Trending Topik

Strategi Buy On Weakness Saham (Beli Ketika Harga Turun)

Diposting oleh On Thursday, March 07, 2019

Buy on Weakness adalah membeli ketika harga saham sudah turun. Strategi yang mendahului sebelum memutuskan memakai ini adalah Strategi Wait and See. Pengamatan terhadap pelemahan harga harus segera dilakukan aksi beli karena berdasarkan prediksi analisa teknikal harga saham dengan cepat akan rebound kembali. Strategi buy on weakness dianjurkan untuk seorang trader yang menginginkan return sangat cepat dalam waktu singkat.
Sumber Gambar : www.tribunnews.com
Mengapa ada strategi buy on weakness ??
Berdasarkan analisa, bandar sedang menurunkan penumpang (investor yang sedang antri jual-beli) dengan membuat harga naik dan turun sehingga investor yang menerapkan Strategi Cut Loss akan terjual dan terbeli otomatis. Dengan penumpang yang sudah turun, maka bandar akan lebih leluasa membeli saham dengan harga bawah dan siap-siap melakukan aksi jual dengan target price yang sudah direncanakan.

Kapan menggunakan strategi buy on weakness ??
Ketika saham barusaja rebound dan sedang bullish adalah waktu yang tepat untuk strategi ini. Karena dalam proses bullish, harga saham masih memiliki fluktuatif naik-turun walaupun range tidak terlalu besar dan ketika fluktuatif turun inilah waktu yang tepat untuk entry makanya disebut buy on weakness. Analisa lain yang perlu dilihat adalah bandarmology karena bisa saja harga naik-turun ini sebenarnya hanya untuk memancing investor ritel datang. Dalam konsep bandarmology, jika akumulasi dibeli dominan oleh broker A dan distribusi dijual dominan juga oleh A maka bisa dipastikan fluktuatif harga saham ini hanya permainan bandar dan investor ritel diharapkan jangan ikut masuk. Dimanakah investor bisa mendapatkan infromasi tersebut ?? yaitu di broker summary platform aplikasi trading online, disana diinformasikan aktifitas jual-beli saham oleh semua broker yang tercatat di BEI.

BACA JUGA : Strategi Akumulasi Buy and Hold Saham

Mengapa ada weakness di harga saham ??
Pergerakan harga saham hampir semuanya berpola sama yaitu naik-turun sehingga weakness yang dimaksud disini adalah harga ketika sedang turun namun dalam waktu singkat akan segera naik. Pembelian pada strategi buy on weakness ini bukan ketika saham bearish namun kebalikannya yaitu ketika bullish.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Mengenal Biodiesel (B20) Sebagai Bahan Bakar

Diposting oleh On Monday, March 04, 2019

Biodiesel adalah bahan bakar turunan dari fatty acid methyl ester (FAME) jika trigliserida (lemak nabati/hewani) menggunakan pelarut metanol dan fatty acid ethyl ester (FAEE) jika pelarut etanol. FAME dan FAEE diperoleh dari proses trans-esterifikasi lemak hewan/tumbuhan.

Trans-Esterifikasi adalah proses pertukaran gugus antara ester dan alkohol dengan proses biodiesel-nya adalah trigliserida disaring kemudian direaksikan dengan NaOH sebagai katalis dan alkohol (metanol/etanol) sebagai pereaksi.


Pemerintah Indonesia mulai menggalakkan penggunaan blending biodiesel dengan petrodiesel untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi. Rekomendasi pemerintah adalah penggunaan B20 yang artinya campuran antara 20% biodiesel dan 80% petrodiesel.
Biodiesel yang umum digunakan di negara-negara maju adalah B5, B10 dan B20 dan jika diatas itu maka masih memerlukan penelitian lebih lanjut tentang dampak terhadap mesin bakar walaupun sebagian kecil negara ada yang menggunakan biodiesel sampai B30.

Penggunaan pelarut yang umum adalah metanol bukan etanol karena beberapa sebab yaitu :
  • Metanol lebih mudah di-recycle walaupun lebih bersifat racun daripada etanol
  • Harga metanol lebih murah dibandingkan etanol
  • Mencari etanol yang murni sulit karena umumnya didapatkan sebagai minuman
Karakteristik biodiesel sebagai alternatif bahan bakar sebagai berikut :
  • Biodiesel lebih conductive daripada petrodiesel sehingga lebih mudah menjadi agent peng-korosif material
  • Biodiesel dapat mengoksidasi membentuk korosif peroxide
  • Korosif di ruang bakar dan penyimpanan bisa ditimbulkan karena peroxide, water dan sulphur
  • Biodiesel bisa mendegradasi sealing elastis (rubber), gasket dan hose
  • Terdapat deposit bagian bawah disepanjang jalur bahan bakar ---> solusinya adalah dengan penggantian filter yang rutin karena jika sampai filter jebol, maka deposit akan menutup lubang injector pump dan merusak sistem instrumentasi
  • Viskositas biodiesel lebih tinggi dari petrodiesel sehingga dalam pembakaran memungkinkan mengurangi daya serta bahan bakar yang tidak habis terbakar bisa menyebabkan sludge di ruang bakar
BACA JUGA: Analsia Oli Pelumas (Tribology) dan Referensi Report (2 of 2)
  • Biodiesel menghasilkan net caloric value kurang dari 12% jika dibandingkan petrodiesel karena lower speed engine and power
  • Biodiesel membutuhkan storage yang tepat karena auto-oksidasi dengan udara ambient bisa saja terjadi dan menyebabkan oxidative-degradation
  • Biodiesel memiliki tingkat kestabilan dan kebersihan lebih tinggi dibandingkan petrodiesel karena dapat mengurangi emisi gas buang (CO, particulate matter, hydrocarbon) dan biodegradable namun menambah emisi gas NOx 
  • Biodiesel memiliki masalah dalam flow ketika temperatur dingin 0 s/d 10 oC karena akan mengendap
  • Biodiesel tidak compatible untuk material copper (Cu), lead (Pb), bronze, tin (Sn) dan zinc (Zn) namun cocok untuk material dari alumunium (Al), steel (FeC) dan fiberglass
  • Selama penyimpanan, biodiesel bertindak sebagai detergent sehingga akan mengurai sludge di bottom storage dan ketika dialirkan ke injector maka filter harus sering diganti
Untuk meningkatkan kekurangan sifat properties yang dimiliki biodiesel maka dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :
  • Pencampuran dengan petrodiesel, misalnya B5, B10, B20
  • Penggunaan aditif, umumnya adalah antioksidan baik alami maupun sintetis untuk mencegah proses oksidasi. Aditif yang digunakan umumnya adalah Mo, Mg, Nonyl phenoxy acetic acid
  • Modifikasi chemical dan physical dari biodiesel product
Standar parameter pada "petroleum diesel"
 Standar parameter pada "biodiesel"
Parameter terukur di biodiesel sebagai berikut :
  • Flash Point : temperatur dimana uap bahan bakar mencapai batas lower flammability dan akan terbakar dengan sendirinya
  • Acid Number (TAN) : jumlah KOH (dalam mg) yang digunakan untuk menetralisir oli (per 1 gram)
BACA JUGA: Analisa Bilangan Kimia
  • Free and Total Glycerin : parameter untuk melihat tingkat konversi dari lemak yang digunakan untuk menghasilkan biodiesel. Produk proses konversi adalah residu lemak yang tidak bereaksi dan residu metanol/etanol yang digunakan sebagai pereaksi. Lemak mengandung beberapa komponen seperti free glycerin (FG), mono-glyceride (MG), d-glyceride (DG) dan tri-glyceride (TG). Sedangkan total glycerin = FG + 0.255 MG + 0.146 DG + 0.103 TG
  • Cold Soak Filtration (CSFT) : parameter yang digunakan untuk mengetahui kegagalan biodiesel ketika dicampur dengan petrodiesel pada suhu ekstrem (dingin)
  • Oxidation Stability : parameter untuk mengetahui ketahanan biodiesel selama penyimpanan karena biodiesel mudah mengoksidasi lingkungan
  • Water Content : parameter yang digunakan untuk mengetahui kandungan air di biodiesel dan ini bisa digunakan untuk mengetahui seberapa dampak terhadap filter
  • Cloud Point : temperatur dimana biodiesel mulai membeku/kristal dan tidak bisa mengalir kembali. Parameter ini digunakan untuk mengetahui titik operasi biodiesel ketika suhu ekstrem
  • Cetane Number (CN) : skala pembakaran yang digunakan untuk mesin diesel sedangkan Octane Number (ON) untuk mesin bensin. Jika CN terlalu tinggi berarti pembakaran dapat terjadi sebelum udara dan bahan bakar tercampur sehingga bisa menimbulkan pembakaran tidak sempurna ditandai dengan smoke sedangkan CN terlalu rendah maka suara mesin kasar, pembakaran tidak sempurna, mesin lambat panas. CN umumnya berkisar antara 45-70
Kutip Artikel ini sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2019). Mengenal Biodiesel (B20) Sebagai Bahan Bakar, Best Practice Experience in Power Plant. www.caesarvery.com. Surabaya

Referensi:
[1] Feriyanto, YE. (2019). Mengenal Biodiesel (B20) Sebagai Bahan Bakar, Best Practice Experience. Surabaya
[2] Developing a B20 Fuel Quality Standard. (2012).  Department of Sustainability, Environment, Water, Population and Comunities
[3] Komariyah, L. (2017). Biodiesel Effect on Fuel Filter. Journal of Physics
[4] Xue, J., Grift, T., dan Hansen, A. (2010). Effect of Biodiesel on Engine Performance and Emission. Journal of Renewable and Sustainable Energy Review
[5] Biodiesel : Advantages and Potential Problem. www.bellperformance.net
[6] Voicu, I., Chiriac, R., dan Apostolescu, N. (2013). Effect of Hydrogen Induction in A Diesel Engine Operating with Biodiesel B20 at Different Injection Timing. University of Buccharest
[7] Alleman Quality Parameters and Chemical Analysis for Biodiesel Produced in United States 

Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi KLIK

Sistem Bandarmology Saham

Diposting oleh On Thursday, February 28, 2019

Bandarmology adalah ilmu yang mempelajari atau menganalisis aktifitas yang dilakukan bandar. Di dunia pasar saham, analisa bandarmology sangat diperlukan untuk menajamkan analisa teknikal yang sudah dibuat. Siapakah bandar itu ?? bandar adalah sekelompok investor atau broker atau perkumpulan fund manager dengan modal yang sangat besar dimana tujuan utamanya sama seperti ingin menaikkan/menurunkan harga saham. Bandar ini mengelola uang titipan investor misalnya dana dari reksa dana, asuransi, deposito, tabungan atau titipan modal perusahaan. Jadi bandar hanyalah istilah perkumplan saja bukan pelaku perorangan jadi jangan di-anologi-kan negatif yaitu penipu atau pembentuk harga saham walaupun didalam aplikasinya memang bisa membentuk harga saham.

Sumber Gambar : www.finansialku.com
Mengapa bandar tidak bisa di-judge sebagai pembentuk harga saham ??
Karena investor di BEI berjumlah ratusan juta dengan broker sekitar 60 perusahaan dan emiten berjumlah 600-an sampai awal tahun 2019. Perputaran uang di pasar saham per hari mencapai ratusan trilyunan rupiah sehingga jika terdapat bandar misalnya dari broker A akan membentuk harga saham emiten A maka bagaimana dengan broker lain dan belum lagi investor retail. Apakah semua isi kepala investor sama ketertarikannya terhadap emiten A tersebut ?? jawabannya pasti tidak, jadi walaupun terdapat bandar maka jangan takut harga akan dimainkan karena bandar yang bisa memainkan harga sudah tentu harus memiliki uang setidaknya 1/3 dari uang yang berputar di pasar saham dan ini cukup mustahil terpenuhi.

Bandar seperti apa yang digambarkan di sistem bandarmology ??
Bandar yang dimaksudkan adalah aktifitas yang dilakukan broker dari hari ke hari terhadap emiten apakah sedang akumulasi, distribusi, mark-up dan mark-down. Akumulasi berarti broker sedang membeli saham dalam jumlah besar sedangkan distribusi berarti broker sedang melakukan penjualan saham kepada investor retail. Mark-up dan mark-down adalah efek dari 2 aktifitas tersebut sehingga harga saham ber-fluktuatif naik-turun.

Untuk apakah investor harus belajar bandarmology ??
Para investor sepakat bahwa 90% adalah "follow the giant" yang artinya sebagai pengikut yang besar. Jika bandar sedang akumulasi dalam jumlah besar umumnya bandar telah mendapatkan rumor positif terlebih dahulu dan belum ter-ekspose ke publik. Mengapa bandar mendapat informasi yang lebih dahulu?? karena bandar adalah sekelompok perkumpulan orang yang bisa saja anggota-nya berperan vital di suatu organisasi khusus dan kebetulan rumor sampai ke telinga-nya dan dengan segera melakukan aksinya sedangkan investor ritel adalah individu yang mencoba peruntungan tanam modal dengan platform aplikasi online trading yang disediakan broker. Konsep "follow the giant" bisa menguntungkan investor ritel karena ikut membeli dan ikut menjual apa yang dilakukan bandar. Keuntungan lain adalah analisa fundamental dan teknikal sudah tentu dilakukan bandar dan resource investor retail menjadi lebih ringan.

Apakah mengikuti aktifitas bandar selalu menguntungkan ??
Tidak, bandar dalam aktifitasnya bisa saja digunakan untuk menarik investor ritel saja bukan sebagai investasi atau saham memang akan disimpan dalam jangka panjang lebih dari 1 tahun. Sebagai investor ritel, jika mengikuti hal tersebut sudah tentu uang yang diinvestasikan lama berputar sedangkan uang yang dimiliki hanya itu. Berbeda dengan bandar, mereka masih memiliki sangat banyak uang untuk diputar kembali. BEI selaku pengawas pasar saham di Indonesia selalu mengedepankan transparansi informasi dan win-win solution antara investor dan perusahaan. Cara yang dilakukan adalah memberikan informasi transparan online jumlah saham yang diakumulasi bandar, membuat rangking perusahaan paling untung (gainer) dan paling rugi (losser) tiap waktu serta informasi lainya yang masih banyak terdapat pada platform aplikasi online trading.

Jika bandarmology tidak sepenuhnya memberikan keuntungan maka strategi apa yang harus dilakukan ??
Strategi yang tepat dan umum dilakukan oleh para investor adalah menggabungkan beberapa analisa untuk memberikan keputusan dalam aktifitas jual-beli saham. Strategi seperti apa ?? yaitu dengan melakukan analisa teknikal misalnya indikator moving average tipe exponential (EMA) seperti EMA 10, EMA 20 dan EMA 100. Setelah dari analisa EMA sudah bisa menentukan titik support dan resistance maka langkah selanjutnya adalah analisa bandarmology dengan melihat aktifitas bandar dari hari ke hari terhadap saham yang akan diincar tersebut. Jika bandar sedang akumulasi maka bisa dipastikan harga akan naik dan investor ritel sebaiknya ikut entry dan secepat mungkin menjual kembali sebelum bandar melakukan aksi distribusi-nya untuk mendapatkan cuan.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Galvanic Corrosion/Bimetallic/Dissimilar Metal (Korosi Galvanis)

Diposting oleh On Sunday, February 24, 2019

Galvanic Corrosion atau Korosi Galvanis adalah korosi yang terjadi karena perbedaan potensial elektrokimia antara 2 material yang disatukan. Penjelasan proses reaksinya sudah di bahas di: Macam-Macam Korosi Material
Didalam proses galvanic corrosion melibatkan reaksi kimia seperti di sel volta sehingga mauatan ion berbanding terbalik dengan sel elektrokimia dimana di sel volta untuk katoda (+) dan anoda (-). Penjelasan detail di: Sel Volta/Sel Galvani.
Didalam lingkungan yang korosif seperti elektrolite (banyak ion) 2 metal yang disatukan masing-masing memiliki potensial elektrokimia yang berbeda-beda dimana arus elektron mengalir dari anode (-) ke katoda (+).
Sebagai contoh 2 metal berbeda disatukan :
Fe2+ + 2e ---> Fe (Katoda karena reduksi = KARED)
Zn ---> Zn2+ + 2e (Anoda karena oksidasi = ANOKS) ---> terkorosi lebih dahulu karena Zn terletak dibawah Fe berdasarkan deret volta.
2 metal tersebut berada di lingkungan yang korosif seperti pH asam/basa, excess oksigen dan larutan elektrolit maka akan terjadi aliran elektron antara metal dan fluida.

Faktor yang mempengaruhi tingkat korosi di galvanic corrosion (Corrosion Institute, 2010) :
  • Elektrolite (pH, komposisi kimia, konsentrasi kimia dan conductivity)
  • Area Ratio (area katoda yang lebih besar dari anoda kurang baik karena elektron yang hilang lebih besar dan sebisa mungkin area ratio katoda dan anoda sama. Katoda yang lebih besar dari anoda maka metal didekatnya juga harus lebih besar untuk memenuhi elektron yang hilang tersebut sehingga lama-kelamaan akan terkikis
  • Aeration dan Flow Rate (tergantung terhadap dissolved oxygen yang ada di lingkungan dimana semakin tinggi oksigen maka reaksi oksidasi semakin cepat terjadi dan juga flow rate fluida yang mengalir semakin cepat akan menimbulkan penurunan nilai potensial elektrokimia metal sehinggga menjadi mudah teroksidasi/melepaskan elektron)
  • Metallurgical Condition and Composition (kondisi ketika pembuatan metal seperti cold/hot working akan mempengaruhi sifat anoda/katoda-nya ketika disatukan dengan metal lain serta dalam metal sama jika komposisi kimia berbeda sedikit saja akan mempengaruhi ketahahan korosinya)
  • Stifling Effect (efek akumulasi paparan seperti time of exposure)
  • Fluid Environment (lingkungan fluida yang korosif seperti air laut, asam sulphate, excess oksigen menyebabkan 2 metal lebih cepat mengalami korosi galvanis
  • Atmospheric Environment (kondisi lingkungan seperti humidity tinggi, dekat polutan, di area terbuka dan kondisi metal terpendam menyebabkan korosi galvanis mudah berlangsung)
  • Position of Metal in the Galvanic Series (pemilihan metal yang akan disatukan diusahakan perbedaan potensialnya yang sekecil mungkin agar tidak terjadi galvanic corrosion)
  • Effect of Distance (diketahui bahwa daya hantar listrik di larutan (solution conductivity) berbanding terbalik dengan panjang (length) dan lintasan (conduction path). Tingkat galvanic corrosion akan parah tepat pada sambungan 2 metal sehingga dengan menambah panjang metal maka efek korosi galvanis bisa ditekan
Cara mencegah agar terhindar dari korosi galvanis ??
  • Mengupayakan memilih material yang sama jika harus menyambungkan
  • Jika memang harus menyambungkan 2 material, setidaknya dipilih yang tidak terlalu jauh nilai energi potensial sesuai deret volta
  • Jika metal yang sama atau yang berdekatan sesuai deret volta tidak bisa diupayakan maka antara sambungan diberi insulator (nonmetallic, nonabsorbent) untuk mencegah aliran arus elektron misalnya plastik atau coating
  • Painting antara 2 material yang tersambung
  • Mendesain cathode area lebih kecil dibanding anoda sehingga tingkat perpindahan elektron bisa ditekan
  • Bagian yang difungsikan sebagai anoda dibuat lebih tebal untuk memberikan loss material yang cukup lama
  • Menempatkan sacrificial anode untuk menggantikan reaksi korosi, detail bisa baca di: Macam-Macam Cara Pencegahan Korosi
Berikut kutipan dari Schweitzer (2010):

Kutip Artikel ini sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2019). Galvanic Corrosion/Bimetallic/Dissimilar Metal (Korosi Galvanis)www.caesarvery.com. Surabaya

Referensi:
[1] Corrosion Institute. (2000). Bimetallic Corrosion. Teedington
[2] Dexter, Stephen. (2003). Galvanic Corrosion. University of Delaware
[3] Inox, Euro. (2009). SS in Contact with Other Metallic Material. Journal of Materials and Applications Series, Vol 10
[4] Schweitzer, P.A. (2010). Handbook of Fundamentals of Corrosion Mechanisms, Causes, and Preventative Methods. CRC Press. London & New York

Indikator Analisa Saham : Grafik Harga (1 of 3)

Diposting oleh On Friday, February 22, 2019

Grafik Harga / Price Chart adalah grafik pergerakan harga saham yang dimulai dari open dan close periode yang diinginkan. Grafik harga yang umum diminati oleh para trader ada 3 yaitu :
  • Line Chart
Grafik berupa garis yang terbentuk dari perhubungan harga close saja pada periode waktu yang diinginkan. Tampilan ini cukup familiar disebagian besar investor namun jika untuk trading saham kurang bisa menggambarkan kuantitatif kenaikan/penurunan harga saham update karena tampilan yang hanya sebatas garis pada close saja. Sedangkan untuk investor jangka panjang, line chart cocok untuk digunakan.
  • Bar Chart
Grafik berupa batang yang menunjukkan harga open, close, terendah dan tertinggi. Bar chart memiliki sirip disisi kiri yang menandakan open dan sisi kanan yang menandakan close. Bar chart menampilkan data update yang lebih lengkap dibandingkan line chart.
  • Candle Chart
Grafik berbentuk lilin 2 warna yang menggambarkan harga open dan close pada periode waktu yang diinginkan. Candle chart mudah sekali dilihat dan dilakukan analisa karena kenaikan/bullish dan penurunan/bearish ditampilkan dalam 2 warna yang berbeda. Para trader lebih menyukai candle chart untuk memasuki pasar saham dan umumnya digabungkan dengan indikator lain sebagai penguat data.

Mengapa harus menggunakan indikator grafik harga ??
Sebagai investor pemula, tahap awal yang harus dimengerti ketika menggunakan teknikal analysis adalah mengartikan grafik pergerakan harga saham terlebuh dahulu. Mencoba memahami arti pewarnaan, bentuk grafik dan arah pergerakan dan setelah hal tersebut sudah dipahami kemudian belajar darimana asal-usul pergerakan harga saham bisa seperti grafik tersebut.

Grafik apakah yang disukai penulis ??
Penulis mencoba belajar dari pemula dengan memahami candle chart karena tampilannya yang bisa menggambarkan data secara kuantitatif besaran nominal perubahan harga saham. Selain itu, candle chart juga menampilkan arah pembelokan harga saham yang mudah dimengerti. Jika tidak memiliki waktu yang relatif banyak maka candle chart adalah solusinya karena dengan pewarnaan yang berbeda antara bullish dan bearish maka bisa dengan cepat dilihat arah trend harganya.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Macam-Macam Uji Untuk Analisa Kerusakan Material Tube Condenser dan Analisa Korosi

Diposting oleh On Monday, February 18, 2019

Tube condenser pada umumnya bertipe once-through open cooling system yang artinya sistem pendingin satu kali lewatan. Pendingin yang digunakan umumnya air laut dan ada juga yang menggunakan air sungai. Material yang umum digunakan di tube condenser adalah titanium, copper, brass, alumunium atau stainless steel. Pemilihan material tersebut didasarkan pada sifat thermal konduktifitas, ketahanan korosi terhadap air pendingin yang digunakan dan ketahanan terhadap injeksi kimia yang digunakan.
Terdapat berbagai macam tipe kerusakan yang terjadi di tube condenser misalnya bocor (pitting, retak rambut, robek), patah (vertikal, horizontal), buntu (kerak, kerang/tritip, sludge, kapur).
Gambar 1. Profil Kerusakan Tube Condenser
Tube condenser beroperasi pada suhu cukup tinggi karena harus menerima low pressure steam dari turbine untuk dikontakkan dengan air pendingin agar didapatkan condensate kembali sebagai recycle uap-air. Jika perbandingan antara flow air pendingin dengan flow steam tidak seimbang maka kondensasi tidak tercapai dan berefek pada overheating di tube. Beberapa penyebab yang mungkin terjadi adalah plug tube sudah >10% dari total tube, terdapat penyempitan jalur air pendingin karena kebuntuan atau vakum condenser drop.
Beberapa cara bisa digunakan untuk mendeteksi kebocoran tube condenser seperti yang sudah di tulis di artikel: Condenser PLTU Berdasarkan Standard EPRI

Sedangkan untuk mencari root cause kerusakan material tube condenser diperlukan teknologi untuk analisa sebagai berikut :
  • Uji Makrografi/Macrography
Pengujian visual 2 dimensi menggunakan mikroskop dengan pembesaran mulai dari 0.5x s/d 50x. Hasil yang didapatkan adalah penampang secara 2D struktur permukaan material dan bisa digunakan untuk mendeteksi kemungkinan korosi berdasarkan struktur yang berbeda jika dibandingkan antara pipa baru dengan pipa lama.
Gambar 2. Hasil Uji Makrografi Outer Surface Tube Condenser - New
Gambar 3. Hasil Uji Makrografi Inner Surface Tube Condenser - New
Gambar 4. Hasil Uji Makrografi Inner Surface Tube Condenser - Ex Used
Gambar 5. Hasil Uji Makrografi Outer Surface Tube Condenser - Ex Used
Pengujian menggunakan cairan berwarna untuk mendeteksi secara visual kemungkinan failure yang terjadi. Hasil yang didapatkan berupa resapan cairan berwarna ke pori-pori material, sehingga bila terdapat retak rambut, pitting atau bocor akan ada indikasi warna di sisi luar.
Gambar 6. Hasil Uji Penetrant Tube Condenser - New
Gambar 7. Hasil Uji Penetrant Tube Condenser - Ex Used
  • Uji SEM-EDX
Pengujian visual 3 dimensi (SEM) dan dibaca unsur penyusunnya (EDX). Pengujian SEM saja akan menghasilkan pembesaran secara visual sedangkan jika hasil dari SEM ditambahkan dengan EDX maka unsur kimia yang terakumulasi di permukaan material akan kelihatan. Pengujian ini efektif untuk mendeteksi adanya kimia agent korosi yang terakumulasi di material sehingga bisa digunakan untuk mendeteksi asal penyebabnya.
Gambar 8. Hasil Uji SEM Inner Tube Condenser - Ex used
Gambar 9. Hasil Uji SEM Outer Tube Condenser - Ex used
Gambar 10. Hasil Uji SEM-EDX Inner Tube Condenser - Ex used
Pengujian komposisi unsur kimia kerak menggunakan X-Ray. Hasil yang didapatkan bisa digunakan untuk mendeteksi asal kerak sehingga agent kimia berbahaya yang bisa menyebabkan kerusakan material bisa dicegah.
Gambar 11. Hasil Uji XRD Kerak Tube Condenser - New
Gambar 12. Hasil Uji XRD Kerak Tube Condenser - Ex Used
  • Uji Metalografi/Metallography
Pengujian struktur mikro material menggunakan pembesaran >100 x. Hasil yang didapatkan bisa untuk mendeteksi keparahan struktur material sehingga bisa digunakan untuk mendeteksi agent penyebab failure.
Gambar 13. Hasil Uji Metalografi Tube Condenser Pembesaran 100x - New
Gambar 14. Hasil Uji Metalografi Tube Condenser Pembesaran 100x - Ex Used
  • Uji Hardness
Pengujian untuk mengukur tingkat kekerasan material
Pengujian untuk mengukur komposisi unsur kimia material

Beberapa penyebab kerusakan material tube seperti yang sudah dibahas di artikel: Macam-Macam Korosi Material dan yang lebih parah namun tidak kelihatan adalah microbiologically attack yang lebih dikenal dengan bio-corrosion (Moura et al, 2013). Cara yang digunakan untuk mencegah bio-corrosion adalah : physical process, biocide, protective coating dan inhibitor corrosion. Sebagian besar mikroorganisme adalah penyumbang korosi yang disebut sulphur cycle yang terdiri dari 2 hal sebagai berikut :
1. Chemo-Autothropic ---> mikroorganisme menggunakan senyawa inorganik (H2S, S, Fe2+) sebagai sumber energi dan menggunakan CO2 sebagai sumber carbon
2. Chemo-Heterothropic ---> mikroorganisme menggunakan elektron khususnya atom hydogen dari senyawa organik sebagai sumber energi
Biota laut dalam aktifitas kehidupannya melakukan ekskresi normal dan menghasilkan salah satunya unsur sulphur (S) dan unsur ini jika terperangkap dalam crack tube (pitting, retak atau patahan) maka akan bereaksi dengan air pendingin membentuk senyawa sulphite yang kemudian lanjut menjadi senyawa sulphate

Kutip Artikel ini sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2019). Macam-Macam Uji Untuk Analisa Kerusakan Material Tube Condenser dan Analisa Korosi, Best Practice Experience in Power Plantwww.caesarvery.com. Surabaya

Referensi:
[1] Feriyanto, Y.E. (2019). Kajian Enjiniring Pembangkitan RCFA Kebocoran Tube Condenser. Surabaya

Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi KLIK

Trend Pergerakan Harga Saham

Diposting oleh On Thursday, February 14, 2019

Trend pergerakan harga saham selalu tetap karena ini sudah kodrat didalam kehidupan seperti semua aktifitas ini mengikuti distribusi normal. Trend pergerakan harga itu dimulai dari : harga turun (support) - akumulasi buy (uptrend/bullish) - jenuh (sideways/resistance) - akumulasi sell (downtrend/bearish) - harga turun lagi (support). Urutan tersebut pasti terjadi dan terus berulang sehingga berdasarkan hal tersebut pergerakan harga saham bisa diprediksi mengggunakan teknikal analisis salah satunya menggunakan indikator moving average.
Sumber Gambar : www.ellen-may.com
Urutan Trend Pergerakan Harga Saham :
1. Stage 1 ---> Harga Turun (Support) Tercapai
Tahap ini adalah dampak dari kejenuhan terhadap harga saham yang tidak wajar sehingga banyak investor melakukan aksi jual
2. Stage 2 ---> Akumulasi Buy (Uptrend/Bullish)
Tahap ini adalah dampak dari harga saham yang dinilai sangat murah, sehingga investor ramai-ramai buy dalam skala besar sehingga supply > demand menyebabkan harga saham naik
3. Stage 3 ---> Fase Jenuh (Sideways/Resistance)
Tahap ini adalah fase supply = demand sehingga harga saham stagnan, investor belum melakukan aksi jual karena masih memprediksi terdapat kenaikan harga saham
4. Stage 4 ---> Akumulasi Sell (Downtrend/Bearish)
Tahap ini adalah supply < demand dan banyak investor melakukan aksi take profit sehingga harga saham turun sampai mencapai titik resistance dan kembali ke stage 1 lagi
Setelah mengetahui trend pergerakan saham apa yang harus dilakukan ??
Investor retail sebaiknya membeli ketika di stage 1 ketika harga masih murah atau ketika mulai mencapai level di stage 2. Pembelian diharga tersebut bisa dipastikan 100% harga akan naik, karena merupakan support harga. Para trader akan akumulasi buy di stage 2 dan akan menjual dengan cepat ketika belum sampai di titik resistance.
Apakah ketika kita sudah membeli di stage 3 (resistence) pasti akan rugi ??

Jawabannya tidak karena profil trend seperti itu memiliki periode waktu tertentu dan ketika periode dipanjangkan misalnya 3 bulanan bahkan tahunan maka titik resistance yang sewaktu pembelian saham dulu akan bisa jadi menjadi titik support untuk periode tahunan. Sebagai seorang investor jangka panjang tentu tidak akan mempermasalahakan profil trend tersebut karena untuk saham-saham blue chips, profil trend akan selalu naik dan trend pergerakan harga saham sangat smooth hampir tidak terlihat puncak dan lembahnya namun prinsip saham akan selalu mengikuti trend seperti gambar diatas.
Penulis lebih senang membeli di tahap berapa ??
Jawabannya adalah stage 1 dengan indikator IHSG sedang jatuh dan mengincar saham-saham blue chips yang harganya berguguran. Prinsip tersebut pastinya bertentangan dengan rekomendasi para broker diluar dan trik tersebut memang terbukti cukup efektif.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Condenser PLTU Berdasarkan Standard EPRI

Diposting oleh On Monday, February 11, 2019

Berdasarkan EPRI (2001) "Condenser Application and Maintenance Guide" dikupas berbagai hal tentang condenser di PLTU.
Berdasarkan Siklus Rankine diatas condenser berperan seperti area yang diblok yaitu titik 7 ke 1 (steam dari LP turbine yang memiliki entropi besar akan turun selama terjadi pertukaran panas di condenser sehingga steam berubah fase menjadi liquid).
ENTROPI ("S") adalah suatu energi namun tidak bisa digunakan sebagai usaha ("W") dan direferensikan sebagai energi per kenaikan satuan temperatur.

FUNGSI CONDENSER adalah:
  • Meng-kondensasi-kan steam LP turbine (Primary)
  • Menghilangkan gas terlarut yang tidak terkondensasi (removing dissolved non-condensable gases from the condenser) ---> karena didalam condenser dilengkapi steam jet air ejector atau vacuum pump
  • Sebagai efisiensi air siklus (feed water) (conserving the condensate for re-use as feed water)
  • Memberikan benteng/perlindungan sistem terhadap kebocoran kecil di tube sehingga cooling water tidak sampai menetes ke condensate (providing a leak-tight barrier between the high-grade condensate and untreated cooling water)
  • Memberikan benteng/perlindungan berupa celah sempit yang melawan udara masuk dan mencegah tekanan balik yang berlebih dari steam LP turbine (providing a leak-tight barrier against air ingress and preventing excess backpressure on the turbine)
  • Menyediakan wadah sebagai drain condensate (serving as a drain receptacle for condensate) ---> condenser adalah peralatan yang memiliki tekanan terendah dalam siklus air-uap sehingga jika terdapat kontaminan maka bisa cepat segera dibuang melewati fasilitas drain condenser
  • Menyediakan tempat yang tepat untuk make up feed water (providing a convenient place for feedwater makeup)
  • Menjaga vakum terhadap tekanan keluar turbine (maintain vacuum for the discharge of the turbine blade)
Kemungkinan Penyebab Vacuum Condenser Rendah (Poor Vacuum)
  • Low steam pressure ---> setiap nozzle ejector didesain dengan steam pressure yang spesifik dan jika tekanan ejector < desain maka tidak akan bisa mencapai vakum yang diharapkan
  • Superheated steam atau wet steam ---> ejector didesain no-moisturize untuk mencegah erosi sehingga steam berupa superhetaed harus benar-benar diperhatikan
  • Clogged nozzle orifice --> nozzle orifice yang tersumbat dan umumnya steam nozzle didesain clean in place. Alternatif jika tersumbat adalah melakukan reverse blow
  • Total condenser air in leakage ---> kebocoran udara bisa dicek di discharge after-cooler ejector system menggunakan rotameter, pitot tube, flow meter atau multi sensor probe
  • Loop seal drain too short ---> line drain condensate dan loop seal didesain bisa mencegah short circuit antara udara dari main turbine dan cooling ejector system
  • Excessive discharge pressure at ejector atmospheric stage
  • Poor main condenser operation
  • Leaking air inlet isolation valves

Macam-Macam Metode Mencari Kebocoran Tube Condenser :
  1. Smoke ---> menggunakan asap (umumnya rokok) jika asapnya terhisap maka dipastikan tube bocor. Hal yang perlu diperhatikan adalah jauh-dekat kebocoran dengan pengasapan mempengaruhi keakuratan
  2. Thermography ---> melihat rona yang berbeda antara steam dan air pendingin menggunakan peralatan infrared thermography. Keefektifannya ditunjang jika kebocoran steam besar sehingga perbedaan temperatur antara steam dan air pendingin sangat jauh berbeda
  3. Utrasonic ---> menggunakan suara ultrasonic dan keefektifan dipengaruhi oleh suara sekitar (noise)
  4. Plastic Wrap ---> plastik ditutupkan di inlet dan outlet tube, jika plastik robek bisa dipastikan tube bocor. Sistem ini juga bisa diterapkan dengan koran
  5. Water Fill Leak Test With Fluorescent ---> shell condenser diisi air dan dilihat bocoran menggunakan black light
  6. Rubber Stopper ---> menenempatkan karet di ujung tube dan dibiarkan cukup lama, jika tersedot maka bisa dipastikan tube bocor
  7. Eddy Current Testing ---> teknologi modern dan paling akurat berdasarkan letak, jenis crack dan bentuk crack-nya
  8. Helium Detector/Sulphur Hexafluoride
  9. Foam ---> disebarkan di area tube sheet dan jika bocor maka foam akan terisap ke tube
  10. Vacuum Testing
Kutip Artikel ini sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2019). Condenser PLTU Berdasarkan Standard EPRI, Best Practice Experience in Power Plantwww.caesarvery.com. Surabaya

Referensi:
[1] Feriyanto, Y.E. (2019). Best Practice Experience in Power Plant. Surabaya
[2] EPRI. (2001). Condenser Application and Maintenance Guide

Ingin Konsultasi dengan Tim Expert Website, Silakan Hubungi KLIK

Analisa TEKNIKAL untuk Pertimbangan Membeli Saham

Diposting oleh On Friday, February 08, 2019

Analisa Teknikal adalah salah satu analisa yang digunakan dalam pertimbangan membeli saham. Prinsip analisa ini adalah menganalisa pergerakan harga saham berdasarkan trending waktu karena menurut para ahli pergerakan pasar dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan yang hampir sama yang bisa dilihat berdasarkan jumlah investor, volume transaksi dan nominal uang yang beredar. Analisa ini cenderung berdasarkan grafik saja dan umumnya dipakai oleh investor tipe trader.
Didalam pergerakan saham dari waktu ke waktu patokan yang bisa dijadikan acuan adalah moving average-MA (rata-rata pergerakan) dan yang paling umum diacu adalah exponential moving average (EMA). Mengapa MA dijadikan acuan prediksi harga ?? karena berdasarkan prinsip dasar ilmu statistika, range yang terjadi di saham bergerak dari waktu ke waktu hampir sama dan range yang terbentuk merupakan lauasan yang didapatkan dari harga terendah (support) dan harga tertinggi (resistance). Jika titik support ditarik ke resistance dan dihubungkan misalkan dari minggu ke minggu atau dari bulan ke bulan maka akan memiliki range yang hampir sama. Berdasarkan hal itulah, statistika digunakan untuk prediksi pergerakan harga.
Gambar diatas adalah pergerakan harga dari bulan ke bulan dan di aplikasi software umumnya terdapat menu pilihan tampilan grafik seperti candle, bar or line. Gambar tersebut ditunjukkan 3 tipe tampilan grafik dan analisa teknikal lebih mudah dilakukan di candle chart. Bisa dilihat di line chart tersebut (grafik terbawah), range (luasan antara line merah dan biru menunjukkan kemiripan) dan selalu membentuk pola naik-turun-bertemu simpul-membuka-menutup kembali. Pola seperti itu akan terus berulang dan dengan ilmu statistika bisa dilakukan perhitungan.
Analisa teknikal bisa digunakan untuk merencanakan kisaran harga ketika akan membeli/menjual saham dan berdasarkan hal tersebut bisa digunakan untuk menjawab alasan apakah saham haram ?? pembelian yang mendasari adalah menggunakan akal pikiran dengan ilmu, tidak menebak-nebak dan terdapat pertimbangan waktu kapan harus masuk dan kapan harus keluar.
Analisa teknikal tidak lepas dari 3 jenis moving average (MA) sebagai berikut :
  1. Simple Moving Average (SMA) : rata-rata (mean) dari perubahan harga per periode yang diinginkan dengan berat disamakan. Rumus perhitungan SMA : Σpergerakan harga/n. Misalkan saham BBNI berubah dari 3100, 3300, 3200, 3500 maka SMA 4 adalah (3100+3300+3200+3500)/4 = 3275
  2. Exponential Moving Average (EMA) : rata-rata (mean) dari perubahan harga per periode yang diinginkan dengan berat tidak disamakan dimana harga terakhir memiliki berat yang lebih besar dibanding harga awal. Rumus perhitungan EMA : [harga terakhir - EMA sebelumnya] x [2/(n+1)] + EMA sebelumnya. Misalkan saham BBNI berubah dari 3100, 3300, 3200, 3500 maka EMA 4 adalah (3500-3200) x (2/4+1) + 3200 = 3320
  3. Weighted Moving Average (WMA) : rata-rata (mean) dari perubahan harga per periode yang diinginkan dengan berat tidak disamakan dimana harga terakhir memiliki berat yang lebih besar dibanding harga awal dengan komposisi berat ditentukan menurun per periode. Rumus perhitungan WMA = [harga terakhir x faktor berat] + [harga sebelumnya x (faktor berat -1)] + .........dst. Misalkan saham BBNI berubah dari 3100, 3300, 3200, 3500 maka SMA 4 adalah (3500 x 4/10) + (3200 x 3/10) + (3300 x 2/10) + (3100 x 1/10) = 1400 + 960 + 660 + 310 = 3330. Penentuan faktor pemberat tergantung keinginan, misalnya seperti perhitungan diatas adalah jika ingin dinilai harga terakhir per 10 biar genap.
Berdasarkan 3 jenis MA tersebut maka bisa dikatakan EMA dan WMA memiliki kecepatan dalam menangkap sinyal pergerakan harga yaitu lebih mendekati ke harga terakhir dibanding SMA. Namun untuk menentukan pilihan mana yang terbaik adalah ketiganya saling menyempurnakan dan umumnya digunakan bersamaan.

Referensi: 

[1] Pengalaman Pribadi pada Tema Terkaitwww.caesarvery.com

Macam-Macam Korosi Material

Diposting oleh On Tuesday, February 05, 2019

Korosi adalah kembalinya logam ke bentuk bijihnya (caesarvery, 2015). Material yang dipakai bisa dicegah proses korosi-nya dengan beberapa metode seperti yang tertulis di: Macam-Macam Cara Pencegahan Korosi. Berikut diulas detail tentang macam-macam korosi :
  • Stress Corrosion Cracking (SCC)
Korosi yang berada di area yang tertarik atau tertekan (stress) pada material logam. Pada area yang tertekan/tertarik tersebut umumnya terdapat retak rambut atau bintik-bintik lubang (pit) sehingga bisa menjadi tempat reaksi korosi antara fluida yang mengalir dengan material logam. Umumnya reaksi yang merugikan adalah oksidasi dan pengelupasan lapisan pasifasi permukaan logam yang menyebabkan sifat properties seperti strength dan hardness turun sehingga menyebabkan failure. Parrot et al (2011) melakukan percobaan pengaruh ion chloride (Cl) terhadap material austenitic dan penelitian oleh Jones et al (1992) didapatkan informasi bahwa hal-hal yang mempengaruhi SCC adalah :
  1. Temperature
  2. pH
  3. Oxygen level humidity
  4. Residual stress
  5. Alloying and impurities di material
  6. Tingkat sensitifitas material
  7. Cyclic condition
  8. Pressure
  9. Konsentrasi fluida
  10. Potensial elektrokimia
  11. Viskositas
  12. Mixing atau stirring
Berdasarkan Schweitzer (2010) berikut penyebab beberapa material mengalami SCC:
  • Galvanic Corrosion/Bimetalic Corrosion/Dissimilar Metal Corrosion
Korosi yang disebabkan karena perbedaan potesial elektrokimia antara 2 material yang berbeda yang disatukan. Korosi ini terjadi ketika material menyentuh lingkungan yang bisa menyebabkan korosi seperti kelembaban, larutan elektrolite dan ion fluida. Gejala awal korosi ini adalah salah satu metal mudah teroksidasi berdasarkan "DERET VOLTA" sehingga korosi diantara metal cepat terjadi.

Proses terjadinya sebagai berikut:
Misalnya besi (Fe) disambung dengan zinc (Zn) dimana Zn terletak disebelah kiri dari Fe berdasarkan deret volta dan Zn lebih mudah teroksidasi daripada Fe. Metal Fe akan selalu mencari kestabilan untuk kembali ke bentuk asal bijihnya (kodrat semua senyawa logam) sesuai reaksi : Fe2+ + 2e ---> Fe. Elektron akan mudah terikat oleh lingkungan yang banyak ion-nya seperti elektrolit dan akan terikat oleh ion positif. Namun karena didekat metal Fe terdapat Zn yang mudah sekali teroksidasi sesuai reaksi : Zn ---> Zn2+ + 2e dan mudah melepaskan elektron maka elektron Zn akan terus menggantikan elektron Fe yang hilang sehingga lama-kelamaan metal Zn terkikis habis. Proses korosi yang disebabkan karena perbedaan potensial kimia 2 metal inilah yang disebut galvanic corrosion.
  • Pitting Corrosion/Korosi Sumuran/Korosi Lokal/Korosi Lubang
Korosi yang paling berbahaya karena sulit dideteksi dan sistemnya yang menggerogoti dari material bagian dalam. Umumnya pitting akan menyebabkan material fracture secara total tanpa ada gejala terlebih dahulu.
Beberapa penyebab pitting corrosion adalah:
  1. Chemical terperangkap sampai jenuh dalam waktu yang lama di area terlokalisir terlebih ketika material sudah mengalami damage terlebih dahulu. Chemical paling bahaya adalah asam, kelebihan ion chloride dan minim dissolved oxygen (menyebabkan lapisan pasif material menjadi tidak stabil dan mudah terkelupas)
  2. Lapisan protektif coating yang kurang tepat
  3. Struktur penyusun material yang tidak uniform (masih belum homogen ketika proses casting)
Cara pencegahan pitting corrosion adalah:
  1. Memilih material yang tepat dengan menyesuaikan lingkungan tempat aplikasi
  2. Mengontrol pH, konsentrasi ion Cl dan temperatur
  3. Penerapan cathodic/anodic protection
  • Erosion Corrosion/Abrasion Corrosion/Flow-Accelerated Corrosion (FAC)
Korosi yang disebabkan oleh aliran fluida yang korosif atau material yang bergerak pada fluida korosif. Di kebanyakan literatur dan aplikasi di lapangan erosion corrosion hampir disamakan dengan flow-accelerated corrosion (FAC) dimana FAC menggerus lapisan pasifasi material yaitu magnetite (Fe3O4) sehingga material lebih mudah terserang korosi.
Cara pencegahan erosion corrosion adalah:
  1. Mengurangi belokan aliran fluida sehingga turbulensi bisa ditekan sekecil mungkin
  2. Mengontrol kecepatan fluida
  3. Menggunakan material yang lebih tahan erosi
  4. Menggunakan inhibitor untuk menghambat erosi seperti rubber, chemical, dan coating
  5. Menggunakan cathodic protection
  6. Mengontrol oksigen terlarut dan temperatur di fluida
  7. Memberi filter agar solid particle tidak terikut fluida
  • Fretting Corrosion/Korosi Gesekan
Korosi yang disebabkan karena 2 permukaan metal saling bersentuhan sehingga menimbulkan luka di kedua permukaan metal. Umumnya pengelupasan lapisan metal sangat kecil tidak terlihat karena skala mikron namun karena lingkungan yang korosif menyebabkan timbul korosi di permukaan yang luka tersebut.
Cara untuk mencegah freting corrosion adalah:
  1. Memberikan pelumas (oil, grease) untuk mengurangi gesekan yang terjadi
  2. Menambah hardness material kedua logam yang kontak
  3. Menggunakan seal untuk menyerap vibrasi yang terjadi dan juga bisa untuk mencegah kelembaban atau oksigen masuk diantara permukaan yang bergesekan
  • Fatigue Corrosion
Korosi yang disebabkan karena kerusakan logam akibat gerakan yang berulang (cyclic). Fatigue corrosion hampir mirip dengan SCC dimana SCC untuk material yang tidak berputar berulang atau non-statis misalnya dibengkokkan, ditekuk atau ditekan.
Cara pencegahan fatigue corrosion adalah:
  1. Mengurangi tensile strength material
  2. Memasang corrosion inhibitor
  3. Coating atau memberikan lapisan terhadap material
  • Crevice Corrosion/Korosi Celah
Korosi yang terjadi diantara celah-celah sambungan metal sehingga memberikan ruang/celah tempat berkumpulnya konsentrasi chemical. Chemical yang berkumpul dalam konsentrasi besar akan berekasi dengan logam sehingga menurunkan sifat properties dan menyebabkan failure.
Cara pencegahan crevice corrosion adalah:  (Schweitzer, 2010)
  1. Mendesain sambungan yang baik misalnya menutup rapat celah lasan dengan filler welding sesuai material yang dilas, menggunakan non-absorbent gasket pada flange joint
  2. Menjauhi penggunaan gasket yang berpori dan disarankan menggunakan gasket yang kedap air
  3. Menambah campuran unsur yang tahan korosi ketika proses casting material, misalnya SS tahan terhadap crevice dengan penambahan Cr, Ni, Mo dan N
  4. Mengendalikan operasi agar laju korosi material menurun dengan upaya menurunkan temperature, mengurangi Cl content dan mengurangi kontak asam
  5. Pada tepian/sambungan tangki sebaiknya ditambal menggunakan tar atau bitumen sehingga air hujan tidak terperangkap di celah-celah sambungan
  • Hydrogen Damage/Embrittlement
Korosi yang disebabkan oleh kehadiran H2 yang berasal dari H2S, NH3, H2O. Unsur ini menyebabkan metal menjadi kehilangan ketanggguhannya (toughness) dan menjadi rapuh sehingga mudah terserang korosi. Proses reaksinya adalah hydrogen bereaksi dengan carbon hasil disosiasi carbon steel membentuk metana yang bersifat brittle.
4 H2 + C + Fe3C ---> 2 CH4 + 3 Fe
Hydrogen attack terjadi pada carbon dan low alloy steel pada tekanan dan temperatur tinggi >200 oC dalam jangka panjang sehingga terjadi reaksi penyerapan hydrogen (H2) dan iron carbide (FeC) atau carbon (C) pada larutan hydrocarbon (CxHy). Berikut reaksinya:

2 H2 + Fe3C ---> CH4 + 3 Fe

CH4 yang merupakan hydrocarbon yang tidak larut di iron lattice mengalami proses decarburization (pelepasan unsur carbon) sehingga sifat strength menjadi menurun. Proses decarburization terjadi pada temperature >540 oC (pada surface metal) dan >200 oC (pada internal metal) (Schweitzer, 2010).

  • Uniform (General) Corrosion/Korosi Seragam/Korosi Merata
Salah satu bentuk korosi yang paling sederhana dan bisa dilihat secara visual karena merata pada permukaan terbuka. Penyebab umum uniform corrosion adalah chemical attack dan terlarut-nya senyawa metal ke bentuk ion-nya atau berikatan dengan oksigen membentuk iron oxide scale (kerak kemerah-merahan). Sebenarnya lapisan metal (iron) terbentuk lapisan film pasifasi berwarna kehitam-hitaman yaitu magnetite, namun karena sebab tertentu lapisan tersebut terlarut (Schweitzer, 2010).
  • Intergranular Corrosion
Salah satu tipe korosi yang diambil tempatnya pada grain boundaries sehingga hanya terbatas area korosinya bertindak seolah-olah anoda dan area disekitarnya yang lebih besar seolah-olah adalah katoda. Aliran energi/ion dari anoda ke katoda menyebabkan korosi yang menyebabkan kehilangan strength dan ductility. Contohnya pada austenitic stainless steel yang dipanaskan atau didinginkan pada temperatur 800-1650 oF atau 427-899 oC maka unsur chromium (Cr) cenderung berekasi dengan carbon membentuk chromium carbide yang dikenal dengan istilah "sensitization atau carbide precipitation" sehingga dengan adanya ini terlah terjadi korosi pada grain boundaries tersebut (Schweitzer, 2010).
  • Biological Corrosion/Microbiologically Influenced Corrosion (MIC)
Korosi ini disebabkan oleh aktifitas organisme/bakteri/biota laut seperti ekskresinya yang berbahaya karena mengandung sulfur atau dikenal juga dengan istilah sulphide attack. Berdasarkan Schweitzer (2010), ada 5 penyebab MIC yaitu: (i) sulphuric acid oleh genus Thiobacillus yang konsentrasinya bisa mencapai 10-12%; (ii) hydrogen sulphide oleh sulphate reducing bacteria; (iii) organic acid; (iv) nitric acid; dan (v) ammonia
  • Selective Leaching
Selective leaching adalah pengelupasan salah satu komponen alloy oleh korosi. Sebagai contoh dezincification (leaching zinc dari brass), graphitic corrosion (leaching iron dari gray cast iron), denickelification (leaching nickel dari copper nickel), decarburization (leaching carbon dari carbon steel). Berikut leaching pada beberapa material by Ahmad (2006):
  • Atmospheric Corrosion
Sebenarnya ini bukan salah satu jenis korosi, dimana kejadiannya mirip dengan proses elektrokimia yang berhubungan dengan atmosfer. Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah relative humidity, temperatur udara, sulphur content, chlorine content, curah hujan, debu, lokasi geografis. Berikut reaksi terjadinya atmospheric corrosion:
Berdasarkan Revie & Uhlig (2008), atmospheric corrosion harus didukung adanya elektrolit seperti moisture content, particulate content, dan impurities gas. Sedangkan untuk es dan iklim dingin tidak mendukung korosi bahkan cenderung menghambat. Impurities gas yang dimaksud seperti H2S, SO2, NH3, HCl, NO2, O3, RCOOH (alkyl alkanoat).
Berikut reaksi ketika iron surface terkena acid rain (hujan asam) karena banyak impurities gas yang mengandung SO2


  • Exfoliation
  • Filiform Corrosion
Korosi yang terjadi  dibawah coating dalam bentuk distibusi random seperti benang/filamen

Kutip Artikel ini sebagai Referensi (Citation):
Feriyanto, Y.E. (2019). Macam-Macam Korosi Material, Best Practice Experience in Power Plant. www.caesarvery.com. Surabaya

Referensi:
[1] Feriyanto, Y.E. (2017). Analisa Kerak Tube Boiler & CondenserBest Practice Experience in Power Plant. Surabaya
[2] Parrot, R., dan Pitt, H. (2011). Chloride Stress Corrosion Cracking in Austenitic Stainless Steel. Health and Safety Laboratory. United-Kingdom
[3] Jones, R.H., dan Ricker, R.E. (1992). Mechanisms of Stress Corrosion Cracking. SCC Materials Performance and Evaluation. ASM International
[4] Corrosion Institute. (2000). Bimetallic Corrosion. Teedington
[5] https://www.nace.org/
[6] http://www.cdcorrosion.com/
[7] Schweitzer, P.A. (2010). Handbook of Fundamentals of Corrosion Mechanisms, Causes, and Preventative Methods. CRC Press. London & New York
[8] Revie, R.W., and Uhlig, H.H. (2008). Corrosion and Corrosion Control, An Introduction to Corrosion Science and Engineering. Fourth Edition. John Willey & Sons
[9] Ahmad, Z. (2006). Handbook Principles of Corrosion Engineering and Corrosion Control. Elsevier