
  • Selama pembakaran di boiler, terdapat heat yang hilang karena proses radiasi dan konveksi ke ambient
Rumus, {0.548 x [(Ts/55.55)^4 - (Ta/55.55)^4] + 1.957 x (Ts-Ta)^1.25 x sqrt of [(196.85 x Vm + 68.9)/68.9]} x 0.86 x surface boiler area / (GCV coal x m coal)
  • Perhitungan tersebut membutuhkan luasan boiler dan kecepatan angin (Vm)
Kutip Artikel ini sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2019). Perhitungan Efisiensi Boiler PLTU Menurut ASME PTC 4.1 - Metode Indirect or Heat-Loss, Best Practice Experience in Power Plant. www.caesarvery.com. Surabaya

Referensi: 
[1] Feriyanto, Y.E. (2018). Training ASME PTC 4.1. Yogyakarta
[2] Feriyanto, Y.E. (2019). Audit Energi. Surabaya
[3] Feriyanto, Y.E. (2020). Best Practice Experience in Power Plant. Surabaya

Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi KLIK

Analisa FUNDAMENTAL Perusahaan untuk Pertimbangan Beli Saham

Diposting oleh On Friday, January 18, 2019

Analisa Fundamental adalah analisa terhadap dasar-dasar dari perusahaan mulai dari aset, sistem kinerja dan pengelolaan serta prediksi berkembang di masa depan. Pada umumnya investor jangka panjang akan melakukan analisa fundamental perusahaan untuk menginvestasikan hartanya. Analisa ini menjadi sangat penting karena didalam sebuah bisnis tentunya bisa untung dan rugi sehingga investor harus jeli melihat secara statistik laporan keuangan perusahaan yang mencerminkan laporan seluruh aktivitas di perusahaan terbuka.

BACA JUGA : Analisa Perusahaan Rokok Go-Public di Indonesia

Macam-macam parameter di analisa fundamental perusahaan adalah :
  1. EPS (Earning Per Share) : laba per lembar saham yang beredar. Nilai EPS yang besar menunjukkan dividen yang dibagikan ke investor besar sehingga indikasi perusahaan memiliki profit yang besar dengan tingkat pengembalian (return) yang menggiurkan 
  2. PER (Price to Earning Ratio) : harga saham dibandingkan dengan EPS. Artinya adalah harga saham yang ada bisa menyamai tingkat pengembaliannya melalui dividen yang diberikan
  3. PBV (Price to Book Value) : price (harga saham update per lembar) dan book value (asset bersih sesudah dikurangi liabilitas per lembar saham). Nilai ini memberikan indikasi apakah harga saham sekarang overvalue (>1) atau undervalue (<1). PBV mengindikasikan apakah uang investor akan kembali seandainya perusahaan dijual (likuidasi)
  4. ROE (Return on Equity) : laba bersih per ekuitas. Ekuitas ini adalah modal keseluruhan (perusahaan + dari investor) sehingga dengan adanya ROE ini berarti menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan besarnya laba per modal yang ada
  5. DER (Debt to Equity Ratio) : rasio hutang terhadap modal yang mengindikasikan seberapa banyak hutang perusahaan terhadap aset yang mereka miliki. Semakin tinggi berarti semakin buruk perusahaan karena banyak hutang daripada pemasukan



Berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan tersebut, bisa disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
  1. EPS : 3470 ---> menunjukkan deviden yang dibagikan ke investor
  2. PER : price (82000), EPS (3470) sehingga PER = 82000/3470 = 23.63 ---> menunjukkana harga wajar saham
  3. PBV : price per lembar (82000), book value atau ekuitas bersih per lembar saham (55 trilyun - 25 trilyun = 30 trilyun/2.3 milyar saham = 13043) sehingga PBV = 82000/13043 = 6.29 ---> menunjukkana harga wajar saham
  4. ROE : laba bersih (6.7 trilyun), ekuitas (25 trilyun) sehingga ROE = 6.7 trilyun/25 trilyun = 0.268 ---> menunjukkan tingkat pengembalian
  5. DER : debt (25 trilyun), ekuitas (30 trilyun) sehingga DER = 25 trilyun/30 trilyun = 0.83 ---> menunjukkan hutang perusahaan cukup rendah
Mengapa dalam analisa fundamental harus menggunakan semua parameter tersebut ??
Karena bisa jadi suatu saham misalnya A dan B jauh berbeda menurut parameter PBV dimana saham A sangat tinggi (>5) sedangkan saham B rendah (<1). Kita tidak bisa judge langsung bahwa saham A tidak layak dibeli karena bisa jadi saham A dinilai investor memang memiliki kekuatan brand dan pasar yang sangat bagus dalam jangka panjang misalnya sektor consumer good, perbankan dan infrastruktur. Sedangkan saham B dengan PBV rendah karena memang kondisi keuangan perusahan yang kurang bagus serta produknya di masa depan yang diprediksi lambat berkembang. Berdasarkan hal tersebut maka parameter lain harus diikutkan misalkan ROE dan PER sehingga dengan data tambahan tersebut bisa untuk men-judge mengapa PBV saham bernilai sedemikian.

Analisa fundamental digunakan untuk apa dan siapa ??
Digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi jangka panjang oleh investor sehingga dengan hanya bermodal 5 parameter tersebut seorang sudah bisa menempatkan diri sebagai smart investor yang tidak hanya mengandalkan rekomendasi dari berita dan broker. Dengan begitu, seorang investor bisa tenang berinvestasi untuk tabungan kelak karena memiliki landasan yang kuat.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Perhitungan Efisiensi Boiler PLTU Menurut ASME PTC 4.1 - Metode Direct or Input-Output (1 of 2)

Diposting oleh On Tuesday, January 15, 2019

ASME  adalah American Society of Mechanical Engineer, yaitu suatu perkumpulan standard oleh para ahli teknik mesin di Amerika untuk berbagai bidang di seputar mechanical engineering.
PTC adalah power test code, yaitu standard di bidang energi dan salah satunya adalah steam generator atau boiler
Sebenarnya ASME adalah produk turunan dan berikut sejarahnya:
Induk standar di Amerika adalah ASTM (American Standard Testing and Material) dan memiliki 3 turunan standard yaitu :
  1. ASM (Americal Standard Material) kemudian memiliki turunan lagi yaitu AISI (American Iron and Steel Institute)
  2. ASME (American Society of Mechanical Engineer) kemudian memiliki turunan lagi yaitu SAE (Society of Automotive Engineer) dan PTC (Power Test Code)
  3. API (American Petroleum Institute) kemudian memiliki turunan lagi yaitu RBI (Risk Based Inspection)
EFISIENSI : perbandingan energi aktual dengan standard 

Berdasarkan ASME PTC 4-1 terdapat 2 metode untuk menghitung efisiensi boiler yaitu :
  • METODE DIRECT / INPUT-OUTPUT
Efisiensi : heat output/heat input
Kelebihan Metode Input-Output:
  • Perhitungan cepat
  • Membutuhkan sedikit parameter perhitungan dan peralatan pengukuran
Kekurangan Metode Input-Output :
  • Tidak memberikan root cause asal penyebab nilai efisiensi
  • Tidak menghitung berbagai kerugian yang mungkin terjadi
  • Perhitungan bisa keliru jika uap masih mengandung banyak uap air
  • METODE INDIRECT / HEAT LOSS
Efisiensi : 100% -(Σ%losses)

Berikut kutipan di jurnal ASME PTC 4-1:




Berikut dikupas perhitungan 2 metode tersebut:

1. DIRECT METHOD / INPUT-OUTPUT METHOD
Poin-poin yang bisa didapatkan adalah: 
Efisiensi boiler : [(heat output superheater + heat output desuperheater)/(gross caloric value x flow rate coal)] + [(heat output reheater + heat output reheat spray water + heat output blowdown) / (gross caloric value x flow rate coal))]

Keterangan:
  • Heat output superheater (steam kering yang siap digunakan untuk menggerakkan turbine) : berat uap x (h superheater- h feed water inlet)
Rumus : ho = wu x (h sh - h fw)
  • Heat output desuperheater (berfungsi menurunkan temperatur superheater agar bisa dinaikkan lagi tekanannya dengan menambah panas sehingga pada kondisi ini terdapat heat yang keluar dan dihitung sebagai output ) : flow spray DSH x (h superheater - h spray DSH)
Rumus : ho = wDSH x (h sh - h DSH) 
  • Heat output reheater (umumnya terdapat di PLTU besar dengan turbine 3 stage yaitu high, medium dan low pressure sedangkan untuk PLTU kecil <100 MW ex Luar Jawa tidak ada sehingga bisa dihilangkan faktor ini) : berat reheat x (h reheater outlet - h reheater inlet)
  • Heat output reheat spray water : flow spray water reheat x (h reheater outlet - h spray water reheat)
  • Heat output blowdown (digunakan jika sistem blowdown dioperasikan terus-menerus sehingga terdapat heat yang terbuang) : flow blowdown x (h blowdown - h feed water inlet)
  • Gross caloric value (GCV) adalah nilai bruto bahan bakar yang digunakan atau lebih terkenal disebut higher heating value (HHV) yaitu nilai kalor tertinggi bahan bakar 
  • Nilai enthalphy (h) didapatkan dari pembacaan Tabel Superheated Steam dan Saturated Steam pada P&T operasi dengan teknik Interpolasi atau lebih gampang menggunakan software khusus dengan menambahkan "add-ins di excel". Catatan superheated sudah kering, sedangkan feed water adalah saturated liquid


Poin-poin yang bisa didapatkan adalah:
  • Jika terdapat properties yang berbeda misalkan dari volume konstan ke tekanan konstan maka bisa dikonversi sesuai perhitungan di ASME PTC tersebut
  • Jika bahan bakar yang digunakan adalah gas/BBM dengan sistem pemanasan awal (preheater) maka juga memerlukan perhitungan tersendiri
  • Bahan bakar yang digunakan terlalu moisture maka juga harus diperhitungkan
  • Untuk PLTU batubara kapasitas kecil <100 MW tanpa reheater maka cukup rumusan yang dipaparkan diatas untuk analisa metode direct/input-output
Dalam memanaskan air (feed water) menjadi uap kering (superheated) didapatkan perubahan fase sebagai berikut :
  • Tahap-1. Feed water pada T=15.5 degC dipanaskan sampai mendidih di T=100 degC dengan memanfaatkan sensible heat
  • Tahap-2. Air yang mendidih kemudian tetap dipanaskan dan menyebabkan perubahan fase dengan memanfaatkan latent heat dan didapatkan saturated steam
  • Tahap-3. Saturated steam terus dipanaskan sampai 150 degC pada tekanan tetap 1 bar dan berubah menjadi superheated steam
  • Kesimpulan : jika memanaskan air terus-menerus pada tekanan tetap (misal 1 bar) maka pada T=150 degC air akan berubah menjadi superheated steam (bisa dilihat dari Tabel Uap-Air) sedangkan aplikasi di lapangan sangat sulit membuat sistem tertutup dengan tekanan tetap dan pasti membutuhkan temperatur yang lebih tinggi lagi ketika ingin mencapai superheated steam. Kelemahan superheated steam yang dihasilkan pada 1 bar ini adalah tekanan terlalu kecil jika digunakan untuk menggerakkan turbine sehingga membutuhkan treatment lanjutan dimana tekanan dibuat besar sehingga berimbas pada kenaikan temperatur untuk mencapai titik superheated steam. Perbandingan P dan T inilah yang dilakukan oleh engineer untuk mengoperasikan boiler agar bisa digunakan untuk menggerakkan turbine.
Kutip Artikel ini sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2019). Perhitungan Efisiensi Boiler PLTU Menurut ASME PTC 4.1 - Metode Direct or Input-Output, Best Practice Experience in Power Plantwww.caesarvery.com. Surabaya

Referensi
[1] Feriyanto, Y.E. (2018). Training ASME PTC 4-1. Yogyakarta
[2] Feriyanto, Y.E. (2019). Audit Energi. Surabaya
[3] Feriyanto, Y.E. (2020). Best Practice Experience in Power Plant. Surabaya

Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi KLIK

Strategi Wait and See (Menunggu dan Melihat Pergerakan Harga Saham)

Diposting oleh On Friday, January 11, 2019

Wait and See adalah strategi yang sudah umum dilakukan di dunia pasar modal saham. Strategi tersebut menganjurkan investor untuk menunggu dan melihat perkembangan keuangan tanah air maupun global untuk memutuskan aksi beli dan jual. Strategi ini berhubungan dengan melakukan riset terhadap analisa fundamental dan teknikal perusahaan agar bisa menentukan entry point pada harga saham yang wajar. Hal ini karena jika investor salah masuk di harga yang masih mahal maka akan membutuhkan waktu lama untuk dapat profit atau bahkan harus menerapkan strategi lain seperti average down untuk menurunkan harga akumulasi buy-nya.

BACA JUGA : Strategi Average Down

Sumber Gambar : www.sis.mob.org
Mengapa harus menggunakan strategi wait and see ??
Karena dunia pasar modal saham sangat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi/keuangan global karena investor berasal dari berbagai negara walaupun terbesar di BEI adalah investor Indonesia. Strategi tersebut digunakan untuk menganalisa apakah bandar saham sedang menggoreng saham atau memang benar-benar investasi karena fundamental perusahaan bagus. Perlu diwaspadai juga, kenaikan harga saham yang drastis bisa disebabkan juga karena ada moment emiten akan melakukan aksi korporasi atau pembagian deviden. Sangat penting bagi seorang investor untuk belajar tentang bandarmology yaitu ilmu yang mempelajari aktifitas yang dilakukan oleh bandar seperti akumulasi dan distribusi. Ketika bandar sedang akumulasi maka harga saham akan terkerek naik sedangkan ketika distribusi berarti bandar sedang menjual ke retail saham dan harga perlahan akan turun.

BACA JUGA : Strategi Cut Loss

Tahun 2019, strategi apa yang cocok digunakan ??
Pesta demokrasi di Indonesia dilakukan Bulan April 2019 dan menurut analisa para ahli siklus 5-10 tahunan akan terus berulang dimana tahun 1998 terjadi krisis moneter dengan jatuhnya rezim orde baru, kemudian tahun 2008 terjadi inflasi yang besar yang menyebabkan emiten banyak yang berguguran, tahun 2010 sektor pertambangan juga mulai goyah dan diprediksi tahun 2019 juga terjadi penurunan nilai IHSG karena terdapat gejolak politik selama masa pesta demokrasi. Dengan berdasarkan analisa tersebut, para ahli menyarankan strategi wait and see untuk berinvestasi dan menunggu keadaan ekonomi-politik sudah membaik.

Sektor apa yang direkomendasikan di tahun 2019 ??
Saran penulis dan juga inline dengan para ahli diluar yaitu sektor konstruksi dan consumer good adalah yang paling bersinar dan tentunya dilakukan ketika pesta demokrasi sudah dilaksanakan dan kondisi negara sudah kondusisif. Sektor konstruksi meliputi JSMR, PTPP, WSKT sedangkan consumer good meliputi UNVR, GOOD, INDF, ICBP. Sektor perbankan merupakan alternatif pilihan juga karena program FINTECH yang terus digencarkan dan program CASHLESS yang hampir wajib di semua lini transaksi. Sektor perbankan yang direkomendasikan adalah BBCA, BBNI, BBRI, BMRI, BBTN.

BACA JUGA : Mengapa Harga Saham Naik-Turun

Strategi wait and see seperti apa nanti yang harus dilakukan ??
Bulan 1-4 tahun 2019, melihat pergerakan nilai IHSG apakah akan terus naik atau cenderung volatile dan sebaiknya membeli saham-saham blue chips karena sewaktu-waktu terjadi kondisi ekonomi yang tidak kondusif maka saham tersebut akan berdampak tidak signifikan terhadap modal yang diinvestasikan. Saham blue chips berarti saham yang memiliki kapitalisasi pasar yang besar, diminati banyak investor dan menjadi penggerak harga saham. Sektor yang banyak direkomendasikan oleh para analis diluar ketika ekonomi kurang baik namun masih aman untuk investasi adalah sektor consumer good dan construction.

Strategi apa yang dilakukan penulis memasuki tahun 2019 ??
Saham yang mengendap di tahun 2018 dan bukan blue chips akan terus dilakukan strategi average down sampai akhirnya bisa segera dijual dan wait and see untuk investasi kembali dengan melihat beberapa parameter di analisa fundamental. Sedangkan saham yang sudah masuk blue chips akan terus disimpan karena penulis yakin dengan kondisi keuangan apapun masih akan terus bertahan.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Pilih Mana : EC Plant, NaOCl 10-12%, Copper Ion, Non-Oxidizing atau Gas Chlor

Diposting oleh On Monday, January 07, 2019

Anti-Biofouling Agent adalah teknologi yang digunakan untuk menghambat pengerakan / pertumbuhan biota di sistem peralatan terutama di jalur perpipaan atau tube. Sistem bisa berupa penggunaan chemical, mechanical atau physical dengan target utama adalah fouling tidak terjadi. Anti-biofouling diinjeksikan di intake water sehingga air umpan ditujukan terbebas dari pertumbuhan biota. Teknologi yang umum digunakan di sistem pre-treatment water seperti tertera dibawah ini:


1. Electrochlorination (EC) Plant

Kelebihan adalah :
  • Tipe oxidizing agent familiar di PLTU pada umumnya dan terbukti efektif contohnya injeksi chlorine
  • Injeksi kontinyu dimungkinkan lebih efektif daripada sistem batch untuk area intake water yang kecil karena kurangnya residence time untuk bereaksi
  • Sistem kontrol injeksi lebih mudah dilakukan karena terdapat online analyzer dan tangki penampung dari PE/PP
  • Produksi bisa dilakukan kapanpun dengan tidak tergantung bahan baku
Kekurangan adalah :
  • Membutuhkan biaya cukup besar di awal investasi meliputi electrolyzer, tangki penampung, blower, acid cleaning system, rectifier, instrumentation dan control panel
  • Air umpan yang digunakan harus memenuhi sistem operasi elektrolisis misalnya parameter kualitas air salinitas, conductivity dan chloride
  • Jika kondisi air umpan kurang memenuhi syarat maka modifikasi sistem seperti penambahan garam, penambahan jumlah seri electrolyzer akan menambah biaya yang keefektifan-nya belum cukup teruji di lapangan karena masih sedikit yang meng-aplikasikannya

2. Pembelian NaOCl Cair 10-12% 

Kelebihan adalah:
  • Tidak terbebani sistem produksi dan maintenance
  • Lebih ramah untuk operator dan lingkungan 
  • Keefektifan lebih bisa terjamin karena dengan sistem injeksi kontinyu membuat biota tidak memiliki kesempatan untuk berlembangbiak karena intake water full beracun
Kekurangan adalah:
  • Akumulasi biaya dalam jangka panjang sangat mahal
  • Ketergantungan dengan vendor penyedia bahan NaOCl cair dan jika terdapat keterlambatan akan berpengaruh besar terhadap kerusakan tube condenser
  • Sistem peralatan dozing cukup banyak seperti tangki concentrate, tangki dillute, pompa dan sistem perpipaan
3. Sistem Non-Oxidizing Agent

Kelebihan adalah:
  • Biaya yang dikeluarkan di awal cukup kecil
  • Lebih ramah untuk operator dan lingkungan 
  • Sistem dozing simple
Kekurangan adalah:
  • Akumulasi biaya dalam jangka panjang cukup mahal
  • Analisa dosis yang digunakan memerlukan reagent khusus dan kurang familiar
  • Untuk sistem intake water area yang kecil kurang cocok diaplikasikan
  • Masih jarang diaplikasikan di sebagian besar PLTU di Indonesia
4. Teknologi Copper Ion

Kelebihan adalah:
  • Cukup efektif dalam operasinya karena sistem membuat racun di intake water
  • Peralatan simple yaitu electrode, rectifier dan control panel
  • Minim maintenance
Kekurangan adalah:
  • Biaya pemasangan awal cukup mahal
  • Jarang diaplikasikan di PLTU
  • Consummable cupper metal (electrode) per tahun cukup mahal
5. Sistem Gas Cl2 atau ClO2

Kelebihan  adalah:
  • Sangat efektif dalam mematikan biota laut, karena gas sangat beracun
Kekurangan adalah:
  • Jika menggunakan reactor untuk menghasilkan gas tersebut maka bahan baku kimia sulit didapatkan karena terindikasi bahan precursor
  • Jika membeli dalam tabung khusus maka harga mahal, berbahaya, beracun dan transportasi susah
  • Biaya mahal
  • Cukup berbahaya untuk operator dan lingkungan karena gas beracun
BACA JUGA: Anti-Biofouling Agent Oxidizing dan Non-Oxidizing

Terdapat perbedaan pemilihan teknologi yang tepat sebagai injeksi di intake water sebagai berikut:
  • Air payau dan air laut berbeda dalam hal salinitas sebagai bahan baku produk elektrolisis
  • Luasan area intake water, dimana sistem yang kontinyu akan cocok untuk luasan berapapun
  • Minim engineer maintenance cocok untuk teknologi yang tidak membutuhkan pemantauan dengan memilih teknologi dengan sistem yang hanya berkurang anoda-nya
  • Area aplikasi jauh dari jangkauan manusia maka sistem gas adalah yang paling cocok
  • Seluruh aplikasi kurang cocok dan terbukti masih ditumbuhi biota, sehingga sistem yang paling cocok adalah beli chemical jadi dan sistem gas
Kutip Artikel ini sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2019). Pilih Mana : EC Plant, NaOCl 10-12%, Copper Ion, Non-Oxidizing atau Gas Chlor, Best Practice Experience in Power Plant. www.caesarvery.com. Surabaya

Referensi:
[1] Feriyanto, Y.E. (2019). Pemilihan Teknologi Tepat untuk Anti-Biofouling Agent, Best Practice Experience in Power Plant. Surabaya

Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi KLIK

Sektor Saham Apa yang Prospek Investasi Jangka Panjang

Diposting oleh On Wednesday, January 02, 2019

Saham yang diperdagangkan di BEI merupakan kumpulan saham-saham dari berbagai sektor dimulai dari emiten terbesar yaitu perbankan, consumer good, pertambangan, infrastruktur, properti, telekomunikasi, pertanian dan jasa. Saham yang besar dijuluki blue chips dan menjadi penggerak utama IHSG dan di pasar modal sudah dikumpulkan saham-saham yang bagus layak untuk investasi seperti indeks saham LQ45 (saham liquid berjumlah 45 perusahaan). Untuk investor umumnya akan investasi besar pada saham Index LQ45 karena kepastian usaha dan laporan kinerja keuangan yang bagus dari emiten. Indeks tersebut dibuat oleh BEI selaku pengawas pasar modal dan terus melakukan evaluasi terhadap emiten yang masuk indeks. Evaluasi dilakukan terus-menerus dan anggota didalamnya silih berganti jika tidak memenuhi persyaratan.
Sumber Gambar : www.ktabank.com
Sektor saham apa yang sudah menjadi langganan penggerak IHSG ??
Saham di sektor perbankan tetap menjadi penggerak utama IHSG terutama bank yang dijuluki "big caps" meliputi BBCA, BMRI, BBRI, BBNI dan BBTN. Saham yang menjadi penggerak tentunya memiliki kapitalisasi pasar yang sangat besar dan menjadi incaran para investor untuk tanam modal. Sedangkan lapisa berikutnya yang menjadi penggerak adalah sektor pertambangan seperti ITMG, PTBA, ADRO.
Mengapa sektor perbankan menjadi primadona para investor ??
Karena terlepas dari pro-kontra sistem di perbankan, banyak investor yakin sistem perkreditan yang dilakukan perbankan banyak diminati oleh kaum milineal untu mengejar impian mereka seperti beli rumah, mobil, gaya hidup dan kebutuhan sehari-hari sehingga dengan adanya kredit yang terus berjalan maka laba sektor perbankan diprediksi akan terus tumbuh dari tahun ke tahun.

Sektor apa yang prospek untuk jangka panjang ??
Dengan berlatarbelakang barang yang pasti dibutuhkan oleh manusia dan sangat tergantung oleh barang tersebut maka sektor consumer good pasti memiliki prospek yang menggiurkan dalam jangka panjang. Sektor tersebut bisa dipastikan tidak akan pernah rugi atau tutup perusahaan karena selalu dibutuhkan manusia. Sektor lainnya adalah infrastruktur karena pemerintah lagi gencar-gencarnya pembangunan maka bisa dipastikan jangka panjang akan memberikan imbal yang menggiurkan.

BACA JUGA : Strategi Average Down

Penulis lebih menyukai sektor apa untuk investasi ??
Untuk jangka pendek, sektor yang memiliki kenaikan drastis adalah bidang properti, perfilman dan jasa. Sedangkan jangka panjang, sektor consumer good dan infrastruktur menjadi pilihan penulis. Patokan periode jangka pendek untuk para investor berbeda-beda dan umumnya jangka pandek adalah kurang dari 1 tahun dan sering di-trading-kan sedangkan untuk jangka panjang untuk tabungan masa depan.

Apakah parameter yang harus dilihat untuk investasi ??
Analisa yang harus dilakukan adalah analisa fundamental yang meliputi : Price to Book Value (PBV), Price to Earning Ratio (PER), Debt to Equity Ratio (DER) dan Earning Per Share (EPS). Parameter tersebut bisa didapatkan dengan mengolah laporan keuangan tahunan atau resume yang bisa didownload di aplikasi online umumnya trading online atau yahoo finance.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Review Investasi Saham Tahun 2018

Diposting oleh On Monday, December 31, 2018

Saham-saham yang telah diamati oleh penulis dan telah dilakukan investasi sebagai berikut :
Sumber Gambar : www.stockdansaham.com
  • JSMR : dibeli di kisaran harga Rp4900/lembar dan sepanjang 6 bulan pertama terus merosot sampai Rp3800/lembar, akhirnya tiap bulan penulis harus melakukan strategi average down sampai kisaran di Rp4400/lembar dan di akhir tahun bisa merasakan cuan dikisaran 19%
  • BUMI dan BMRS : saham rilisan bakrie & brother dibeli di harga gopek dan sepanjang tahun mengalami penurunan terus menerus bahkan selama 3 bulan saham tersebut tidak laku di pasaran sehingga penulis masih memiliki saham tersebut kecantol karena harga yang sangat miris. BEI telah memberikan predikat buruk terhadap saham tersebut dan tergolong emiten tidak sehat. Penulis akan menjual secepat mungkin karena kinerja perusahaan yang tidak kunjung membaik
  • CAMP : sektor consumer good es krim yang cukup terkenal menggoda penulis untuk berinvestasi karena prediksi remaja milineal yang doyan es krim dan menjadi hobi dan benar dalam kurun waktu <1 bulan mendapatkan cuan dikisaran 2% dan terus melakukan aksi beli di bulan berikutnya dan terus cuan sampai 5%. Penjulalan berikutnya tersebut penulis harus melakukan strategi average down dan menunggu sekitar 2 bulan
  • GJTL : sektor produk ban terkenal menjadi alasan penulis membeli disertai harga dan fundamental perusahaan yang bagus. Prediksi benar dengan mendapatkan cuan sekitar 3% dengan pengendapan dahulu sekitar 3 bulan
  • INDF : sektor consumer good raja makanan di Indonesia menjadi alasan penulis investasi dan setelah dibeli ternyata harga terus turun dan harus cuan dikisaran 2% dalam waktu 2 bulan pengendapan. Saham tersebut lambat naik padahal sektor consumer good diprediksi akan terus naik oleh sebagian besar investor dan menurut penulis investasi untuk jangka pendek di saham tersebut kurang bagus dan cocok untuk jangka panjang
  • PGAS : sektor gas yang diprediksi penulis bakal bagus di tahun 2018 karena program pemerintah lewat PGN akhirnya berhasil mengantarkan cuan yang terus-menerus sampai sekitar 6 bulanan dengan range 2-5%
  • BBNI, BBTN, BBRI dan BBCA : sektor perbankan terus dibeli oleh penulis dan memang benar sektor ini tidak akan pernah rugi karena market capital besar, penyumbang nilai IHSG utama dan sistem keuangan yang terus digalakkan ke para nasabah seperti kredit, asuransi, pinjaman dll. Penulis mendapatkan cuan yang terus menerus dengan beli saham tersebut mulai dari 5-9%
  • WIIM : prediksi yang salah dari penulis, dimana dari beli di kisaran harga Rp220/lembar dan tergolong rendah sampai sekitar 1 tahun harus turun sampai Rp140/lembar sehingga penulis harus menggunakan strategi average down sampai sekarang
  • KLBF : perusahaan farmasi yang cukup terkenal mendorong penulis melakukan aksi beli dalam lot yang kecil dan memang pergerakan harga cukup stagnan dan akhirnya harus menunggu cukup lama untuk cuan dikisaran 3%
  • TLKM : prediksi penulis untuk raja telekomunikasi tanah air berbuah manis, karena saham ini masuk dalam blue chip dengan pergerakan harga yang bagus, terbukti dalam kurun <1 bulan bisa cuan di kisaran 5-7%
  • APLN : sektor properti yang terkenal di iklan televisi dan termasuk developer papan atas di ibukota mendorong penulis melakukan aksi beli dan ternyata dari bulan ke bulan harga terus turun sehingga strategi average down diterapkan dan bisa lepas di akhir tahun dengan cuan 3%
BACA JUGA : Strategi Buy-Back
  • ANTM : perusahaan tambang BUMN ini ternyata tidak semanis pemberitaan di luar dan prediksi penulis salah total. Membaca dari website terkemuka ternyata penyumbang terbesar perusahaan ini adalah nikel bukan emas dan tahun 2018 harga nikel jatuh sedangkan perusahaan ini hanya mendapatkan uang dari stempel emas yang dijualan di pasaran dan sedikit pemasukan dari tambang emas. Dibeli dikisaran harga Rp880/lembar dan selama 1 tahun terus turun dan memaksa strategi average down sampai dikisaran harga Rp780/lembar. Penulis belum menjual saham tersebut dan dalam waktu dekat pasti akan terjual karena kurang menguntungkan
  • WSKT dan PTPP : sektor konstruksi dan properti BUMN ini cukup menggiurkan untuk di investasikan karena program pemerintah untuk sektor pembangunan terus dijalankan sehingga saham tersebut merasakan dampak. Penulis segera membeli dan ternyata setelah dibeli harga terus turun sehingga memaksa penulis menggunakan strategi average down dan setelah menunggu 8 bulanan bisa cuan dikisaran 17%
  • PTBA : perusahan tambang batubara terbesar BUMN ini memang bagus untuk investasi jangka pendek maupun panjang karena harganya yang terus naik-turun dengan banyak peminat. Penulis tidak menunggu lama untuk cuan dikisaran 10%
  • FILM : sektor perfilman terbesar di Indonesia ini, IPO di tahun 2018 dan dari harga Rp550/lembar dalam sehari bisa Rp1000/lembar. Kenaikan fantastis tersebut akhirnya memaksa BEI untuk ambil tindakan dan membekukan selama 1 bulan untuk meminta keterangan emiten tentang pergerakan harga yang tidak normal tersebut. Setelah menjalani vakum 1 bulan dan dirilis kembali akhirnya saham FILM kembali melejit sampai kisaran Rp1500/lembar. Karena tingginya harga tersebut maka banyak investor melakukan aksi jual untung sehingga harga saham terus turun sampai di kisaran Rp900/lembar dan pada moment tersebut penulis membeli dalam jumlah lot yang besar. Setelah <1 bulan, saham FILM terus naik dan penulis segera menjual dengan cuan di kisaran 15%. Pembelian saham FILM terus dilakukan oleh penulis dan terus mendapat cuan bahkan sampai akhir tahun penulis juga membeli kembali dan cual dikisaran 3% dalam waktu 2 hari
  • ASII : prediksi penulis untuk mendapatkan harga yang naik tinggi ternyata salah dan harga saham cenderung stagnan dengan pergerakan pelan. Penulis cuan rendah dikisaran 3% dalam waktu <1 bulan
  • DIGI : sektor digital dinilai penulis bagus untuk era 2018 keatas karena semua menggunakan media non-cetak. Setelah IPO rilis, penulis segera melakukan aksi beli dan dalam waktu harian dijual dengan cuan dikisaran 7% kemudian penulis di bulan berikutnya membeli dengan harga rendah dan menjual dalam waktu <1 bulan dengan cuan di kisaran 5%
  • ELSA : prediksi penulis yang merupakan anak perusahan PERTAMINA bagus untuk investasi ternyata kurang tepat. Saham yang rendah dan kurang diminati oleh investor menjadi penyebab saham ELSA stagnan dan penulis harus menunggu cukup lama untuk cuan dikisaran 2-3%
  • SKRN : sektor jasa dan persewaan di dunia industri diprediksi penulis menjadi sektor yang cukup bagus karena mendengar program pemerintah tol laut dan sektor kelautan menggunakan peti kemas dan setelah IPO rilis maka dengan cepat penulis membeli dalam lot yang cukup besar dan benar saja harga terus naik sehingga penulis menjual dengan cuan dikisaran 15%. Bulan berikutnya penulis mencoba membeli, namun pembelian terakhir ini harus memaksa pengendapan dan average down sampai akhir tahun 2018 belum cuan
  • GOOD : sektor consumer good dengan olahan makanan paling terkenal di Indonesia menjadi alasan tersendiri penulis melakukan pembelian setelah IPO rilis dan ternyata setelah pembelian harga saham terus turun dan memaksa penulis untuk average down sampai akhir tahun 2018. saham ini menurut penulis cocok untuk investasi jangka panjang, sehingga kemungkinan akan terus disimpan
  • KPAS : sektor kebutuhan sehari-hari kosmetik dan produk yang terkenal membuat penulis tertarik di IPO saham tersebut dan benar dalam waktu <1 bulan bisa cuan dikisaran 9%
  • PWON : sektor properti yang sangat terkenal di Surabaya dengan ikon mall dan perumahan besar menjadi alasan penulis investasi disini. Membeli dalam lot besar dan dari bulan ke bulan harga terus turun sehingga strategi average down harus diterapkan dan akhirnya bisa cuan di kisaran 12%
  • CAKK dan SSMS : sektor yang menurut penulis tidak tahu sama sekali dan hanya mengandalkan rekomendasi dari pialang saham. Harga memang sangat rendah dan pasti berpotensi naik namun ternyata selama hampir 3 bulan tidak ada perubahan harga dan cenderung stagnan yang menandakan saham kurang laku di pasaran. Penulis masih menyimpan saham tersebut sampai akhir tahun 2018
  • HMSP : saham terbesar di BEI yang sampai harus memaksa stock split karena mahalnya yaitu Rp80.000/lembar dan sekarang di kisaran Rp3800/lembar setelah split. Penulis mendengarkan rumor program pemerintah tidak menaikkan pajak sehingga diprediksi saham tersebut melejit. Dalam waktu <1 bulan saham melejit sampai cuan dikisaran 13%
  • GIIA : sektor penerbangan terbesar di Indonesia yang dalam 5 tahun terakhir dilanda saham yang tidak laku (saham gopek) dan ditinggalkan para investor kemudian dengan akuisisi operasional Sriwijaya Air dan pemberitaan juga dalam waktu dekat akan kerja sama dengan Air Asia maka penulis dengan cepat membeli saham dalam lot yang besar dan rentang 2 hari cuan dikisaran 19%

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Kontaminan Fe di Air Boiler

Diposting oleh On Sunday, December 30, 2018

Besi (Fe) adalah unsur utama di material PLTU seperti tube, tank, pipe, valve dan vessel. Keberadaan unsur ini diperhatikan secara seksama di air boiler meliputi analisa kerak dan analisa air. Analisa air dilakukan secara kontinyu sedangkan analisa kerak ketika sedang maintenance.
Mengapa kandungan Fe di air boiler dikendalikan ??
Karena Fe yang tinggi di boiler dimungkinkan berasal dari material tube yang terkikis. Tube terkikis bisa disebabkan karena pengaruh operasi atau kontaminan kimia berbahaya yang bisa bereaksi dengan material tube carbon steel. Pola operasi seperti pH tidak sesuai standard, overheat dan flowrate yang terlalu tinggi sedangkan kontaminan kimia seperti kandungan dissolved oxygen (DO) atau carbon dioxide yang tinggi, kandungan chloride dan sulphite tinggi serta phospate dan hydrazine yang tinggi yang menyebabkan kenaikan pH drastis.

BACA JUGA: Kontaminan Gas Terlarut di Air Boiler

Apakah akibat dari Fe tinggi di air boiler ??
Fe yang terkikis dari tube boiler dan bereaksi dengan oksigen menghasilkan 2 fase senyawa yang bermanfaat dan merugikan di PLTU. Senyawa yang bermanfaat adalah terbentuknya lapisan magnetite berwarna kehitaman yang berfungsi sebagai lapisan film di permukaan tube berfungsi menghindarkan reaksi kimia merugikan antara kontaminan di fluida dengan material tube. Sedangkan senyawa yang merugikan adalah hematite yang berwarna kemerahan yaitu produk korosi yang dibiarkan terus-menerus bisa memberikan kebuntuan di tube dan jangka panjang menyebabkan pengurangan thickness tube boiler.

Berapakah standar Fe yang umum di air boiler ??
Sistem sampling di air boiler untuk analisa Fe terbagi menjadi 2 yaitu economizer dan steam drum, dimana standar di economizer < 20 ppb sedangkan di steam drum < 250 ppb. Steam drum bernilai lebih tinggi karena dimungkinkan bertambahnya kontaminan dari injeksi phospate dan siklus uap-air melewati tube boiler.

Bagaimanakah cara pengukuran kandungan Fe ??
Untu analisa air menggunakan peralatan spectrofotometer sedangkan analisa kerak menggunakan peralatan X-Ray Difraction (XRD).

Kutip Artikel ini sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2018). Kontaminan Fe di Air Boiler, Best Practice Experience in Power Plant. www.caesarvery.com. Surabaya

Referensi:
[1] Feriyanto, Y.E. (2016). Best Practice Experience in Power Plant. Surabaya

Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi KLIK

Strategi Average Down (Menurunkan Portfolio Harga Saham)

Diposting oleh On Wednesday, December 26, 2018

Average Down adalah rata-rata untuk menurunkan akumulasi nilai. Prinsip ini adalah salah satu strategi dalam investasi saham dan banyak investor melakukannya. Penerapannya ada di portfolio investasi saham.
Sumber Gambar : www.mortgageintroducer.com
Contoh penerapan average down seperti apa ??
Menurut pengalaman penulis, pertengahan tahun 2018 membeli saham JSMR per lembarnya harga 4900 sebanyak 20 lot. Dari bulan ke bulan harga terus turun dan penulis membeli lagi 23 lot di harga 4500 sehingga di portfolio akumulasi harga sekarang menjadi 4700 dengan total saham 43 lot. Penurunan harga saham akumulasi di portfolio tersebut yang dinamakan average down.

Untuk apa sebenarnya strategi average down itu ??
Dalam berinvestasi, pasti kebanyakan orang juga akan pernah salah dalam memprediksi dan harus menunggu lama untuk bisa terbebas dari portfolio merah. Untuk mempercepat ke portfolio hijau maka investor memerlukan penurunan akumulasi harga saham yang dikoleksi agar bisa segera dijual dan mendapat profit.

BACA JUGA : Strategi Buy-Back

Apakah strategi average down selalu menjadi jalan pintas keluar dari loss ??
Tentu tidak, average down adalah salah satu strategi untuk cepat keluar dari loss dan cara ini umumnya diterapkan oleh investor jangka panjang dimana dalam persepsinya strategi cut loss masih belum terlalu diperlukan karena sisi fundamental perusahaan yang dinilai baik untuk jangka panjang. Average down akan menjadikan nilai portfolio saham turun sehingga sewaktu saham sudah menunjukkan kenaikan sedikit saja maka saham bisa langsung dijual dan profit.

Apakah resiko dari strategi average down ??
Average down memerlukan uang yang cukup besar untuk menurunkan portfolio saham dan jika masih jauh dari target price saham maka bisa dipastikan uang untuk average down selanjutnya harus lebih besar lagi. Namun strategi tersebut untuk investor tipe trader sedangkan untuk tipe jangka panjang maka bisa dilakukan seperti menabung saham yaitu sedikit demi sedikit namun konsisten atau membeli ketika harga turun.

BACA JUGA : Strategi Cut-Loss

Apakah penulis sudah menerapkan strategi average down ??
Sudah yaitu pada saham PTPP, dimana ketika beli di harga cukup tinggi 1900 sebesar 20 lot. Kemudian harga jatuh di 1700 dan penulis kembali membeli untuk average down sebesar 20 lot. Harga saham terus jatuh dikisaran 1500 dan penulis kembali membeli 15 lot dan akhirnya nilai portfolio saham PTPP menjadi 1640. Setelah menunggu sekitar 4 bulan baru dijual dan profit.

Apakah yang perlu dicermati dari saham portfolio setelah di average down ??
Berdasarkan pengalaman penulis, saham portfolio yang sudah di-average down maka di aplikasi  harga yang tertera adalah sudah update ter-average sehingga ketika investor menjual partition (sebagian) maka harga di portfolio akan tetap di harga update terakhir dan tidak kembali lagi ke harga awal (sebelum average). Penulis pernah terjebak dan akhirnya harus loss dan ini menjadi pelajaran berharga dalam dunia investasi saham. Bagaimana menyikapinya ?? sesudah portfolio ter-average down maka jika saham ingin dijual harus secara keseluruhan lot sehingga untung/rugi adalah akumulasi total.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Pengaruh pH di Sistem PLTU

Diposting oleh On Monday, December 24, 2018

pH memiliki kepanjangan "potential hydrogen" yang artinya adalah derajat kemampuan unsur "H+". pH memiliki range antara 0-14 dengan pembagian sebagai berikut:
  • 0-6.9 adalah asam (acid)
  • 7.00 adalah netral
  • 7.1-14 adalah basa (alkaline)
Sumber Gambar: www.uerotherm.com
Asam ditandai dengan adaya H+ di dalam senyawa sedangkan basa ditandai dengan adanya OH-. Keberadaan asam-basa di boiler water mempengaruhi kinerja operasi PLTU dan berikut dikupas tentang sebab-akibat karena pH:
Berdasarkan Kurita (1999), berikut hubungan "pH vs laju korosi pada material tube carbon steel":

Neutralizing amine pada tube material carbon steel akan mengurangi laju reaksi korosi pada pH 7 karena pada pH <6 atau pH >10 laju korosi meningkat. Sedangkan untuk ammonia laju korosi pada tube material copper (Cu) meningkat pada pH >9. Disinilah fungsi adjustment pH pada boiler PLTU yaitu untuk mengurangi laju korosi pada tube material.

Sebab-Sebab pH RENDAH di PLTU sebagai berikut:
  • Air laut umpan di WTP memiliki pH yang cukup rendah sehingga dengan adjust pH dengan dosis sama pada kondisi ideal di pre-treatment tidak terlalu berpengaruh signifikan
  • Residual chlorine dari injeksi chlorine di intake sampai pada outlet mixed bed yang menyebabkan proses reduksi dan menghasilkan ion chloride. Hal ini bisa disebabkan karena injeksi dechlorination (Sodium Bissulphite-SBS/Sodium MetaBisulphite-SMBS) kurang efektif atau sistem multi-media filter (MMF) berupa activated carbon tidak ter-install atau kurang efektif
  • Salah satu membrane Reverse Osmosis (RO) jebol sehingga produk permeate tercemari ion chloride
  • Resin anion (+) sudah jenuh sehingga kurang bisa mengikat sempurna ion negatif (-) air umpan seperti Cl-, SO42-, NO3-
  • Jumlah/volume resin anion/kation tidak seimbang
  • Regenerasi kurang maksimal misalnya penggunaan HCl kurang, konsentrasi rendah, flowrate backwash terlalu tinggi
  • HCl sebagai regenerant resion kation (-) ketika proses rinsing kurang bersih sehingga ketika operasi mixed bed residu HCl terikut ke produk demineralized water
  • Tube condenser retak/bocor sehingga cooling water berupa air laut mencemari condensate dan terikut sampai boiler water
  • Banyaknya kandungan gas terlarut di boiler water terutama CO2, dimana gas tersebut mudah sekali berikatan dengan air membentuk H2CO3 yang bersifat asam. Hal ini disebabkan oleh kurang efektifnya injeksi hydrazine (N2H4) dalam pengikatan gas terlarut
Akibat pH RENDAH di PLTU sebagai berikut:
  • Kebutuhan pH adjustment meningkat
  • Resin anion (+) cepat jenuh karena bekerja ekstra mengikat ion (-)
  • Meng-korosi perpipaan berbahan carbon steel atau stainless steel misalnya crevice corrosion, pitting atau galvanic corrosion
  • Laju penipisan thickness pipa semakin besar
  • Kebutuhan injeksi hydrazine dan phospate meningkat
  • CBD full open menyebabkan defisit demineralized water
  • Korosi pada sudu turbine ---> acid corrosion
  • Lapisan magnetite (Fe3O4) tidak bisa terbentuk sehingga material tidak memiliki protective layer
  • Lapisan hematite (Fe2O3) mudah terbentuk karena kehadiran oksigen berlebih yang bersifat asam
BACA JUGA: Kontaminan Fe di Air Boiler

Sebab-Sebab pH TINGGI di PLTU sebagai berikut:
  • Air umpan mengandung total hardness yang tinggi seperti Ca, Mg, Na sehingga ketika melewati RO dan mixed bed masih menyisakan residu yang besar dan sampai pada boiler water
  • NaOH sebagai regenerant resin anion (+) ketika proses rinsing kurang bersih sehingga ketika operasi maka mixed bed residu NaOH terikut ke produk demineralized water
  • Resin kation (-) sudah jenuh sehingga kurang bisa mengikat sempurna ion positif/alkali (-) air umpan seperti Ca, Mg, Na
  • Jumlah/volume resin anion/kation tidak seimbang
  • Regenerasi kurang maksimal misalnya penggunaan NaOH kurang, konsentrasi rendah, flowrate backwash terlalu tinggi
  • Injeksi hydrazine (N2H4) berlebih sehingga dalam prosesnya menghasilkan ammonia (NH3) yang memiliki pH tinggi
  • Injeksi phospate berlebih di steam drum
Berdasarkan EPRI Cycle Chemistry Guidelines, phospate harus dijaga di boiler system agar terhindar dari phospate attack dengan standar minimum phospate (PO4) 0.2 ppm dan maksimum phospate (PO4) 10 ppm.

Akibat pH TINGGI di PLTU sebagai berikut:
  • Merusak membrane RO karena membrane tidak kuat terhadap alkali tinggi namun cukup kuat terhadap asam
  • Resin kation (-) cepat jenuh karena bekerja keras bereaksi dengan ion (+)
  • Caustic embrittlement yaitu material tube/turbine getas karena kebanyakan akumulasi caustic (alkali/basa)
  • Scale & deposit terbentuk dan lapisan magnetite (Fe3O4) ter-degradasi
Kutip Artikel ini sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2018). Pengaruh pH di Sistem PLTU, Best Practice Experience in Power Plant. www.caesarvery.com. Surabaya

Referensi:
[1] Feriyanto, Y.E. (2016). Best Practice Experience in Power Plant. Surabaya
[2] EPRI. Cycle Chemistry Guidelines for Combined Cycle Heat Recovery Steam Generators
[3] Kurita. (1999). Handbook of Water Treatment, Second Edition. Japan

Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi KLIK